Ada dua senjata utama menghadapi potensi resesi ekonomi seperti saat ini. Pertama, hidup sederhana dan fokus pada kebutuhan primer. Kedua, mempertajam dan mempertebal tradisi berbagi.
Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah NU (LAZISNU) Majelis Wakil Cabang Bojonegoro salurkan ratusan paket santunan untuk anak yatim piatu di Masjid Al-Rahman Desa Mulyoagung Kecamatan Bojonegoro (30/8).
Penyaluran sebanyak 300 paket untuk anak yatim tersebut, diniati sebagai upaya berbagi. Dalam kegiatan itu, LAZISNU MWC Bojonegoro gandeng badan otonom (banom) NU dan masyarakat meliputi Muslimat, Ansor, Banser, Fatayat, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa dan Nahdiyyin se-Kecamatan Bojonegoro.
Tak hanya berbagi, LAZISNU juga membuka ruang bagi siapapun yang ingin jadi agniya (dermawan) untuk turut serta membagikan santunan secara langsung pada anak-anak yatim piatu di sekitaran Kota Bojonegoro.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia sekaligus Ketua LAZISNU MWC Bojonegoro, drs H M. Imron Rosyadi mengajak seluruh hadirin untuk meneguhkan kembali kepedulian terhadap sesama, terutama kaum dhuafa, faqir miskin, korban bencana, korban sosial, orang-orang jompo, serta anak yatim piatu.
“Mari bersama-sama kita tingkatkan kepedulian terhadap nasib dhuafa, fakir miskin, dan anak-anak yatim piatu” ucapnya.
Nabs, LAZISNU Kecamatan Bojonegoro masih terbilang baru berdiri. Pengukuhan baru dilakukan sekitar sebulan sebelum kegiatan santunan ini dilaksanakan. Tepatnya pada 2 Agustus 2020 di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum (MINU) Bojonegoro.
Meski LAZISNU baru saja dikukuhkan, kata Imron Rosyadi, tak mengurangi rasa percaya diri LAZISNU untuk mengadakan santunan yatim piatu. Sebab, pihaknya percaya, di Kecamatan Bojonegoro masih banyak orang-orang yang peduli terhadap nasib anak yatim.
Sementara, Ketua Tanfidziyah MWC NU Bojonegoro, Kyai Kholidin dalam sambutannya menjelaskan beberapa keutamaan menyantuni anak yatim. Diantaranya, siapapun yang mau berbagi kasih sayang dengan anak yatim, maka surga jaminannya.
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim, kedudukannya seperti jari telunjuk dan jari tengah,” terang Kyai Kholidin mengutip ucapan Kanjeng Nabi dalam hadis riwayat Bukhori.
Nabs, memang ada dua senjata utama dalam menghadapi potensi resesi ekonomi seperti saat ini. Pertama, hidup sederhana dan fokus pada kebutuhan primer. Kedua, mempertajam dan mempertebal tradisi berbagi.
Ketua Syuriyah PCNU Bojonegoro KH. Maimun Syafi’i menasehatkan, pendapat hadist tentang Asyura, ada yang berpendapat jatuh pada tanggal 9 Hijriyah, ada yang 10 Hijriyah serta adapula pada tanggal 11 Hijriyah.
Dan dalam suasana Asyura, amat beruntung orang yang diberi kemampuan melaksanakan amaliyah asysyuro dengan bedbagi pada sesama. Sebab, banyak keutamaan dan fadilah yang terkandung di dalamnya.
“Diantaranya adalah menyayangi dan membahagiakan anak yatim atau piatu” pungkasnya.
Dalam gencarnya kabar adanya resesi ekonomi. Keberadaan orang-orang yang masih mau berbagi seolah menunjukkan bahwa hidup akan baik-baik saja, di tengah apapun yang terjadi. Sebab masih ada manusia yang masih mau peduli kondisi orang lain.