Di depan Ibu Khofifah Indar Parawansa, Agung Gatda menyembunyikan air mata bahagianya.
Ridduwan Agung Asmaka atau Agung Ridwan memang identik dengan prinsip Semangat Muda. Dibaca: seman-gat muda. Sehingga melahirkan Perpustakaan Gatda. Gatda, adalah singkatan dari Semangat Muda.
Agung Gatda, begitu ia dikenal semesta, merupakan satu diantara anak muda Bojonegoro yang memiliki sikap percaya diri amat tinggi. Terutama dalam hal mewujudkan cita-cita dan imajinasi.
Lelaki yang pada Desember 2020 nanti genap berusia 26 tahun tersebut, mengawali peran hidup sebagai seorang pengamen jalanan. Sesekali juga jadi tukang becak.
Namun, ada sedikit yang membedakan Agung dengan pengamen atau tukang becak lainnya. Agung punya keberanian merawat imajinasi, sekaligus memiliki rasa percaya diri yang amat tinggi. Yang ia gambarkan dengan prinsip hidup: nekat seru pol (Nasep).
Benar bahwa nasib atau nasep adalah kesunyian masing-masing. Dan Agung sangat menikmati kesunyian itu dengan kenekatan yang bahagiawi. Kenekatan untuk percaya pada diri sendiri.
Agung menghidupkan imajinasinya dengan bermacam gerakan sosial. Dengan aktivitas-aktivitas yang bagi sebagian besar orang, sangat kurang populis.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, Agung melakukan aktivitas literasi dengan membikin Perpus Gatda. Sebuah perpustakaan yang ditaruh di atas becak.
Agung mengajak anak-anak untuk membaca sekaligus berimajinasi. Tak hanya itu, melalui becak pustakanya, Agung mengajak anak-anak untuk berani merawat imajinasi itu.
Agung tak hanya giat dan percaya diri merawat imajinasi. Tubuhnya dipenuhi semangat belajar yang sangat membabi-buta. Tiap hari dia belajar tentang apapun. Dari siapapun. Dan di manapun ia berada.
Semangat belajar dan konsep Nasep itulah yang pada akhirnya memunculkan bermacam kegiatan-kegiatan edukasi kreatif macam Les Basa (bayar sampah), Dunia Imajinasi, hingga Sanggar Gatda.
Les BaSa (Bayar Sampah), misalnya, mengajak anak-anak belajar di dekat makam dengan mengumpulkan sampah. Sanggar GatDa, sanggar yang belajarnya di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Hal semacam itu, tentu hanya bisa dilakukan oleh seorang pemberani. Berani merawat dan menjaga konsistensi imajinasi. Dan Agung, adalah sosok yang patut dilabeli lelaki pemberani. Karena tak semua orang berani belajar di dekat kuburan.
Keberanian dan tekad itupun terbayar tuntas ketika pada 4 Oktober 2019, Agung mampu menarik perhatian nasional ketika diundang ke acara Hitam Putih Trans7. Selain merasa sangat bersyukur, Agung kian semangat merawat imajinasinya itu.
Kemarin, pada 28 Oktober 2020, Agung kembali terkejut setelah ia jadi runner-up Pemuda Pelopor tahun 2020 tingkat Jatim. Di mana dia, mendapat penghargaan yang diberikan secara langsung oleh Ibu Gubernur dan Pak Wakil Gubernur Jawa Timur.
Agung memenangi Pemuda Pelopor dengan karya judul “Eksistensi Becak dan Botol Membuka Jendela Dunia Pada Penerus Bangsa”. Dalam karya itu, dia bercerita tentang Perpus GatDa yang melalui kayuhan becak, mengajak anak-anak gemar membaca.
Dan benar adanya. Hal-hal baik, niat-niat baik, sekecil dan sesamar apapun, pasti akan diganjar dengan kelegaan yang jelas. Sejenis kelegaan yang tampak di mata, terdengar di telinga, dan terasa di sekujur isi dada.
Agung diundang ke Gedung Gubernuran demi mendapat penghargaan. Tentu itu nikmat yang membuat Agung merasa sangat terharu. Dia teringat kegiatan-kegiatannya di pinggir kuburan, dan kini menyadari dia berada di Gedung Gubernuran atas sebuah penghargaan.
Dia membatin, orang seperti dirinya kok ya masih diberi kesempatan dapat penghargaan dari Gubernur. Di depan orang nomor satu se-Jatim, Agung sempat menangis. Tapi karena di depannya banyak kamera, dia menyembunyikan air matanya ke dalam botol, biar tampak seperti air mineral.
Dan itu semua membuat Agung sangat bersyukur atas capaian yang dia terima. Bahkan, penghargaan tersebut juga jadi sejenis cambuk agar Agung kian bersemangat merawat imajiasi. Bersemangat menjaga GatDa.