Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Perjumpaan Kedua dan Cerita Tentang Ombak

Chusnul Chotimmah by Chusnul Chotimmah
04/01/2020
in Cecurhatan
Perjumpaan Kedua dan Cerita Tentang Ombak
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

“Tolong keep it save ya…it’s confidential.”

Hampir tiga tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, seorang teman memberikan tiga buah cerita padaku. Itu adalah dokumen digital berisi cerita pendek yang ditulis Italo Calvino.

Dari situ aku mulai berkenalan dengan Calvino, dari tiga cerita pendek yang tergabung di dalam Cosmicomics; Jarak Bulan, Di Kala Fajar, dan Sebuah Tanda Di Ruang Angkasa. Itu adalah perkenalan yang mengesankan, dengan bekas ingatan tentang bulan yang begitu besar, mengapung di atas kepala, dan berbau khas susu kental yang mirip krim keju. Aku ingat betul seperti memang pernah terjadi di hadapanku.

Beberapa bulan lalu, melintas di feed Instagramku buku kecil terbitan Penguin Modern, yang salah satunya berjudul “The Distance of The Moon”, judul salah satu cerita yang begitu kusukai. Lantas muncul kembali dua judul buku yang masih asing: Mr. Palomar dan The Road to San Giovanni.

Kubeli ketiga buku itu dari dua toko online yang berbeda, yang masing-masing menjual buku-buku impor. Setelahnya apalagi kalau bukan aku harus puasa jajan sampai akhir bulan?

Perjuangan kelas menengah membeli buku bagus adalah jalan sunyi yang panjang, yang mengorbankan cuan-cuan jatah hedon, untuk menutrisi pikiran.

Penderitaan budak korporat tentu saja tidak sampai di situ. Aku harus menjaga diri agar tidak membaca atau menulis dalam waktu dekat. Terbawa suasana akan mengancam pekerjaanku. Aku putuskan untuk menyimpan buku-buku yang kubeli di dalam laci.

Tapi siang ini, hanya siang ini saja, aku ingin mendengarkan sedikit dongeng dari Pengoceh yang handal itu. Secara serampangan tanganku mengambil buku dari laci, Mr. Palomar. Buku yang masih sangat bagus, meski kubeli dalam keadaan bekas. Sengaja pula kusampul untuk menjaga tampilannya sesuai dengan harga yang kubayar dengan tabungan sebulan.

“Hai, Cal. Lama ya kita tidak berjumpa!” ucapku padanya. “Hari ini, kau mau bercerita tentang apa? Aku mau mendengar.”

“Bagaimana kalau Mr. Palomar saja?” tawarnya.

“Oke.” Kugeser tempat dudukku searah dengannya, lantas duduk sedikit ke belakang untuk menyandarkan diri pada punggung kursi.

“Membaca Ombak,” dia membuka ceritanya. “Laut nyaris tak berkerut, dan ombak kecil menghantam pantai berpasir. Mr. Palomar sedang berdiri di pantai, melihat ombak. Bukan karena dia hilang dalam perenungan tentang ombak. Dia tidak hilang, karena dia cukup waspada dengan apa yang dilakukannya: dia ingin melihat sebuah ombak dan itu sedang dia lakukan. Dia tidak sedang merenung, karena untuk merenung kau butuh tempramen yang tepat, suasana hati yang tepat, dan kombinasi keadaan sekitar yang tepat…”

“Sialan!” batinku. Dia, seperti biasanya, bercerita dengan sangat bagus. Di hadapanku kini bukan dia, melainkan laut luas dan pertemuannya dengan langit di ujung penglihatan.

Di laut itu ombak-ombak kecil berjalan-jalan dan perlahan mendekat padaku, menyapu pasir pantai dan perlahan menyentuh kulit kakiku. Sial sekali! Orang aneh macam apa yang ‘melihat ombak’ tanpa berkontemplasi? Bukankah suasana seperti ini cocok sekali untuk berkontemplasi? Merenungi banyak hal.

“Mr. Palomar melihat sebuah ombak naik dari kejauhan, bertambah besar, mendekat, berubah bentuk dan warna, melipat dirinya sendiri, terpecah, menghilang, dan berhamburan.” Calvino terus berceloteh tanpa henti.

Gerak tangannya seirama dengan nada bicaranya. Siapa orang tak terbuai? Setelah mempertanyakan keanehan macam apa yang ada pada diri Mr. Palomar itu, aku sendiri justru menjelmanya.

Pikiranku penuh dengan ombak di hadapanku; warnanya, tiap detail bentuk dan perubahannya, dan segalanya. Lantas, aku justru mempersempit pandanganku untuk melihatnya dengan lebih jeli. Pikiranku bekerja seirama dengan kata yang diucapkan Calvino.

“Sial! Aku harus membuatnya berhenti bicara sebelum jam istirahat selesai. Jika tidak, maka tamat riwayatku.” Batinku, “tapi, bagaimana caranya?”

Di hadapanku masih belum muncul Calvino, ia hanya muncul sebagai suara-suara yang mengendalikan pikiranku. Aku masih berdiri di atas pantai, mewujud sebagai Mr. Palomar. Dia menjebakku di dalam cerita buatannya, dan sialnya aku justru menikmati semua mantra itu.

Sekarang, puncak-puncak yang saling tumpang tindih bergerak kea rah yang berbeda, pola umumnya seperti pecah ke dalam bagian-bagian yang muncul dan menghilang. Sebagai tambahan, refluk dari setiap ombak juga punya kekuatannya masing-masing yang menghalangi ombak yang selanjutny. Dan jika kau memfokuskan perhatian pada gelombang-gelombang mundur, itu seperti bahwa gerakan sesungguhnya adalah yang dimulai dari pantai dan pergi ke lautan lepas.
Apakah ini, mungkin saja, adalah hasil sesungguhnya yang ingin dicapai oleh Kau capai? Untuk membuat omba berlari di arah yang berlawanan, untuk membalikkan waktu, untuk melihat substansi dari dunia di luar sensory dan kebiasaan mental? Tidak, Kau merasa sedikit pusing, dan itu tidak berdampak lebih jauh dari itu. Keras kepala yang membuat gelombang ombak bergerak ke pantai memenangkan laga ini: faktanya, ombak telah sangat besar. Apakah angin segera berganti? Itu akan menjadi bencana jika pandangan yang telah berhasil Kau satukan dengan susah payah hancur dan hilang. Hanya jika Kau berhasil mengingat semua aspek sekaligus, Kau dapat memulai operasi tahap kedua: memperpanjang pengetahuan ini ke seluruh alam semesta.

Cukup bagiku untuk tidak kehilangan kesabaran. Kuhentikan dengan segera begitu Calvino menutup bibirnya. Jangan lagi masuk pada cerita selanjutnya! Kuperingatkan diriku sendiri untuk mengakhiri pertemuan kami hari ini.

Kututup buku itu, mengambil nafas panjang, dan meletakkannya kembali ke laci. “Sial betul kakek tua itu!” batinku. Dia justru menambah isi pikiranku dengan banyak pertanyaan dan ketidakpastian. Merenung mungkin jauh lebih baik dari memandangi ombak dan memikirkan tetek-bengek segalanya.

Tags: Fiksi Akhir Pekan

BERITA MENARIK LAINNYA

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan
Cecurhatan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022
Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah
Cecurhatan

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

15/05/2022
Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless
Cecurhatan

Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

14/05/2022

REKOMENDASI

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

21/05/2022
Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

20/05/2022
Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

Kisah Para Penggerak Dunia Pendidikan dari Bumi Wali

19/05/2022
Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

Milad Aisyiyah dan Semangat al-‘Ashr

18/05/2022
Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

17/05/2022
Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved