57 tahun dalam keadaan buta, dia mampu melihat di usia 70 tahun.
Syahdan, seorang perempuan asal Tunisia bernama Fatimah. Dia buta sejak berusia 13 tahun. Sama sekali tidak pernah bisa melihat.
Dia menikah dalam keadaan buta, dia pun hamil dan memiliki anak dalam keadaan buta.Tapi, dia menjalani hidup tanpa merasa resah atau kecewa dengan keadaannya.
Saat dia berusia 70 tahun, dia ingin melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Dia mengumpulkan biaya dan bekal untuk berangkat haji bersama anak dan cucu-cucunya.
Dan tiba-tiba, di hatinya muncul rasa rindu yang amat mendalam untuk melihat Kabah, tempat kiblat berada. Seketika itu, dia beranjak pergi ke dokter, ingin menjalani operasi agar penglihatan matanya bisa normal.
Dua berangan-angan, bisa memakai celak di matanya saat melihat kemuliaan Kabah. Tapi, dokter menjawab, sangat mustahil mengembalikan penglihatan mata yang sudah tidak berfungsi normal selama 57 tahun. Malang benar nasibnya.
Saat waktu pemberangkatan haji tiba, perempuan itu tak pernah berhenti berdoa, meminta agar diberi kesempatan untuk bisa melihat Kabah.
“Ya Allah, andai aku bisa melihat Kabah, sebentaaarr saja ya Allaah.. Bagaimana mungkin aku bisa berdiri di depan ka’bah sementara aku tak bisa melihat kegagahannya”. Doa itu dia ulang terus menerus.
Ketika masuk Masjidil Haram, berkali-kali dia bertanya pada anaknya, “Apa kita sudah berada di depan Kabah?”.
“Kita sudah sampai di depan ka’bah, ibu”. Jawab si anak.
Setelah sesaat diam, tiba-tiba perempuan itu berkata, “Indah sekali Kabah itu, alangkah gagahnya.. segala puji bagiMu Tuhanku”. Ucap perempuan itu penuh takjub.
Anak-anaknya pun melongo keheranan dan langsung menoleh ke arah ibunya, “Bagaimana ibu bisa melihat kabah?”
“Aku bisa melihatnya di depanku, Nak! Iya di depanku! Aku bisa melihatmu juga di depanku! Aku bisa melihat semua yang ada di sekitarku,!”
Perempuan itu sangat gembira dengan apa yang dia dapatkan. Sementara anak-anaknya terkejut dan langsung berteriak syukur sekencang-kencangnya. Orang-orang di sekitarnya pun berkumpul dan mendekat, takjub dan terharu dengan peristiwa langka tersebut.
Betapa luas kedermawanan Allah. Ia maha pemberi anugerah dan pemberi kejutan dan pengabul permintaan hamba yang berdoa dengan penuh kesungguhan.
* Diolah dari tulisan Azro Rizmy, santri Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Tarim Hadramaut, sekaligus Rais Syuriah PCI NU Yaman.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Selama Ramadhan ini, redaksi Jurnaba.co berupaya menghadirkan kisah-kisah pendek bermuatan hikmah. Semoga bisa jadi kisah yang asyik dibaca sambil menunggu waktu sahur dan berbuka.