Ada saatnya kita sekadar melepas rutinitas –dengan ngopi sebagai misal, agar tidak terjangkit depresi atau gangguan pada diri yang ditandai perasaan merosot –berupa muram, sedih, atau perasaan tertekan.
Asumsi ini saya temukan setelah membaca bukunya Kang Jalal –panggilan Jalaluddin Rakhmat (2021:123) berjudul “Doa dan Kebahagiaan”
Bahkan, untuk mengurangi –mengikis depresi, menurut Kang Jalal kudu banyak bersilaturahim –walau sekadar ngopi. Tujuannya, saya bisa ngobrol berbagi cerita dengan teman se-frekuensi perihal literasi di Kota Ledre –nama lain Bojonegoro, yang dalam amatan saya perlu dibumikan.

Mengapa perlu dibumikan? Begini. Literasi membaca –terlebih menulis, perlu sekali pengamalan. Itulah kira-kira makna “dibumikan” yang saya maksud.
Karena bila literasi melangit, ia hanya berada dalam ruang abstrak. Sekadar konsep. Berada di langit atau menara gading yang luput dari pengamalan baik individu lebih-lebih berjemaah.
Termasuk amaliah literasi –menulis yang saya lakukan, sering berbuah manis berwujud karya tulis terbaru, kala saya bertemu dan ngopi dengan pemilik media online Jurnaba.co.
Bahkan kala “buntu” alias belum ada ide tulisan, saya terbiasa kontak beliau sekadar ngobrol tentang masa depan literasi. Sehingga kala bertemu, beliau sering memotivasi saya dengan ucapan “Sambil ngopi, jenengan lahirkan tulisan mas!”.
Apa yang disampaikan beliau memang betul. Spirit bertemu yang dalam terminologi Islam disebut silaturahim, menjadi momen ajaib mengalirkan ide yang sebelumnya mampet. Terus kemudian menjadi lancar, dan tuntas melahirkan karya tulis beneran.
Menulis di Notes
Dari silaturahim itu pula, beliau –yang merupakan Muasis Jurnaba.co itu, juga mengenalkan kepada saya bila menulis bisa dilakukan di notes hape.
Alhasil, saat di warung kopi (Warkop) tidak perlu ribet-ribet bawa laptop untuk sekadar menulis opini. Melalui notes yang menjadi gawan gadget itulah, kesimpulan saya menulis tetap bisa dilakukan.
Sedikit saya paparkan, bila menulis melalui notes itu memiliki banyak manfaat. Salah satunya kala saya ketik di mesin pencarian google, ringkasan artificial intelligence (AI) langsung menyuguhkan jawaban sistematis.
Dari delapan jawaban yang disampaikan AI tersebut, saya ambil tiga saja yang lebih mendekati kepada kebenaran menurut ukuran pribadi saya, antara lain:
Pertama, membantu mengikat ilmu. Ini bagi saya masuk banget. Ide yang muncul kala bersilaturahim di warkop, menjadi sarana saya mengikat ide tulisan yang muncul, serta mengaliran secara deras kata-kata dari otak turun ke ujung jemari yang selanjutnya ditutulkan pada papan keyboard gadget.
Coba kita bayangkan, andai ide tulisan yang muncul di otak saya dibiarkan! Tentu pengetahuan yang diawali dari penemuan ide akan berakhir menguap dan lenyap. Setelah lenyap, maka karya tulis –yang baru, tidak akan dihasilkan.
Kedua, membantu mengorganisir catatan. Notes –yang disetiap gadget ada, ternyata memiliki manfaat kepada saya untuk mengorganisir tulisan. Mulai dari menyusun lead, isi, serta kesimpulan dari tulisan yang saya buat.
Alhasil sajian tulisan yang saya ketik, menjadi sistematis dari awal hingga akhir berkat menulis dari notes.
Ketiga, mampun menjadi tepat waktu. Saat ngopi di warkop, selain menjadikan saya berlatih memanfaatkan waktu untuk digunakan menulis, juga membantu saya menjadi pribadi tepat waktu.
Artinya dalam kurun nongkrong di warkop –yang saya lakukan kurang lebih satu jam setengah, bisa menghasilkan karya tulis baru. Dengan demikian, keinginan agar hari ini punya tulisan baru bisa saya wujudkan. Tepati.
Perihal waktu sendiri, Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf al-Qardhawi (2016:117) dalam bukunya “Demi Masa: Mendedah Komitmen dan Kiat Manajemen Waktu Menurut Islam”, meminta kepada mukmin wajib untuk memperhatikan masa kini, yakni masa di mana kita secara nyata sedang menghayatinya, agar dapat mempergunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.
Jika demikian adanya, sudah selayaknya aktivitas ngopi juga dibingkat untuk menghidupkan literasi –entah baca atau menulis, sebagai obat pengikis depresi dari rutinitas pekerjaan keseharian.
* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah Unugiri.