Pandemi corona memunculkan sikap dan mental berdikari. Banyak pihak di luar pemerintah yang tergerak aktif dalam menyalurkan bantuan sosial kepada warga terdampak corona. Langsung eksekusi, tanpa tahapan birokrasi.
Bantuan sosial kepada warga yang terdampak corona terus bermunculan. Mereka berasal dari orgnaisasi, komunitas, bahkan perorangan. Bantuan ditujukan kepada tenaga kesehatan maupun warga yang terdampak langsung corona.
Inisiatif untuk berikan bantuan langsung kepada yang membutuhkan punya efek dan manfaat yang besar. Bantuan secara mandiri itu tentunya bisa lebih cepat sampai ke orang yang benar-benar membutuhkan.
Semua bakal berbeda jika warga terdampak corona menunggu bantuan pemerintah. Dengan birokrasi yang kadang berbelit, bantuan dari pemerintah musti melewati proses cukup panjang sebelum sampai ke penerima. Mana sering salah sasaran pula.
Mental berdikari di masa pandemi ini ditunjukkan oleh perkumpulan warga RT 08 Desa Pacul, Bojonegoro. Tak menunggu bantuan pemerintah pusat maupun daerah, mereka berinisiatif untuk menyediakan sembako bagi semua warga RT 08.
Warga RT 08 memiliki kas tersendiri. Kas tersebut didapat dari hasil mengumpulkan uang jimpitan alias uang sukarela. Uang jimpitan yang dikumpulkan tiap malam dari program siskamling tersebut akhirnya digunakan untuk membeli sembako.
Menurut Ketua RT, Ta’in, pembelian sembako ini murni dari kas RT 08 sendiri. Ini sebagai bentuk bantuan kepada warga yang terkena dampak dari pandemi corona.
“Sembako dibagi merata ke semua warga RT 08 tanpa terkecuali. Sembako dibeli dari uang jimpitan,” ujar Ta’in.
Paket sembako dari RT 08 Desa Pacul berisikan 5 kilogram beras, 10 bungkus mie instan, minyak goreng dan gula. Jika ditotal, nilai paket sembako tersebut kurang lebih Rp 100 ribu.
Apa yang dilakukan oleh warga RT 08 Desa Pacul tersebut adalah contoh sederhana dari mental berdikari dan saling gotong rotong. Alih-alih menunggu bantuan dari pemerintah yang kadang tak merata, warga justru bahu-membahu di masa yang serba sulit ini.
Peneliti dari lembaga riset Hicon Law & Policy Strategies, Puguh Windrawan, mengatakan jika warga Indonesia memiliki jiwa komunal atau kebersamaan yang tinggi. Tanpa menunggu bantuan pemerintah, warga dan masyarakat saling membantu di masa pandemi.
“Saat ini, masyarakat sudah hidup berdampingan dengan virus. Pihak yang selama ini diidam-idamkan untuk menjadi panglima dalam menangani virus ini justru masih gamang dalam menentukan sikap. Mau tidak mau, masyarakat harus berdikari untuk membangun imunitasnya sendiri,” ujar Puguh seperti dikutip dari Gatra.
Mental dan sikap berdikari warga ini memang jadi modal penting di saat-saat seperti ini. Tanpanya, masa pandemi akan jauh lebih sulit dihadapi.