Bahagia itu bersifat algoritmik; bisa diotak-atik, tapi kenyamanan itu prioritas.
Sore hari saat motor melintas silih berganti, kau meneguk kopi bersama temanmu-temanmu. Entah apa yang merasuki kalian hingga tiba-tiba bercerita nyeleneh tentang merk motor.
Dan entah kecerobohan apa yang membikin kalian berdiskusi tentang merk motor dan memandangnya sebagai perbandingan kelas yang layak didiskusikan.
Kau berpikir bahwa alasan mendasar
masyarakat lebih suka menggunakan produk-produk merk murah, karena menyesuaikan kemampuan. Dana terbatas yang diiringi tekanan kebutuhan akan pentingnya kendaraan.
Pada akhirnya, produsen motor berusaha membuat motor-motor murah agar banyak peminatnya.
Nah, sore itu kau memberikan lelucon bahwa pemilik motor Beat selalu identik proletariat, sambil membandingkan dengan motor jenis lain. “Nek ora Ninja ora cinta, nek ora Beat ora ngireat,” katamu sambil bersebats santai.
“Nmax touringnya juga sama anak Ninja, lho. Jadi, Nmax motor sultan dong, nggak tahu kalau anak Beat motornya anak apa?” Kata kawanmu menimpali.
Lantas, sahabat karibmu yang kebetulan punya motor Beat, membuat statement: “Intinya itu kenyamanan, sekarang coba bayangkan bila perjalanan jauh, pacarmu turun dari motor Nmax pasti rasanya kayak simpanse jalan mekangkang.
“Jika turun dari motor Ninja, rasanya pinggang encok semua kayak orang tua kena osteoporosis. Nah, kalau misal naik Beat, dia nggak mau turun karena nyaman dan aman.” sambungnya dengan senyum puas.
Sontak teman-teman lain pada menertawakan omongan teman pemilik Beat itu. Kawanmu yang lain, pemilik motor Nmax membantah dengan statement: “Sekarang bayangkan, motornya Beat, HP Xiaomi paketan 3, miris banget hidupmu” ejeknya.
Kawanmu pemilik Beat membantah lagi: “Meski terlihat proletar, selama kita ngerasa have fun tanpa ada rasa gengsi, i dont care toh pacar saya juga nyaman-nyaman aja nih. Kamu yang pake hp iPhone paketan wuz, nyatanya juga jomblo, ada apa dengan hidupmu, Bung?”
Suasana langsung hening. Pipi teman pemilik motor Nmax langsung memerah. Dan kau pun tertawa dengan riang gembira.
Gaya hidup, katamu dalam hati, tergantung bagaimana kita mengatur mindset. Kalau mindset tertanam rasa gengsi yang tinggi, otomatis akan terbawa arus zaman tanpa pendirian. Toh pada dasarnya, bahagia itu bersifat algoritmik; bisa diotak-atik, tapi kenyamanan itu prioritas.
Kau sempat menyimpulkan bahwa motor Ninja, paketan ngebut tapi tidak bahagia kan ya lucu. Satu hal yang akhirnya kau tahu bahwa kenyamanan adalah rasa yang membahagiakan.