Masyarakat Nahdliyin memiliki ciri khas yang esensial dalam hal keilmuan. Ilmu tak keluar dari tenggorokan, tapi muncul dari hati dan pori-pori kulit. Pemahaman ilmu yang mendalam, dibungkus tawadhuitas yang khas.
Ilmu jadi perkara yang paling penting bagi Mbah Hasyim Asy’ari. Keilmuan adalah identitas utama kaum nahdliyin. Mbah Hasyim Asyari tak hanya identik sebagai muasis utama Nahdlatul Ulama. Tapi juga identik dengan ilmu. Nahdlatul Ulama, jika kita renungkan, punya makna Kebangkitan orang-orang yang berilmu.
Mbah Hasyim Asyari selalu dekat dengan konsep pendidikan. Yang menarik dalam konsep pendidikan Mbah Hasyim, adalah sikapnya yang sangat mementingkan ilmu dan pengajaran. Eksistensi ulama, sebagai orang yang memiliki ilmu, menduduki tempat yang tinggi.
Mbah Hasyim memaparkan tingginya status penuntut ilmu dan ulama, dengan menengahkan dalil bahwa Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Ini alasan beliau menulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim.
Kitab monumental tersebut, pernah diterjemah M. Tholut Mughni menjadi Menggapai Sukses Dalam Belajar dan Mengajar (2011). Karya ini didasari kesadaran akan perlunya literatur yang membahas adab dalam mencari ilmu pengetahuan.
Bagi Mbah Hasyim, menuntut ilmu merupakan pekerjaan agama
yang sangat luhur, sehingga ketika orang mencarinya, harus memperlihatkan adab yang luhur pula. Mbah Hasyim berkeinginan bahwa
dalam melakukan giat keagamaan, harus disertai perilaku sosial yang santun.
Belajar, menurut Mbah Hasyim, merupakan ibadah mencari ridha Allah, yang mengantar manusia memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Belajar harus diniati mengembangkan dan melestarikan nilai luhur keislaman. Belajar bukan sekadar menghilangkan kebodohan.
Masyarakat Nahdliyin memiliki ciri khas yang esensial dalam hal keilmuan. Ilmu tak keluar dari tenggorokan, tapi muncul dari hati dan pori-pori kulit. Pemahaman ilmu amat mendalam, namun selalu dibungkus dengan tawadhuitas yang khas.
Masyarakat Nahdliyin adalah masyarakat yang bertradisi dengan kedalaman ilmu. Ilmu tak sekadar jadi fashion kontes, tapi jadi tradisi yang mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari. Ini karakter utama yang dititipkan Mbah Hasyim kepada para penerusnya.
Tradisi keilmuan masyarakat Nahdliyin tak hanya diwujudkan dengan sikap santun. Tapi, serupa Mbah Hasyim Asy’ari, juga dengan banyaknya karya tulis sebagai perwujudan kristalisasi intelektual. Kedalaman ilmu dan kematangan sikap inilah, yang menjadikan Mbah Hasyim dan para penerusnya sangat cinta Indonesia.
Dalam salah satu esainya, mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif mengatakan: kristalisasi ideologi berbangsa dan bernegara Kiai Hasyim, tidak bisa dipisahkan dari hasil renungannya yang mendalam tentang konsep persatuan umat yang membuahkan persatuan bangsa.
Kekaguman Ahmad Syafii Maarif pada Mbah Hasyim tentu berdasar ilmu. Bahwa mereka yang beriman, pasti mencintai ilmu. Dan mereka yang berilmu, pasti memahami kredo keramat: Hubbul Wathan Minal Iman, cinta tanah air bagian dari iman.