Bulan puasa betul-betul bulan penuh keberkahan. Pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup. Setan-setan dibelenggu dari menggoda manusia. Termasuk Setan Merah yang bermarkas di Old Trafford.
Setan merah dibelenggu. Betul-betul mengisi pekan ke pekan, tengah pekan ke akhir pekan dengan tawaduk, tidak sombong, suka berbagi, dan senantiasa istikamah. Bayangkan, setan merah yang trengginas, galak, mudah lapar, menerjang lawan-lawannya tiba-tiba menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat.
Apalagi kalau bukan hikmah Ramadan. Maka, kita perlu belajar dengan keistikamahan klub setan merah bernama Manchester United ini.
“Bukan hasil yang kami inginkan”, “kami akan berjuang hingga akhir”, dan “bangkit di pekan berikutnya”. Kalimat-kalimat ini menjadi template akun media sosial tim dan pemain MU saat mengalamai kekalahan. Saking seringnya (kalah) jadi hafal dan sudah biasa.
Pelajaran pertama yang bisa kita ambil adalah istikamah untuk rendah hati mengakui kekurangan, kelemahan, dan kekalahan. Lantas introspeksi untuk membuat perubahan dan perbaikan. Mulia sekali klub dan pemain MU ini, bukan? Ya, soal lain kalau kalahnya terus-menerus. Mediokernya gak ketulungan. Ya mungkin sedang belajar menjadi medioker paripurna.
Istikamah rendah hati. Itu pelajaran pertama tentang keistikamahan MU. Lagian sudah sering menang dan juara. Rendah hati apa nyombong ini? Wqwq
Amalan yang utama di Bulan Ramadan, salah satunya, adalah rajin sedekah. Memberikan sebagian yang dipunya untuk orang lain. MU adalah klub yang layak ditiru perihal sedekah ini. Barangkali MU mengamalkan ajaran sedekah seorang ustaz yang viral di media sosial beberapa waktu lalu.
Everton yang sedang terpuruk dan sulit menang, tiba-tiba menang dengan skor 1-0 dari MU. Sedekah tiga poin yang amat berharga untuk Everton untuk keluar dari Zona Degradasi. Begitu pun, Mo Salah yang sedang paceklik gol diberi MU dua gol untuk mengakhiri pacekliknya.
Hebatnya adalah, MU bersedekah poin itu bukan di saat sedang lapang dan unggul poin, tetapi sedang sempit dan butuh poin untuk zona UCL. Luar biasa. Barangkali MU berpikir: Memberi satu gol akan dapat 10, memberi 4 gol ke gawang sendiri akan dapat 40. Hahahaha.
Itulah pelajaran istikamah kedua dari Manchester United. Istikamah sedekah di waktu sempit. Sedekah di waktu sempit benar-benar kesalehan sejati.
Pelajaran penting yang bisa kita ambil dari MU adalah beristikamah untuk itsar. Itsar itu mengutamakan saudara/orang/pihal lain lebih daripada diri sendiri. MU secara matematis masih berpeluang untuk lolos ke Zona UEFA Champions League (UCL) musim depan. Bersaing dengan Arsenal dan Tottenham Hotspurs.
Barangkali MU berpikir bahwa sudah saatnya Arsenal merasakan kembali berlaga di Liga Champios Eropa setelah absen sekian tahun. Merasa kasihan, mungkin. Oleh sebab itu MU sengaja mengurangi poin demi klub lainnya bisa berlaga di pentas klub-klub top Eropa.
Tidak mudah berlaku itsar. Karena hanya dapat dilakukan oleh orang/pihak yang telah selesai dan cukup dengan dirinya sendiri. Dan MU kini salah satunya. Mulia. “MU saat ini tidak layak masuk UCL,” kata Rangnick. Ah, tidak, bukan tidak layak, MU hanya menekuni laku itsar, Ralf.
Terakhir, dan ini sepertinya yang sedang ditirakati dan betul-betul diistikamahi oleh Manchester United. Rajin puasa. Puasa dari gelar-gelar duniawi yang fana. MU adalah klub yang luhur dan agung, bukan saatnya berkompetisi meraih gelar, tetapi saatnya berperilaku asketis dan filantropis: Memberi kesempatan klub lain juara.
Lima tahun sudah MU istikamah puasa dari gelar juara. Jumlah angka tahun yang belum ada tanda hilal akan berakhir. Malahan tampak seperti lubang hitam yang MU sulit untuk keluar dari kemediokeran dan nirgelarnya. Terperangkap di lubang hitam dan tidak memperoleh cahaya terang.
Ralf Rangnick dalam berkali-kali konferensi pers blak-blakan perihal masalah di Manchester United: kompleks. Manajerial dan sistemik. Begitu pun soal mental pemain yang ancur-ancuran. Tidak layak mengenakan kaus dengan logo MU di dada.
Erik ten Hag mungkin adalah jawaban sekaligus cahaya bagi MU. John Murtough dan Darren Fletcher sebagai direktur teknik yang mengurusi perihal sepakbola di MU tertohok oleh argumen Ten Hag saat melakukan wawancara audisi pelatih baru MU.
Ten Hag jujur mengatakan bahwa MU bobrok sejak dari urusan filosofi dan sistem bermain, rekrut pemain yang sesuai kebutuhan tim, pemandu bakat, dan mental bermain. Kompleks, tetapi separu solusi sudah nampak hilalnya, tinggal nunggu separo lagi untuk sempurna dan muncul hilal baru untuk mengakhiri puasa.
Pertanyaannya: kapan? Wallahualam Bishowab.