Bojonegoro termasuk daerah yang unggul dengan produk pertanian. Keunggulan ini menjadikan Bojonegoro sebagai daerah lumbung padi. Baik bagi Jawa Timur maupun skala nasional.
Produksi pertanian asal Bojonegoro memang begitu melimpah. Sebagian besar pertanian yang ada, mampu mengalami tiga kali panen setiap tahunnya. Terlebih di wilayah yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo.
Namun, selain kuantitas yang dimiliki, kualitas juga penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, terdapat beberapa pertani Bojonegoro yang memanam padi dan tanaman lain secara organik.
Tanaman organik memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding tanaman dengan pupuk kimia. Pemupukan tanaman secara kimia mampu meningkatkan produksi suatu lahan. Akan tetapi, terdapat efek jangka panjang yang perlu diperhatikan sejak awal.
Menurut seorang peneliti dan pembudidaya tanaman organik, Arziku Ridho Atala mengatakan bahwa dampak kimia berpengaruh terhadap hormon dan genetik tanaman. Jika perawatan dengan kimia digunakan terus-menerus, maka kualitas tanaman akan rusak.
“Hormon mengirim pesan kepada genetik. Jika hormonnya ngawur karena kimia, maka genetiknya bisa rusak,” kata pria yang akrab disapa Jack tersebut.
Selain itu, dia juga memiliki pengalaman saat meneliti suatu lahan pertanian. Dia melihat sebuah lahan pertanian padi seluas satu hektar dengan hasil 6 ton sekali panen. Setelah dia menanam dan merawat secara organik, lahan tersebut mampu menghasilkan 14 ton sekali panen.
Pengalaman tersebut dia ceritakan saat menjadi pembicara sebuat talkshow bertema Manusia dan Tanaman Organik. Taklshow tersebut berlangsung di Selasar Coffee Shop pada Hari Minggu (30/6/2019).
Seorang pertani yang juga menjadi pembicara, Agus Salim mengatakan bahwa pernanaman tanaman secara organik itu penting. Selain meningkatkan kualitas tanaman, hal itu turut mampu menjaga kualitas tanah di suatu lahan.
“Penanaman organik bisa untuk memperbaiki kondisi tanah dan melakukan penanaman kembali secara langsung,” kata petani asal Bojonegoro tersebut.
Selama ini, Agus menggunakan cara organik dalam mengelola lahan pertanian miliknya. Dia berharap hal yang sama juga dilakukan oleh para petani lain. Memang, pertanian organik sudah mulai banyak dilakukan. Namun, perlu kampanye dan wacana secara maksimal agar seluruh petani dan masyarakat pahah.
“Landasannya adalah pendidikan dan kesadaran bagi para petani bahwa kimia mampu merusak dalam jangka panjang,” pungkas Agus.
Jack dan Agus Salim berharap para petani di Bojonegoro mampu menjaga lahannya. Harapan tersebut hendak dicapai dengan melakukan kampanye-kampanye melalui sebuah forum obrolan. Paling tidak para petani bisa mengerti dan sadar untuk mengoptimalkan lahan pertanian.
Lahan pertanian memang perlu dikelola secara optimal. Keberlangsungan ekologi (tanah, tanaman dan organisme di dalamnya) harus selalu dijaga. Hal ini demi meningkatkan kesejahteraan para petani. Khusunya yang ada di Bojonegoro.
Sebagian besar petani di Bojonegoro adalah petani gurem. Mereka memiliki lahan pertanian yang luasnya kurang dari satu hektar. Untuk itu, optimalisasi produksi harus selalu dijaga. Salah satunya adalah dengan cara menjaga kondisi lahan dan mengembalikan kualitas tanah.
Dalam mewujudkan harapan tersebut, butuh campur tangan pemuda yang memiliki pendidikan. Mereka harus mau turun tangan dan bersatu dengan para petani. Dengan adanya pemuda yang berpikiran kritis terhadap solusi, nantinya akan muncul inovasi-inovasi yang baru di bidang pertanian. Tentu saja ini akan sangat bermanfaat bagi para petani dan Kota Bojonegoro.