Ketika tangan tak mampu menjabat
Kaki tak dapat melangkah
Hanya hati yang mampu berbisik
Mohon maaf atas segala kesalahan
Rangkaian kalimat di atas tentu tidak asing bagi kita. Kalimat tersebut kerap muncul jelang perayaan hari raya idul fitri. Entah melalui SMS atau chat di WA Group. Siapa sangka, rangkaian kalimat tersebut benar-benar merepresentasikan kondisi masyarakat saat ini.
Salah satu aktivitas yang tak bisa dilepaskan dari perayaan idul fitri adalah bersalam-salaman atau berjabat tangan. Itu adalah aktivitas wajib ketika merayakan idul fitri.
Masalahnya, kita sekarang sedang berada pada masa pandemi. Di mana ada anjuran physical distancing sebagai upaya mencegah penularan virus corona. Lalu, mampukah kita melewati idul fitri tahun ini tanpa berjabat tangan?
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat tidak melakukan tradisi Lebaran berupa berjabat tangan secara langsung. Menurut Khofifah, masyarakat sebaiknya menghindari kontak fisik.
“Selama pandemi belum berakhir sebaiknya tidak melakukan kontak fisik, berupa jabat tangan,” ujar Khofifah saat memberikan keterangan pers di Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Dalam kondisi pandemi seperti ini menurut gubenur sangat berbahaya jika ada kerumunan dan kontak fisik. Khofifah juga menyarankan untuk tidak berkunjung ke sanak saudara karena dianggap berbahaya.
Untuk bersilaturahmi dan memaafkan bisa dengan telepon, whatsApp, sms, video call, dan sebagainya. Tidak perlu ketemu bertatap muka secara langsung.
“Dengan teknologi, silaturahmi bisa tetap erat, silaturahmi bisa dilakukan online, tanpa harus ketemu secara fisik,” ucapnya.
Khofifah menambahkan jika dengan melaksanakan ibadah dan menjalin silaturahmi online dari rumah, berarti semua orang telah ikut menjaga orang terdekat dan terkasih agar bisa tetap sehat tanpa berisiko tertular virus.
Di sisi lain, masih ada orang yang memilih untuk tetap bersilaturahmi ke rumah sanak famili. Contohnya adalah Muhammad Imron. Warga Desa Banjarsari, Kabupaten Bojonegoro tersebut rencananya tetap bersilaturahmi secara langsung.
“Lebaran tetap silaturahmi ke keluarga. Mungkin tahun ini agak berbeda karena corona. Jadi nggak semua didatangi,” ujar Imron.
Bapak 2 anak tersebut menambahkan jika dirinya akan melakukan proteksi diri seperti cuci tangan, menggunakan hand sanitizer, hingga memakai masker saat bersilaturahmi. Tujuan utamanya tentu untuk meminimalisir penularan virus corona.
Tak mudah memang untuk memastikan semua orang untuk menghindari kontak fisik ketika hari raya. Itu adalah tradisi yang sulit untuk dihilangkan begitu saja.
Silahturahmi secara online? Di atas kertas hal itu sangat bisa dilakukan. Namun dalam praktek di lapangan, tak semudah yang dibayangkan. Tentu ada saja orang yang keukeuh untuk melakukan silahturahmi secara langsung alias tatap muka.
Pada akhirnya, pilihan jatuh ke diri masing-masing. Jika memang khawatir tertular corona, tentu tak ada masalah jika memilih berdiam diri di rumah dan melakukan anjuran silahturahmi secara online.
Namun jika merasa kurang afdol lebaran tanpa berjabat tangan, proteksi diri sebaik mungkin. Seperti mencuci tangan dan memakai masker saat silahturahmi ke rumah sanak famili. Sehingga, tidak ada yang dirugikan.