Ivan Lanin dan Eka Kurniawan, dua sosok besar dalam khasanah Bahasa Indonesia, terlibat perdebatan tentang netral tidaknya sebuah kata-kata. Sementara saya, merekomendasikan kamu untuk nonton film RRRrrrr!!!
“Kata itu netral. Tafsir manusia membuatnya memihak”. Begitu cuitan sosok bergelar wikipediawan Indonesia, Ivan Lanin dalam laman Twitternya. Membacanya, saya langsung merenung. Benar juga. Iya, benar juga.
Kata-kata, menurut Lanin memang netral. Ia punya sikap netral yang tak memihak siapa-siapa. Sebuah kata jadi berpihak ketika dipegang dan digunakan orang lain. Ia berpihak ketika digunakan.
Kata-kata, menurut Lanin, mungkin serupa pistol atau pisau atau bedil atau bambu runcing atau apalah. Benda yang saat tak digunakan, tak bermuatan apa-apa. Tapi ketika dipegang manusia, ia bisa jadi pemicu luka.
Kata bermula dari netralitas. Lalu, eksistensi manusia membuat kata-kata itu memihak. Membuat kata-kata itu memiliki keberpihakan khas senjata. Buktinya sederhana. Satu kata yang sama, saat digunakan dengan kepentingan berbeda, dampaknya beda.
Tafsir manusia membuat sebuah kata memihak sesuatu. Kata “anjing” misalnya, ia adalah nama sebuah hewan. Tapi saat kau berteriak “anjing” di depan orang, entah kenapa, ia tak lagi bermakna sama.
Cebong dan kampret, semula adalah hewan balita kecil dari keluarga katak dan kelelawar. Tapi saat ini, atmosfer politik menghilangkan kelucuannya. Ia jadi organisme kubu-kubuan yang memicu peperangan.
“Tidak, kata tidak netral. Kata tidak lahir dari kekosongan. Ia diciptakan manusia (dg niat, emosi, nilai, dll), sama tidak netralnya ketika dibaca/dipakai (juga oleh manusia yg punya niat, emosi, nilai, dll)”. Begitu balasan Eka Kurniawan pada Ivan Lanin.
“Untuk sosok yg sering mempopulerkan istilah2 baru dunia internet (daring, luring, surel, dll), gimana bisa anggap kata2 itu netral? Sejak diciptakan, kata2 itu membawa beban makna (gua gak mau keminggris, misalnya). Bahwa itu bisa ditafsir lbh luas lagi, lain soal.”
Di atas adalah bombardir jawaban Eka Kurniawan atas cuitan Ivan Lanin. Tak serupa Ivan Lanin, Eka Kurniawan menganggap kata tak pernah netral. Kata selalu bermuatan, bahkan sejak saat pertama ia diciptakan. Benar juga. Iya, benar juga.
Eka berpendapat bahwa kata tidak netral dan tidak bisa netral. Ia ada dan diadakan karena tujuan tertentu. Bahkan tujuan tersebut, ada karena ketidaknetralan. Karena ada maksud dan tujuan.
Eka mencontohkan, awalnya manusia mengenal kata ngentot atau ngewe, lalu karena dirasa kurang sopan, dihadirkan kata bersetubuh. Karena tidak sopan lagi, jelas Eka, hadir kata bercinta. Tujuannya agar terkesan halus dan penuh sopan santuy.
Itu menunjukan bahwa kata tak pernah netral sejak dalam penciptaan. Ia punya tujuan. Ia punya keberpihakan. Berpihak pada penamaan dan berpihak pada sopan santun, misalnya.
Kata, hadir untuk menamai sesuatu. Untuk menyatakan ungkapan tertentu. Untuk sebuah maksud tertentu. Kata-kata hadir untuk sebuah kepentingan. Mungkin maksudnya begitu.
** **
Melihat dan menyaksikan perdebatan antara Ivan Lanin dan Eka di Twitter, saya pun ikut merenung dan sesekali berpendapat, tanpa harus berpihak dan harus netral. Emang bisa? Wqwq
Kata-kata, menurut saya, dan mungkin sama dengan pendapat salah satu dari dua tokoh kita di atas, adalah.. tapi saya akan cerita tentang pengalaman masa kecil saya saat nonton film RRRrrrr!!!
Film RRRrrrr!!! adalah salah satu film yang saya tonton sampai berkali-kali, hanya karena saya tak paham apa maksudnya. Yaiyalah, judulnya saja RRRrrrr!!! karena memang belum ada istilah apa-apa.
Film Prancis produksi tahun 2004 itu, memang bergenre komedi sejarah. Film ini mengambil latar belakang kehidupan manusia purba, 35.000 tahun sebelum masehi. Sebuah masa ketika belum ada istilah dan belum ada kata-kata.
Dalam film itu, semua tokohnya bernama sama. Dan, karena belum ada istilah untuk menamai sesuatu, untuk mau ngomong lapar atau haus aja sulit. Mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya sederhana, pakai istilah yang luar biasa aneh dan sulit.
Dari film RRRrrrr!!! saya tahu bahwa kata-kata hadir karena sesuatu. Karena maksud tertentu. Untuk mempermudah pengungkapan sesuatu. Misal, harus ada kata “haus” dan “lapar” untuk menyatakan maksud tenggorokan yang butuh air dan perut yang butuh isi.
Tanpa ada kata “haus” dan “lapar” kita akan kesulitan mengungkapkan apa yang terjadi di dalam tubuh kita sehingga hanya bisa bilang RRRrrrr!!! saja. Dari sana saya tahu bahwa kata memang punya tujuan.
Tapi, benarkah kata tidak netral? Menurut saya, kata bisa netral dan bisa tidak netral. Agar saya tak memihak Ivan Lanin maupun Eka Kurniawan, saya akan jelaskan sedikit maksud saya.
Kata itu netral. Tafsir manusia membuatnya memihak (Ivan Lanin). Oke. Mari kita berhenti di situ dulu. Di situ, “kata” yang dimaksud Ivan mungkin kata yang sudah lahir sebelumnya. Kata yang sudah ada. Manusia tinggal memakainya saja. Nah, pemakaian manusia atas kata-kata ini yang memicu transformasi dari netral menjadi tidak netral.
Misalnya ya tadi, kata anjing atau cebong atau kampret yang awalnya sekadar istilah untuk menyebut nama hewan yang imut, jadi istilah untuk menyebut kubu-kubu yang saling berseteru. Sampai di sini, pendapat Ivan Lanin tentu bisa dibenarkan.
Tapi mari kita lihat jawaban Eka Kurniawan.
Tidak, kata tidak netral. Kata tidak lahir dari kekosongan. Ia diciptakan manusia (dg niat, emosi, nilai, dll), sama tidak netralnya ketika dibaca/dipakai (juga oleh manusia yg punya niat, emosi, nilai, dll).
Nah, oke. Berhenti di situ. Jika kita lihat pernyataan Eka, adalah proses lahirnya kata. Kata diciptakan memang punya tujuan. Punya maksud. Dan tidak mungkin kosong dan netral. Sampai di sini, pendapat Eka tentu benar dan tidak salah. Contohnya ya di dalam film RRRrrrr!!! tadi, bahwa kata memang diciptakan dengan nilai dan tujuan. Bukan kosong atau netral.
Ya, kesimpulan saya begini: kata yang sudah ada sebelumnya, memang netral dan menjadi tidak netral tergantung penggunaannya. Tapi, kata tidak netral sejak awal penciptaan. Sebab, ia diciptakan untuk ketidaknetralan. Untuk tujuan. Untuk kepentingan. Bingung?
Oke, Tuhan menciptakan alam semesta ini dalam kondisi netral atau tidak? Alam semesta ini netral apa tidak?
Pertanyaan itu, tentu bisa saya jawab begini: alam semesta diciptakan Tuhan secara netral. Agar bisa dihuni manusia. Manusia dan makhluk hidup yang membuatnya menjadi sesuai kepentingan dan tidak netral. Tapi, Tuhan mencipta alam semesta juga dalam kondisi tidak netral dan kosongan begitu saja. Sebab ada tujuan dan maksud kenapa Tuhan mencipta alam semesta.