Praktek penghilangan paksa mewarnai sejarah Indonesia. Kasus penghilangan banyak terjadi di era Orde Ba(r)u. Meski sudah runtuh jadi puing-puing, remukan organisme kaum orbais masih saja eksis.
Mei pandemi segera berganti Juni. Karena saban orang memiliki cara tersendiri untuk mengisi akhir Mei, berikut sebuah tulisan untuk mengisi hari dan mengabadikan diri di akhir Mei.
Sebelum datang Juni. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengisi hari, terkhusus di akhir Mei pandemi. Tanggal tua tidak hanya identik dengan kantong kering (kanker), ada yang mengisinya dengan mengabadikan kisah lewat tulisan, bermain game, menonton video, mendengarkan radio, bersosial media, dan ngopi di rumah.
Ada juga yang menjadikan momentum akhir bulan untuk berziarah, muhasabah, dan menyalakan harapan agar bulan depan lebih baik plus berwarna dari bulan-bulan sebelumnya.
Perlu diketahui bahwa pekan akhir bulan Mei terdapat sebuah peringatan berskala global. Tentang penghilangan paksa. Keluarga korban dan orang-orang yang peduli mencoba untuk menyuarakan.
Apa jadinya jika orang-orang terkasihmu dihilangkan begitu saja, Nabs? Selain remuk ati iki, juga ingin tahu siapa dalang di balik kabut gelap peristiwa itu dan bagaimana penyelesaiannya.
Jangan lupa balik kalendermu ya, Nabs. Bulan Mei tahun ini segera berakhir. Mei 2020, beragam peristiwa telah terjadi. Pandemi, bulan Ramadhan, Idul Fitri, hari buruh sedunia (1 Mei), hari pendidikan nasional (2 Mei), hari kebangkitan nasional (20 Mei), hari peringatan reformasi (21 Mei), dan hari-hariku tanpamu ~
Mengingat kita berada di pekan terakhir bulan Mei, dunia Internasional memperingati International Week of The Disappeared/Pekan Penghilangan Paksa Internasional. Pekan tersebut diinisiasi oleh The Latin American Federation of Association for Relatives of the Detained-Disappeared (FEDEFAM).
Praktek penghilangan paksa mewarnai sejarah Indonesia. Kasus penghilangan paksa banyak terjadi di era Orde Ba(r)u busuk alias (Orba) di bawah komando the smilling general.
Kasus penghilangan paksa antara lain; peristiwa pembantaian massal anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), kejadian di Tanjung Priok yang terjadi pada 1984, peristiwa Talangsari (Lampung) terjadi pada 1989, korban penembak misterius (petrus), penculikan aktivis pro demokrasi yang terjadi 1997-1998, dan lain-lain.
Beragam karya telah mencoba untuk mengabadikan dan mengenang peristiwa itu, baik dalam bentu film, buku, puisi, video dokumenter, dan sebagainya.
Aktivis pada masa 1997-1998 yang ditangkap, ada yang dibebaskan namun sebelum dibebaskan juga menerima bermacam siksaan dari aparat keamanan.
Hingga sekarang juga ada beberapa aktivis yang masih hilang dan belum ditemukan keberadaanya seperti Petrus Bima Anugrah dan Hermawan Hendrawan (mahasiswa Universitas Airlangga), Wiji Thukul, Ucok Munandar, dan lain-lain. Tentu memberikan duka bagi keluarga, kawan, dan kita semua.
Jangan lupa kirim do’a bagi meraka ya Nabs, mengingat mereka telah berjuang dan berhasil meruntuhkan rezim yang terkesan diktator plus otoriter. Dari orde baru menjadi reformasi.
Dalam buku mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) di SMP/MTs maupun SMA/MA maupun di perguruan tinggi pada materi yang membahas Hak Asasi Manusia (HAM) juga telah dijelaskan mulai dari pengertian, klasifikasi pelanggaran, lembaga, dan sebagainya.
Tentu tidak asing lagi dengan peristiwa yang telah disebutkan di atas. Di era reformasi juga masih banyak kita temui kasus pelanggaran HAM misalnya di Aceh dan Papua.
Seyogianya memunculkan kesadaran kolektif untuk kita dan negara dalam upaya penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Khususnya dalam menangani kasus pelanggaran HAM seperti penghilangan paksa dan menindak tegas dalang/pelaku.