Sistem organisasi yang baik itu seperti mesin mobil. Satu copot harus segera cari gantinya, dengan kemampuan pengganti yang cepat menyesuaikan diri — Puthut EA
Sejumlah muda-mudi duduk melingkari meja. Menikmati secangkir kopi panas dan camilan. Menatap panggung bernuansa tradisional. Keakraban cangkruk itu terjadi di Hotel dan Resto Griya MCM.
Budaya cangkruk erat kaitannya dengan masyarakat Bojonegoro. Khusus pada Rabu (4/12/2019) pagi itu, suasana cangkruk cukup istimewa. Kawan-kawan awak media kedatangan seorang tamu. Siapa lagi kalau bukan Kepala Suku Mojok, Puthut Eko Arianto.
Puthut EA hadir sebagai pengisi acara Cangkruk Mathuk. Acara tersebut diselenggarakan oleh Tempo Institute. Tema “Merintis dan Merawat Media” menjadi obrolan cangkruk’an yang dimulai pukul 10.00 wib.
Kepala Suku Mojok tersebut menceritakan awal terjun di media massa. Meski begitu, Puthut tidak merasa sebagai jurnalis, tetapi dia seorang penulis. Dia menulis di selebaran kertas yang dicetak 4 halaman. Cetakan tersebut dia terbitkan di sekitar area kampus.
“Saya pertama kali membuat media melalui selebaran dengan empat halaman,” kata Puthut.
Mempersingkat cerita, Puthut berhasil membuat media alternatif Mojok.co. Media tersebut sudah berjalan selama lima tahun. Meski begitu, pasang-surut dialami Mojok. Pada tahun ke tiga, Mojok sempat mengalami kebangkrutan.
Namun, hal tersebut berhasil dia atasi bersama timnya. Terlebih dalam mencari investor. Investasi cukup penting bagi sebuah perusahaan yang masih merintis. Ide-ide harus dikembangkan. Menurutnya, uang adalah alasan pertama sebuah perusahaan tetap berjalan. Termasuk perusahaan media massa.
“Punya ide tapi tidak punya uang tentu tidak akan berjalan,” ucap penulis buku berjudul Para Bajingan yang Menyenangkan tersebut.
Selain uang, tentu ada hal lain yang juga penting. Manusia adalah sumber daya yang sangat dibutuhkan. Kemampuan yang dimiliki harus bisa dikembangkan.
Karena itu, infrastruktur manusia dalam perusahaan sangat penting. Harus ada gagasan dan konsep jelas yang dimiliki untuk merintis perusahaan. Khususnya di bidang media massa.
“Selanjutnya adalah resource. Infrastruktur manusia itu penting. Gagasan ada dan konsep media juga harus jelas,” imbuhnya.
Hal tersebut karena kebutuhan media untuk membakar uang investor. Setidaknya, pembakaran uang tersebut membutuhkan waktu lima tahun pertama. Tentu itu tidak bisa dilakukan begitu saja. Merintis dan merawat media juga butuh strategi. Seperti halnya Mojok yang sempat shutdown lalu bangkit kembali.
Mojok menyediakan konten media yang cukup berani. Yaitu mengangkat konten dengan berbagai polemik. Namun, polemik yang diangkat bukan untuk mencari sensasi. Polemik lebih ditekankan pada peningkatan perhatian publik. Dengan catatan yang berkualitas, argumentatif dan tidak rasial.
“Berpolemik, di Mojok itu termasuk strategi kita. Tapi polemik yang berkualitas, harus argumentatif dan tidak rasial,”
Hal tersebut Mojok lakukan dengan melibatkan penulis lain. Misalnya para pembaca Mojok di kanal Terminal Mojok. Selain perhatian dari publik, ini juga akan memperkuat brand Mojok. Mojok memiliki tagline “Sedikit Nakal Banyak Akal”. Tagline itulah yang memperkuat brand Mojok.
Puthut menuturkan pentingnya sistem organisasi yang kuat dan solid. Bisa diibaratkan seperti mesin kendaraan. Misalnya mobil. Agar mobil berjalan dan nyaman digunakan, sistem pada mesinnya harus bagus. Jika ada yang bermasalah harus segera dicopot dan diganti baru.
“Sistem organisasi yang baik itu seperti mesin mobil. Satu copot harus segera cari gantinya, dengan kemampuan pengganti yang cepat menyesuaikan diri,” kata Puthut menjawab pertanyaan Widya Septiya dari Jurnaba.
Media massa memiliki peran sangat penting. Pasalnya, realitas sosial masyarakat bisa dibangun media massa. Hal ini lah yang menjadi kekuatan media. Khususnya untuk mendekonstruksi realitas melalui sudut pandang jurnalis atau penulis. Pesan tersebut disampaikan pihak pendukung acara saat sambutan.
“Itu bisa mempengaruhi masyarakat dan yang lebih luas lagi. Kalau media maju, itu juga akan membawa masyarakat kepada kemajuan,” ucap External Affairs Manager Exxon Mobile Cepu Limited (EMCL), Ikhwan Arifin saat memberikan sambutan.
Dapat disimpulkan, merintis media membutuhkan biaya dan sumber daya manusia. Manusia tersebut harus memiliki ide dan gagasan yang jelas. Selain mengisi konten yang menarik dan berkualitas, juga dalam pengelolaan organisasi agar terus berjalan. Pasalnya, media massa memiliki peran penting bagi demokrasi. Khususnya membangun realitas sosial masyarakat agar semakin berkemajuan.