Memupuk Nation Building bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Nonton film bersama, misalnya. Seperti dilakukan Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah.
Hari Rabu (28/8/2019) sore, lapangan parkir bioskop NSC Bojonegoro nampak ramai. Terlihat beberapa orang dengan baju putih hitam, seragam PNS di hari Rabu. Di sudut parkiran yang lain, beberapa orang berpakaian casual juga terlihat sedang menunggu.
Ada yang mengenakan kaos Porprov VI Jatim 2019. Ada yang memakai atribut Persibo. Ada yang menggunakan kaus oblong berbalut pula jaket. Ada pula saudara-saudara kita yang berasal dari Papua Barat.
Pukul 17.05, mobil hitam mengantarkan Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah ke pelataran NSC Bojonegoro. Setelah turun dari mobil, ia langsung tersenyum dan bersalaman dengan orang-orang yang telah menantikannya di pintu masuk.
Sore itu, Bupati Bojonegoro nampak sumringah dan antusias dalam agenda Nonton Bareng Film Bumi Manusia. Setelah berbincang-bincang dengan tamu yang diundang. Berbagai kalangan, komunitas dan usia hadir dalam acara ini.
Diantaranya adalah atlet Porprov, warganet, jajaran OPD Pemkab Bojonegoro, komunitas e-sport Bojonegoro, pemain, official, manajemen serta supporter Persibo Bojonegoro. Serta hadir pula saudara-saudara dari Papua Barat yang berdomisili di Bojonegoro.
Tim Jurnaba.co juga mendapatkan kesempatan untuk turut nonton film Bumi Manusia bersama Bupati Bojonegoro.

Sekitar pukul 17.15, semua orang beriringan memasuki studio 1, tempat film akan diputar. Setelah menunggu beberapa saat. Layar menayangkan ilustrasi bendera merah putih. Beserta imbauan untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Momentum ini membuat suasana haru dan bangga. Studio 1 NSC Bojonegoro bergemuruh, menyanyikan lagu kebangsaan. Dalam kesempatan yang istimewa, untuk menonton film dengan pesan yang istimewa pula.
Film berdurasi 3 jam 1 menit ini merupakan adaptasi dari novel legendaris. Dengan judul yang sama, yakni Bumi Manusia. Tulisan Pramoedya Ananta Toer. Film ini mengisahkan tentang perjalanan batin seorang Minke. Yang mengacu pada kisah hidup RM Tirto Adhi Soerjo, yang kini kita kenal sebagai tokoh Kebangkitan Nasional. Serta bapak pers Indonesia.
Di awal kisahnya, Minke begitu terpana atas peradaban dan ilmu pengetahuan Eropa. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan manusia, problematika, dan romansa.
Pertemuannya dengan Nyai Ontosoroh, seorang Nyai yang memiliki sifat dan sikap cerdas nan bijaksana. Merubah pandangannya tentang bagaimana ilmu pengetahuan bekerja.
Dia yang sebelumnya berpikir bahwa ilmu pengetahuan didapat dari sekolah Eropa. Luluh lantak kala memahami, bahwa ilmu pengetahuan ada dan mengalir bagi mereka yang mau mencari dan menerimanya. Dengan berbagai medium dan kisah kehidupannya.
Dari sanalah, dia dihadapkan pada keadaan yang menindas, relasi yang penuh ketidakadilan, dan banyak hal untuk diperjuangkan. Penonton pun diaduk-aduk emosinya. Tawa, haru, hingga isak tangis yang terdengar dari beberapa sudut studio.
Bagaimana tidak, dengan durasi yang panjang. Film ini mampu membawa penonton masuk dalam kisah yang konfliktual, dan menunjukkan beberapa detail seperti novelnya. Berawal dari mengenal cinta, Minke bermetamorfosa menjadi seorang terpelajar yang ditempa untuk lebih peka terhadap permasalahan negerinya.

Film ini memberikan pesan pada kita. Bahwa perjuangan bukanlah melawan perbedaan antar ras, Eropa atau pribumi. Perjuangan yang sesungguhnya adalah melawan ketidakadilan dan penindasan. Dari manapun ketidakadilan itu berasal. Oleh sebab itu, kutipan dari sahabat Minke, Jean Marais sangat melekat di ingatan penonton.
“Sebagai seorang terpelajar, harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran. Apalagi dalam perbuatan,” ucap sahabat Minke yang berasal dari Prancis tersebut.
Di salah satu adegan, kala Minke dipulangkan paksa oleh ayahnya. Studio bioskop menjadi bergemuruh. Sebab terdapat kata Bodjonegoro yang tertera di peron stasiun tempat ayah Minke tinggal. Penonton terbawa suasana bangga, menyaksikan kotanya menjadi bagian dari perjalanan hidup seorang tokoh besar.
Film ini juga mengajarkan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Termasuk cara yang Minke lakukan. Yakni melawan dengan tulisan. Membangun gejolak semangat dan memunculkan kesadaran masyarakat atas ketidakadilan yang terjadi.
Usai menonton film, tim Jurnaba.co sempat bertemu dan berbincang dengan Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah. Dia menyampaikan, bahwa agenda Nonton Bareng Film Bumi Manusia ini menjadi salah satu cara untuk membangun rasa kebangsaan. Yakni dengan mengingat bagaimana perjuangan untuk melawan penjajahan dan ketidakadilan yang menyertainya.
“Film ini merupakan bagian dari sejarah. Kala itu kita dijajah oleh Belanda. Membuat pribumi menjadi second class citizen, atau warga kelas dua di negerinya sendiri. Senang rasanya bisa nonton bareng dengan banyak orang. Dari agenda sederhana seperti ini, kita sekaligus memupuk Nation Building,” tambah Anna Muawanah.

Agenda ini juga disambut positif oleh para undangan. Diantaranya adalah atlet judo yang berhasil meraih medali emas di ajang Porprov VI Jatim 2019 dan supporter Persibo Bojonegoro. Mereka mengaku merasa bangga, karena diajak dalam agenda yang istimewa seperti ini.
“Saya merasa bangga, dan dihargai karena turut diajak serta dalam agenda Nonton Bareng Bumi Manusia ini,” ucap Azhari Anhar, atlet Judo asal Bojonegoro.
“Sebuah kehormatan, bisa diajak nonton bareng. Saya juga merasa senang, karena dalam acara ini tidak hanya supporter yang diundang. Ada pemain, official, pelatih Persibo. Dan ada pula saudara kita dari Papua Barat yang tinggal di Bojonegoro. Rasanya senang bisa berkumpul dan nonton film ini bersama-sama,” ujar Andri Adi Kusuma, yang merupakan Bendahara Persibo Bojonegoro.
Nabs, agenda ini menunjukkan bahwa ikatan kedekatan. Bahkan kecintaan terhadap bangsa bisa dipupuk melalui cara-cara yang sederhana. Kebersamaan, menikmati film yang mengandung pesan-pesan yang menggugah persatuan. Harapannya, semakin banyak agenda sederhana yang bisa mendekatkan banyak kalangan di Bojonegoro yah, Nabs.