Gundah gulana tiap manusia tentu beda-beda. Dan ini hanya tulisan anak SMA. Jadi ya, kegundahannya nggak kayak orang-orang tua di istana negara.
Nabs, aku gadis SMA biasa. Ya, tidak ada yang dapat dibanggakan dari segi manapun. Senyum ikhlas dan tawa lepas adalah bagian penting
keseharianku.
Aku menjalani hari demi hari dengan impian-impian khas anak SMA yang tersimpan rapat di hati dan pikiran.
Meski sejujurnya, tak mudah menjalani itu semua. Cacian lembut yang terdengar lekat dari mulut
orang-orang terdekat, bergeming tak ada habisnya.
Kekuatan dan dukungan keluarga adalah cara terbaik membunuh bisikan-bisikan setan dari orang-orang seperti mereka. Kebahagiaan sederhana keluarga jadi orientasi dan motivasi utama, yang setara harta tak ternilai.
Terimakasih, hatiku sudah baik-baik saja. Aku juga sudah tidak memperdulikan mereka yang begitu berharga menjadi peran penting segala pilu dan sesak yang pernah ada.
Dan, sesuatu yang tidak pernah kuduga tiba-tiba melintas di pikiranku, tidak ada salahnya aku belajar mencinta, belajar memahami dan berbagi sesak pilu bahkan kebahagiaan, dengan orang lain.
Waktu yang tidak terduga. Pertemuan tidak disengaja dan berlanjut bertukar nomer gawai (WA). Hubungan kami dimulai dari chat yang saling antusias membalas ketika ada pemberitahuan.
Aku mengingat diriku yang
bersitatap dengan layar gawai dengan senyum-senyum kegirangan sebagai petunjuk.
Ya, benar. Aku mulai menyukainya, Nabs. Namun, aku lupa memastikan apakah dia melakukan hal yg sama juga?
Atau yang dia lakukan hanya membalas pesan, bukan perasaan?
Percakapan berlangsung hingga larut malam. Ucapan selamat tidur darinya kudapat, apakah semua yang dekat padanya juga mendapat hal sama seperti yang kudapat darinya?
Aku terlanjur menyukainya, hingga tidak peduli dengan masalalunya dan berniat tidak ingin mencari tau karena masa lalu dapat menimbulkan masalah di masa mendatang.
Aku menerimanya dengan segala hal yang ada, tak peduli sepahit dan
seburuk apapun masa lalunya. Bukankah hubungan cinta selalu memberi kesempatan melepas kenangan? Ya, sekali lagi, karenamu hal bodoh kulakukan.
Iya, memang hari ini urusan politik dan negara lagi ramai banget. Tapi gundah gulana tiap manusia tentu beda-beda. Dan ini hanya tulisan anak SMA. Jadi ya, kegundahannya nggak kayak orang-orang tua di istana negara.
Nurin Erika Ningrum merupakan pelajar SMKN 2 Bojonegoro yang hobi menulis cerita.