Tlatah Jipang (Blora dan Bojonegoro) punya peran istimewa sejak era Hindu-Budha. Prasasti Maribong adalah satu di antara banyak bukti ilmiahnya.
Prasasti Maribong atau Prasasti Trowulan II (Koleksi Museum Nasional, 1986 :117), dikeluarkan Kerajaan Singhasari pada 1170 Saka (1248 M) — yang oleh Louis Damais direvisi menjadi 1186 Saka (1264 M) — adalah bukti otentik istimewanya wilayah Jipang (Bojonegoro dan Blora) bagi Raja Wisnuwardhana.
Tlatah Jipang sering dikerdilkan melalui dongeng kolosal fiktif abad 16 M (itu pun baru ditulis pada abad 19 M). Padahal, kebesaran Tlatah Jipang tercatat empiris dan terbukti ilmiah sejak abad 11 hingga 12 M. Kebesaran Jipang, kita tahu, bahkan tergurat abadi pada sejumlah prasasti.

“Tamahastawanabhinnasrantalokapalaka. kumonaken irikang wanwa i maribong watek atagan jipang”. (baris ke-5 Prasasti Maribong).
Pada baris ke-5 menerangkan bahwa Maribong, semula daerah bawahan Jipang, dinobatkan menjadi tanah simaswatantra oleh Raja Wisnuwardhana. Alasan penobatan ini, karena lokasi itu dihuni Para Brahmana (Empu), yang membantu kakek (leluhur) Raja Wisnuwardhana dalam menyatukan Jawa.
Informasi ini sesuai Naskah Negarakertagama yang menyebut, Sri Ranggah Rajasa (Pendiri Singashari dan leluhur raja-raja Majapahit) telah berhasil menyatukan Jawa. Penyatuan Jawa yang dimaksud, adalah penyatuan Jenggala dan Panjalu. Sebuah kerajaan besar yang atas nama kedamaian, pernah dibelah menjadi dua oleh Empu Bharada.
Dari Prasasti Maribong, didapat informasi bahwa Raja Wisnuwardhana pernah bergelar Panji Semining Rat, sebuah nama yang kelak juga dipakai oleh Kertawardhana, ayah dari Raja Hayam Wuruk, raja paling berkuasa di Nusantara. Artinya, Hayam Wuruk sang Raja Majapahit ini, mengambil semangat sang leluhur (Raja Wisnuwardhana) untuk menyatukan seluruh Jawa.
Raja Wisnuwardhana sangat menghormati Maribong. Ia menjadikan wilayah itu istimewa untuk urusan spiritual keagamaan. Karena itu, sudah seharusnya di tempat itu, dulu banyak sekali Para Brahmana (Mpu), figur yang disebut telah membantu Sri Ranggah Rajasa untuk menyatukan Jawa. Di mana saat itu, wilayah Maribong masih menjadi satu kesatuan dengan Jipang.
Maribong dalam prasasti, saat ini menjadi Dusun Merbong, Ngraho, Bojonegoro. Sebuah dusun yang berada persis di seberang Desa Loram Blora. Dan di Desa Loram, terdapat reruntuhan struktur batu bata dengan jumlah terbesar di sepanjang Bengawan Solo. Tempat yang juga tercatat pada Prasasti Pucangan (1041 M).