Pesan untuk Mbak Puan yang nanam padi sambil hujan-hujanan.
Kalau dipikir-pikir Bu Susi Pudjiastuti itu jahat banget ya lur? Kasihan banget deh Mbak Puan udah kedinginan, terjun ke sawah kena lumpur kok masih di sindir mulu. Rasanya sia-sia gitu pencitraan untuk membangun citra wakil rakyat yang benar-benar merakyat ingin nyapres.
Seperti yang kita tahu bersama bahwa mantan menteri KKP itu membagikan cuitan pedas, katanya petani tidak menanam padi di saat hujan turun. Jelas saja ini memperburuk personal branding ketua DPR kita bersama.
Padahal di akun twitter official Mbak Puan sudah bagus mengunggah video pendek yang menampilkan dirinya bertemu dengan para petani dari berbincang-bincang sampai langsung turut terjun ke sawah menanam padi di daerah Godean, Yogyakarta ditambah keterangan caption yang merepresentasikan kalau beliau adalah wakil rakyat yang grapyak dengan wong cilik.
Saya pribadi betul-betul prihatin dengan ini semua, kok ya bisa-bisanya silih berganti apa-apa yang dilakukan Mbak Puan ini selalu menuai kritik terus ; mulai dari anggapan matiin mic, baliho yang katanya nggak mashook, menolak interupsi fraksi PKS, sampai yang terbaru ini dianggap nggak masuk akal menanam padi di sawah saat hujan turun.
Sabar ya Mbak, lupakan hujatan netizen yang pro Bu Susi, apalagi Fadli Zon yang ikut-ikutan nyindir bilang belum belajar pencitraan 4.0 itu. Anggap saja mereka Cuma cari perhatian aja. Tapi kalau dibolehkan membuat saran sebagai anak petani dan pengalaman belasan tahun tinggal di desa, saya memang menyarankan agar tidak melakukan tanam padi di kala hujan.
Alasan pertama karena menanam padi bahkan ke sawah aja waktu hujan itu bahaya, ada banyak marabahaya menghantui. Katakanlah terpeleset tanah yang licin hingga yang paling terparah tersambar petir.
Okelah untuk urusan terpeleset masih bisa dihindari dengan cara melihat secara jeli terkait tanah yang berpotensi dan tidak berpotensi membuat terjatuh, tapi buat sambaran petir akan susah sekali menerka menit, detik dan dimana lokasi akan terjadi. Kan ya nggak lucu seumpama—amit—pas menanam padi ada petir menyambar.
Itulah alasan kenapa hingga sampai sekarang tidak ditemukan petani melakukan aktivitas di sawah waktu hujan. Kalau pun ada, hal itu dilakukan hanya pada situasi tertentu saja misalnya membenahi aliran air di sawah agar tidak membuat putus pematang sawah. Setahu saya itu biasanya dilakukan pas hujan sudah reda juga sih.
Alasan kedua, terlepas dari penggunaan jaket sporty yang nggak petaniable. Saya lihat Mbak Puan pergi ke sawah berlumpur pakai sepatu boot, bukanya apa-apa tapi memakai sapatu boot di kondisi sawah seperti itu apalagi digunakan menanam padi yang seperti kita tahu berjalannya harus mundur sangat bahaya.
Bisa membuat kaki terjebak di lumpur dan akhirnya malah membuat jatuh hingga ada kemungkinan membuat lecet kaki. Ya masak sih untuk kebutuhan pencitraan ada drama pakai jatuh di sawah, nanti apa kata netizen!?!!.
Kalau di kampung saya, pemakaian sepatu boot baru digunakan pada musim kemarau untuk menghindari jemari kaki terperosok di tanah yang pecah-pecah atau untuk menghindari akar tunggang dari tanaman mati. Balik lagi ini hanya sepengamatan saya ketika di kampung.
Secara keseluruhan apa yang dilakukan oleh Mbak Puan sangat baik dan patut diapresiasi. Mbak Puan ingin mendengarkan permasalahan petani dengan datang dan ikut menanam padi keinginan itu sudah tercapai. Mbak Puan ingin merasa dekat bersama Penjaga Tatanan Negara Indonesia dengan berbincang bersama mereka keinginan itu sudah tercapai.
Cuma ada satu hal yang tidak tercapai yakni memastikan keinginan petani-petani itu untuk rehat dan makan indomie saat hujan di rumah. Lha bagaimana, para petani sibuk mendampingi wakil rakyatnya blusukan apalagi diajak hujan-hujanan. Eh ladalah kok malah menyusahkan rakyatnya ya Lur!?!!
Maka ya mau tidak mau harus diakui Bu Susi memang jahat dalam hal sindir menyindir, tapi sindiran tersebut make sense dan amat tepat sih.