Acara Malam Limolasan dilaksanakan di makam Keramat Songo Jipang pada (22/5/2024), berjalan dinamis dan konstruktif. Agenda jagong ilmiah itu, membeber fakta peradaban Islam di wilayah Jipang sejak abad 14 M, fakta penting yang kerap tertutupi dongeng kolosal berlatar abad 16 M.
Acara Limolasan digelar di pendopo makam Keramat Songo berjalan gayeng. Dalam acara tersebut, dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya, Herdaru Budhy Wibowo (Kepala Desa Jipang) beserta para perangkat desa, Dalhar Muhammadun (Ketua Dewan Kebudayaan Blora) beserta sejumlah Budayawan Blora, serta para periset dan pegiat literasi dari Kota Blora dan Bojonegoro yang tergabung dalam Komunitas Blogoro Geohisci.
Secara literatur, peradaban Islam di wilayah Jipang sudah dimulai sejak era dakwah Mbah Jimatdil Kubro dari Gunung Jali Tebon pada 1334 M, dilanjut era para santri Mbah Jimat, yaitu; Mbah Keramat Songo dan Mbah Keramat Santri pada awal 1400 M, dan diteruskan Sunan Ngudung atau Sunan Jipang Panolan pada akhir 1400 M.
Baca Juga: Prasasti Maribong, Jejak Ilmiah Raja Wisnuwardhana di Bojonegoro
Herdaru Budhy, Kepala Desa Jipang, dalam sambutannya mengatakan, Jipang dalam konteks budaya memang kerap dikenal dari dongeng-dongeng tutur. Karena itu pihaknya merasa senang karena banyak bukti-bukti literatur yang membahas Jipang dari sisi kejayaan ilmiah. Khususnya tentang bukti ilmiah kejayaan Islam di wilayah Jipang.
“Sisi-sisi kejayaan inilah, yang memang harus mulai dipahami dan disebarluaskan pada masyarakat” kata pria akrab disapa Hanung itu.
Ketua Dewan Kebudayaan Blora, Dalhar Muhammadun menjelaskan, Jipang dengan dongeng perangnya, memang sudah identik sejak lama. Namun, bukan berarti fakta-fakta ilmiah tentang kejayaan Islam dilupakan. Justru, kejayaan Islam di wilayah Jipang yang sudah terjadi sejak abad 14 M itu, wajib dimunculkan dengan berbagai macam cara. Baik melalui jurnal, maupun dongeng akar rumput.
“Ini (kejayaan islam di Jipang) wajib dimunculkan dan diceritakan, setidaknya sebagai penyeimbang khasanah kebudayaan” ungkap pria yang akrab disapa Mbah Madun tersebut.
Sementara Ahmad Rifai, Budayawan Muda Kota Blora menambahkan, sisi kejayaan islam di wilayah Jipang, selama ini amat jarang dibahas. Padahal, menurut dia, kejayaan islam di Jipang sangat banyak disebut di dalam literatur-literatur ilmiah. Khususnya Islam sebelum era Demak. Mengingat, jauh sebelum Demak didirikan, islam sudah dikenal secara komunal di wilayah Jipang.
“Artinya, sudah waktunya memunculkan sisi kejayaan ilmiah itu lewat berbagai macam cara. Sehingga yang diketahui masyarakat bukan hanya dongeng tentang perang-perangan saja” ucap lelaki yang juga aktivis progresif itu.
Senada dengan itu, jurnalis dan periset dari Kota Bojonegoro, Yusab Alfa Ziqin mengatakan, wajah Jipang yang sejati memang tertutup dongeng perang yang cukup melekat di masyarakat. Sebab, ia terus diceritakan dan diulang-ulang. Yusab menyebut, hal yang sama juga perlu dan wajib dilakukan. Yaitu, mengulang-ulang dan memproduksi cerita tentang kejayaan Islam di wilayah Jipang.
“Seperti halnya dongeng, fakta ilmiah harusnya lebih sering didongengkan” ungkapnya.
Pustakawan dan periset dari Kota Bojonegoro, Ahmad Wahyu Rizkiawan menambahkan, literatur tentang Kejayaan Islam di wilayah Jipang sangat banyak. Mulai dari History of Java, The Passing Over, Hikayat Banjar, Tarikhul Aulia, hingga Manuskrip Padangan. Belum lagi uraian dari KH Abdurrohman Wahid (Gus Dur), analisa ilmiah dari KH Agus Sunyoto, bahkan keterangan-keterangan dari Tarikh Padangan. Mayoritas menceritakan kejayaan Islam di wilayah Jipang.
“Nah, data-data ini harus diolah dan dipopulerkan dengan bermacam cara” ungkapnya.
Melengkapi itu semua, Totok Supriyanto, Budayawan dan Peneliti dari Kota Blora menyebut, memahami faktor periodisasi sangat penting. Terutama dalam menceritakan Jipang. Periode kejayaan Jipang disinggung dan tercatat dalam berbagai prasasti. Di antaranya Prasasti Pucangan (1041), Prasasti Maribong (1248), hingga Prasasti Canggu (1358). Hal itu jadi data kuat akan besarnya peradaban Jipang.
Lebih jauh Totok menambahkan, bukti-bukti arkeologis akan peradaban Jipang juga banyak tersisa, yang kini disimpan secara aman di sejumlah museum. Khususnya bukti arkeologis yang ada di Mesigit Jipang dan Mesigit Tebon. Kedua lokasi itu, secara arkeologis, memang terdeteksi dari peradaban abad 14 M.
“Termasuk yang ada di Keramat Songo ini, tempat yang jadi lokasi Limolasan ini. Terdapat nisan dan pasujudan dari periode tersebut” pungkasnya.
Acara Limolasan merupakan agenda rutin yang mempertemukan para periset dari Blora dan Bojonegoro. Selain sebagai ajang silaturahim, agenda Limolasan ditujukan untuk menggali ibrah sejarah, dengan cara mengambil nilai bijak dari masa silam, untuk mitigasi masa depan.