Tiap melihat air yang menggenang, rasanya seperti menengok kenangan.
Pepatah bilang, setiap jalan akan ada lubang. Aku satu diantara banyak orang yang mempercayainya. Itu kata-kata motivasi untuk yang tengah berjuang, agar tak menyerah oleh kegagalan.
Hujan sore tadi telah reda. Sisa airnya mengisi lubang-lubang menjadi genangan, bahkan kenangan. Genangan mengandung kenangan. Tiap melihat air yang menggenang, rasanya seperti menengok kenangan.
Aku mendadak jadi filsuf di suasana dingin dan sepi. Samar-samar sepenggal kisah menyeruak keluar dari memori ingatan. Barangkali itu yang di namai mengenang.
**
Gerimis tiba-tiba jatuh diantara waktu Maghrib dan Isya. Dua orang, laki-laki dan perempuan, berjalan menuju alun-alun kota setelah menikmati senja di Bengawan. Siluet yang manja tiba-tiba raib oleh mendung hitam, lalu hujan.
Cepat-cepat mencari tempat berteduh. Niatnya, menikmati waktu berdua di taman jantung kota oleh pertemuan yang tak pernah direncanakan sebelumnya itu.
Duduk berdua berhadap-hadapan, berteduh di bawah gazebo. Gerimis bertambah deras. Sementara di gazebo lain, nampak dua orang, sepertinya mereka sepasang kekasih, terlihat kedinginan dan saling menghangatkan.
Pemandangan itu membuat laki-laki dan perempuan tadi tertawa disertai nggibah berdua. membicarakan berbagai bab, hingga sampai pada bab pernikahan. Perempuan itu tiba-tiba mengeluarkan kata tanya. Sesaat suasana hening.
Lalu apa keinginanmu? Senyum dari bibir manis dan cerah wajahnya muncul.
Di bawah remang-remang cahaya lampu dan rintik sendu, laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya itu tak langsung menjawab, ia pandangi wajah bahagia perempuan itu dengan senyum, lalu ia jelaskan tentang harapan dan cita-citanya yang belum dicapai.
Bercakap-cakap renyah keduanya, kadang dengan kata-kata mesra bertanya dan menjawabnya, seperti sedang dimabuk cita-cita berbalut asmara. Lelaki dengan mulut gombal dan perempuan dengan Ke-baperan-nya. Semua bercampur dengan harapan dan arah keseriusan.
Barangkali itu cara mereka berdua melampiaskan momen yang tak pernah dirasakan semasa mereka berpacaran dulu. Sekaligus menjadi momen romantis yang pertama dan terakhir bagi keduanya.
**
Malam-malam menikamati waktu sambil minum kopi, seperti jadi rutinitas usai lelah bergelut dengan masalah hidup. Dalam hidup, akan selalu ada yang baru, saat yang belum diikhlaskan pergi dengan buru-buru.
Dua bulan berlalu. Dan langkahmu benar, telah memilih ia yang memberi kepastian, bukan hanya gombalan.
Desember 2019 usai hujan mengguyur sore, malam ini beda dengan malam itu.
M. Hestu Widiyastana adalah seorang mahasiswa dan aktivis penikmat gerimis.