Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Saatnya Beranjak dari Romantisme Masa Lalu Sepakbola Indonesia

Mahfudin Akbar by Mahfudin Akbar
15/10/2019
in Cecurhatan
Saatnya Beranjak dari Romantisme Masa Lalu Sepakbola Indonesia
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Timnas sepakbola Indonesia kembali menelan kekalahan di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022. Tampil di Stadion I Wayan Dipta, Indonesia harus mengakui keunggulan Vietnam dengan skor 1-3. Ini adalah kekalahan keempat Indonesia secara beruntun di pergelaran tersebut.

Malang tak bisa ditolak, untung tak bisa diraih. Kalimat tersebut menggambarkan kondisi timnas Indonesia saat ini. Tim yang konon disebut sebagai Macan Asia tersebut tak berdaya di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022.

Setelah Malaysia, Thailand, dan UAE, kini giliran Vietnam yang memberi pelajaran bagi skuat Garuda. Vietnam memberikan kekalahan dengan skor 1-3 kepada suporter Indonesia. Puluhan ribu suporter Indonesia yang memadati Stadion I Wayan Dipta, Bali serasa dipermalukan.

Sebelum laga melawan Vietnam ini, Indonesia bertandang ke kandang Uni Emirat Arab atau UAE. Di laga tersebut, gawang Indonesia dibobol sebanyak 5 kali oleh UAE.

Rentetan kekalahan yang diderita oleh Andik Vermansyah cs. seperti memperlihatkan bobroknya sepakbola Indonesia. Banyak omong besarnya, dibandingkan dengan prestasi di lapangan. Bahkan di level ASEAN, Indonesia jadi bulan-bulanan.

Kekalahan dari Vietnam ini membuat kans Indonesia untuk lolos ke babak selanjutnya terutup. Bahkan, bisa dibilang, hanya keajaiban yang mampu meloloskan Garuda ke fase berikutnya.

Kembali ke Romantisme Masa Lalu

Pencinta timnas diminta untuk bermimpi lagi untuk melihat Indonesia berlaga di Piala Dunia. Sesuatu yang terus berulang. Awalnya diminta untuk bermimpi setinggi langit. Pada akhirnya dijatuhkan lagi sampai hilang rasa sakit.

Tak bisa dipungkiri bahwa sepakbola Indonesia itu lebih ramai di belakang meja dibandingkan di atas lapangan. Intrik yang terjadi dalam kepengurusan PSSI lebih nyaring terdengar dibandingkan capaian timnas di berbagai kejuaraan maupun kompetisi internasional.

Saat-saat seperti ini, romantisme masa lalu biasanya kembali didengungkan oleh sejumlah pihak. Kita jadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia lah. Kita mampu menahan Uni Soviet dengan Lev Yashin-nya lah. Kita Macan Asia lah. Sampai kapan terjebak dengan cerita masa lalu itu?

Indonesia Macan Asia? Berapa kali sih timnas Indonesia juara Piala Asia? Jangan jauh-jauh deh. Sejak Piala Asia digulirkan pada 1956, berapa kali Indonesia berpartisipasi atau lolos ke babak utama?

Terlalu jauh juga bicara benua Asia. Lha wong di level Asean saja kita tak bisa berbuat banyak. Saat Vietnam dan Thailand sudah bisa bikin repot Jepang, kita justru sering kepayahan saat menghadapi Myanmar atau Kamboja.

Tanpa bermaksud mengecilkan kiprah para pendahulu, memunculkan kembali capaian masa lalu adalah sesuatu yang menyedihkan. Hidup itu bergerak ke depan, bukan ke belakang. Jepang yang katanya belajar menata liga sepakbola dari Indonesia saja sudah jadi langganan Piala Dunia. Lha kita?

Mengenang masa lalu tentu sah-sah saja. Bung Karno saja mengingatkan untuk tidak melupakan sejarah. Tapi, jangan sampai sejarah dan masa lalu itu jadi tameng untuk kebobrokan sepakbola Indonesia saat ini.

Perubahan yang didamba-dambakan pencinta timnas Indonesia era Ricky Yacobi hingga Egi Maulana Vikri belum juga terealisasi. Sampai kapan harus menunggu untuk melihat Indonesia tampil mempesona lagi.

Seperti kata Najwa Shihab; Sepak bola kita tidak sedang baik-baik saja. Buat apa membohongi diri sendiri, PSSI?

Tags: PSSITimnas Indonesia

BERITA MENARIK LAINNYA

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan
Cecurhatan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022
Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah
Cecurhatan

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

15/05/2022
Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless
Cecurhatan

Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

14/05/2022

REKOMENDASI

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

Hiperrealitas Norma dalam Film KKN Desa Penari

17/05/2022
Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

Stop! Perempuan Bukan Objek Kekerasan

16/05/2022
Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

Bukan Tutorial Move On Bagi Yang Patah

15/05/2022
MotoGP Mandalika dan Dampak Positif Bagi Perekonomian NTB

MotoGP Mandalika dan Dampak Positif Bagi Perekonomian NTB

14/05/2022
Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

Cegah Pungli dan Gratifikasi, Bapenda Bojonegoro mulai Terapkan Cashless

14/05/2022
Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran

Serba Serbi Akhir Ramadhan Hingga Awal Lebaran

13/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved