Kota Bojonegoro identik kuliner pentol. Uniknya, mayoritas penjualnya bernama Pak Di. Jumlahnya puluhan. Lalu, siapa Pak Di sesungguhnya?
Bagi kamu-kamu yang tinggal di Kota Bojonegoro pada era 90-an hingga awal 2000-an, pasti pernah mendengar nama pentol Pak Di. Anak Bojonegoro mana yang tidak mengenal pentol Pak Di? Anak kecil hingga remaja sangat akrab dengan pentol Pak Di.
Tapi, siapa itu Pak Di? Pak Di itu yang mana orangnya? Tidak ada yang tahu. Jangan-jangan Pak Di adalah bagian dari konspirasi kelas kakap yang terstruktur demi strategi pemasaran pentol. Hemmm
Nama pentol Pak Di begitu populer kala itu. Bahkan telah menjadi brand yang dikenal setiap orang. Terutama anak kecil dan pemuda. Keterkenalan pentol Pak Di bukan karena pentolnya enak. Bukan karena pelayanannya oke. Bahkan, bukan karena murah. Tapi akibat sebuah kesepakatan ngawur anak 90-an yang menamai semua tukang pentol dengan sebutan Pak Di.
Hampir semua penjual pentol yang ada di depan sekolahan dinamai Pak Di. Pak Di bukan nama penjual pentol. Tapi setiap penjual pentol adalah Pak Di itu sendiri. Pak Di ada di mana-mana. SD Kadipaten ada Pak Di. SD Ledok Kulon ada Pak Di. SD Kauman 1 ada Pak Di. MIN Kepatihan juga ada Pak Di. Sesungguhnya Pak Di itu yang mana heeeee
Dan yang paling lucu dari ini semua adalah, para penjual pentol itu tidak memiliki nama yang ada unsur ‘Di’ nya. Contohnya Sukadi, Sunardi, atau Didi Riyadi. Meski tak ada ‘Di’ pada namanya, mereka bakal tetap dipanggil Pak Di oleh anak-anak jaman dulu.
Pernah suatu saat saya menanyakan ke salah satu penjual pentol korban branding pentol Pak Di itu, dan wow, ternyata namanya adalah Agus. Heeeeee Pak Di itu yang mana heeee
Ada apa dengan “Di”? Apakah unsur “Di” mempunyai makna sapaan ramah untuk menyapa? Ataukah unsur Di itu sebagai simbol kebulatan atau kekenyalan sebuah makanan? Itu jadi pertanyaan besar dalam industri perpentolan di Bojonegoro.
Di zaman itu, rombong pentol tidak ada tulisan nama penjualnya. Seingat saya, mereka hanya sekadar bermain warna saja dan ada tulisan “pentol”. Entah apa alasan kita (generasi 90an) tiba-tiba sepakat membranding nama Pak Di sebagai identitas nama penjual pentol.
Bisa jadi para bakul pentol itu sengaja ganti nama Pak Di agar gampang diingat. . Sebab, penjual pentol bernama Pak Di belum pasti memiliki “Di” sebagai bagian dari namanya.
Atau, dulu memang ada penjual pentol legendaris bernama Pak Di yang rasa pentolnya benar-benar enak. Lalu, nama Pak Di itu digunakan sebagai strategi agar bisa setara dengan famousnya pentol Pak Di yang melegenda itu. Hingga Pak Di yang sugguhan malah menghilang.
Sampai saat ini, di Bojonegoro masih banyak penjual pentol mendaku diri bernama Pak Di. Dan ketika ditanya pasti mengaku berjualan sudah sangat lama. Tapi percayalah, bisa jadi nama aslinya nggak ada “Di”- “Di” nya. Sebab, strategi itu sudah ada sejak dulu kala.
Eh, tapi ada juga kok yang beda. Dan namanya juga nggak kalah eksis. Ada namanya Pentol Pak Yon yang beroperasi di SMP 1 Bojonegoro, ada pentol Ndiro beroperasi di SDN Ledok Kulon, ada juga Pentol Pallapa. FYI: sebelum adanya orkes melayu sudah muncul nama Pentol Pallapa. Pallapa diambil dari salah satu satelit Indonesia. Woqwoqwoq
Yasudahlah Nabsky, siapa Pak Di yang sebenarnya mungkin bakal tetap jadi misteri. Paling tidak, yang sudah pernah makan pentolnya bakal tetap ingat sensasi kanji yang kenyal, saos merah, sambel dan kecap yang ditaruh di botol cukai. Dan hemmm.. Eh tapi itu Pak Di yang mana dulu nih? Heeee
Comments 1