Suatu ketika, seorang Kiai Pondok Pesantren tanpa rasa malu atau gengsi, sedang menyusun dan merapikan sendal santri-santrinya yang berantakan di depan masjid, sementara para santri tengah asyik mengaji kitab. Beberapa santri yang melihat perbuatan Kiai tersebut pun akhirnya merasa tidak enak dan ikut pula membantu Kiai tersebut menyusun dan merapikan sendal-sendal para santri.
Memang, sering kali para santri tidak disiplin dalam menyusun dan merapikan sendal mereka masing-masing. Tidak hanya para santri yang di pondok pesantren, bahkan kita masyarakat awam terkadang ketika ke masjid pun juga hampir tidak pernah menyusun dan merapikan sendal masing-masing.
Satu perbuatan Kiai tersebut, yang tampaknya ringan, kecil, dan mungkin bagi kebanyakan orang adalah perbuatan yang memalukan dan bisa menjatuhkan harga diri, yang hanya sekali saja diperbuat tanpa harus menginstruksikan atau mengumumkannya dengan kata-kata kepada para santri, akhirnya menjadi contoh dan suri tauladan yang memunculkan serta menghasilkan kebiasaan dan perbuatan yang baik.
Ketika masuk masjid, para santri akhirnya tidak lupa untuk menyusun dan merapikan sendal mereka terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam masjid. Sehingga nanti, ketika keluar dari masjid, mereka tinggal memakai sendal mereka masing-masing yang sudah disusun dan dirapikan sebelumnya.
Dari ilustrasi tersebut, teringat akan sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “perbuatan lebih kuat dari kata-kata”. Sebuah ungkapan yang menggambarkan kekuatan dan makna di balik perbuatan atau tindakan nyata dibandingkan sekadar perkataan kosong atau omong kosong.
Konsep ini telah lama menjadi fokus perhatian dalam berbagai konteks, di mulai dari hubungan interpersonal (antar pribadi) hingga kepemimpinan, dan bahkan dalam konteks hukum, politik dan lain-lain.
Ketika seseorang mulai berbuat atau bertindak, ia menunjukkan komitmen dan keyakinan yang jauh lebih kuat daripada sekadar mengungkapkan niat atau harapan melalui kata-kata. Ini dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan pribadi (interpersonal), profesionalisme, dan penegakan nilai-nilai moral.
Dalam hubungan pribadi misalnya, perbuatan seringkali menjadi penanda utama dari kesetiaan, kepercayaan, dan kasih sayang. Seseorang mungkin mengatakan bahwa mereka mencintai pasangan mereka, namun itu hanyalah kata-kata jika tidak diikuti oleh perbuatan atau tindakan yang menunjukkan perhatian, pengorbanan, dan komitmen nyata.
Sebaliknya, ketika seseorang secara konsisten menunjukkan dukungan, penghargaan, dan pengabdian melalui perbuatan atau tindakan nyata, itu memberikan kepercayaan yang lebih kuat daripada sekedar janji.
Dalam konteks profesional, prinsip bahwa “perbuatan lebih kuat dari kata-kata” juga berlaku. Seorang pemimpin yang efektif bukanlah hanya seseorang yang mampu berbicara dengan penuh semangat atau memberikan janji-janji besar, tetapi yang juga bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka pegang dan memimpin dengan contoh yang baik.
Konsistensi dalam tindakan adalah kunci untuk memperoleh kepercayaan dan penghormatan dari bawahan, rekan kerja atau bahkan masyrakat.
Tidak hanya dalam hubungan personal dan profesional, tetapi juga dalam ranah politik dan hukum, prinsip bahwa “perbuatan lebih kuat dari kata-kata” memiliki implikasi yang signifikan. Seorang pemimpin politik yang dapat menghasilkan perubahan nyata dalam masyarakat bukanlah hanya seseorang yang mampu berpidato dengan baik, tetapi yang juga mampu mengimplementasikan kebijakan dan program-program yang mendukung kesejahteraan rakyatnya.
Dalam proses hukum, fakta dan bukti yang disajikan melalui perbuatan nyata memiliki bobot yang jauh lebih besar daripada argumen atau pernyataan yang dibuat di pengadilan. Ketika seseorang dituduh melakukan suatu tindak pidana, bukti-bukti fisik atau kesaksian langsung seringkali menjadi penentu utama dalam proses peradilan.
Dalam pengamalan ilmu, tindakan atau perbuatan berperan sebagai jembatan antara pengetahuan teoretis dan aplikasi praktis. Dengan mengambil perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, kita dapat membentuk keterampilan, memperdalam pemahaman, dan menguji validitas pengetahuan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pencari ilmu untuk tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga akan lebih penting untuk mengimplementasikan pengetahuan tersebut melalui tindakan atau perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
So, Last But Not Least, melalui tindakan atau perbuatan nyata, kesetiaan, komitmen, dan kebenaran bisa diperkuat dan dibuktikan. Oleh karena itu, prinsip bahwa “perbuatan lebih kuat dari kata-kata” tidak hanya merupakan ungkapan yang bijaksana, tetapi juga sebuah pedoman yang dapat membimbing kita dalam berbagai aspek kehidupan.
Penulis adalah Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.