“Sampean semua ini kok katanya Cak Nun begini, katanya Cak Nun begitu. Lha aku iki sopo? Hidup kok cuma katanya-katanya?”
Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib berkali-kali melontarkan kalimat itu dalam banyak kesempatan. Kalimat ungkapan greget sekaligus mengingatkan. Menasihati jamaahnya agar berbicara dengan argumen dan pemahaman yang kaffah.
Saya beberapa kali mendengar kalimat Cak Nun ini saat berada di forum Maiyah. Forum kebudayaan yang didatangi berbagai lapisan masyarakat.
Setiap mengucapkan kalimat itu Cak Nun tampak geregetan, heran, dan jengkel. Ketika jamaah bertanya dengan mengutip Cak Nun atau orang lain, lalu bilang: “Katanya ini begini.. lalu bagaimana?” Cak Nun balik tanya dengan: “Kok katanya katanya?”
Cak Nun menegaskan bahwa menjalani hidup itu tidak boleh hanya bermodal katanya-katanya. Hidup harus dijalani sesuai apa yang dialami. Kalau bukan pengalaman sendiri, kita harus mendalami informasi, menyelami referensi. Memahami semua persoalan dalam teks dan konteks yang relevan serta holistik.
Baca juga: Angkringan Maiyah, Ruang Padu Kopi dan Literasi
“Katanya” adalah kalimat untuk menyatakan kutipan. Tujuannya adalah memperkuat argument. Nggak keliru juga sih kalau ingin menyampaikan kutipan dengan diawali “katanya”. Asalkan kutipannya relevan, presisi, dan kontekstual.
Layaknya penulisan karya ilmiah, mengutip adalah hasil dari proses meneliti atau mengkaji beragam literatur. Proses itu akan membantu menemukan kesimpulan atau mungkin hipotesa.
Nabs, sesungguhnya proses “mengkaji literatur” itu terus terjadi dalam pengalaman kita sehari-hari. Bisa dari menonton film, membaca buku atau bahkan ketika mendengarkan ceramah.
Beragam informasi diperoleh dari banyak pengalaman. Jika informasi tersebut tidak relevan dengan keseharian kita, maka biarkan ia menjadi pengetahuan. Namun bila relevan untuk diterapkan dalam kehidupan, maka ia menjadi ilmu.
Jadi, hidup jangan hanya bermodal “katanya” tanpa fondasi pemahaman yang kuat, tanpa referensi informasi yang kaya. Biasakan untuk mencari informasi pembanding, penguat, dan pengaya.
Nggak cuma katanya si A atau katanya si B. Katanya, dia selingkuh. Padahal katanya-katanya. Dan kamu percaya aja. Lalu kamu putusin dia via wa, terus langsung kamu block nomernya tanpa nunggu centang biru. Hadeeuhh ~
Kalau Cak Nun tau, gimana coba?!