“Mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudra. Bersama teman, bertualang.”
Masih ingatkah dengan secarik lirik lagu tersebut, Nabs? Itu sepenggal lagu dari cerita kartun Ninja Hatori. Generasi 90-an pasti sangat akrab dengan cerita ninja dari Jepang itu.
Ngomong-ngomong soal mendaki gunung, bagi sebagian orang mungkin bukanlah aktivitas yang biasa. Bisa jadi pendakian ke puncak gunung dianggap ekstrem.
Hal ini karena track yang menanjak di tengah hutan. Tentu masih begitu alami. Berbeda dengan jalanan yang ada di kota besar.
Namun, bagi beberapa kalangan, mendaki gunung merupakan rekreasi. Terlebih lagi, aktivitas ekstrem ini dijadikan hobi. Apalagi nabsky yang tergabung dengan kelompok pecinta alam. Pasti sudah sering ya?
Pendakian gunung biasanya dilakukan secara berkelompok. Selain lebih seru dan asyik mendaki bersama, faktor keamanan juga diperhitungkan. Alasannya yaitu banyak perbekalan yang diperlukan untuk perjalanan dan camping.
Suci Nurul Allifah merupakan seorang perempuan yang gemar mendaki gunung. Gadis yang akrab disapa Suci ini beberapa kali mendaki gunung. Uniknya, pendakian dia lakukan di beberapa gunung di Jawa Tengah.
Nabsky, masih ingatkan dengan film 5 CM dan Gie? Dua film tersebut sempat membuat para pemuda berbondong-bondong mendaki gunung di Semeru. Gunung Semeru sempat ramai dan menjadi destinasi wisata yang begitu hits.
Berbeda sekali dengan Suci. Dia lebih tertarik dengan gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah.
Pendakian pertama Suci dilakukan di Gunung Merbabu pada Agustus 2018 lalu. Pengalaman pertama itu dia dapati karena ajakan dari teman sekolah. Awalnya dia merasa agak ragu karena sebelumnya tidak pernah mendaki gunung. Terlebih, dia sebagai satu-satunya perempuan yang ikut.
“Ajakannya cukup mendadak sih, tidak sampai 1 minggu dikabari. Itu waktu masih magang soalnya,” kata gadis kelahiran Bojonegoro, 1997 tersebut.
Menurutnya, ternyata mendaki gunung itu sangat asyik. Track sulit yang dilalui menjadi menyenangkan jika dilakukan bersama teman. Rasa lelah dan capek terbayarkan dengan suasanan dan pemandangan di atas.
“Terkesan banget dengan pemandangan dari atas Merbabu. Terbayarkan sudah hasil perjalanan saat mendaki,” ujar mahasiswi UNESA jurusan Administrasi Publik ini.
Sejak saat itu, Suci sudah 4 kali melakukan pendakian di gunung yang berada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dia lebih memilih gunung-gunung yang tidak mainstream untuk didaki.
Alasannya adalah karena dia lebih memilih gunung yang jarang dikunjungi. Setiap kali mendaki, Suci memilih kelompok yang tidak terlalu banyak orang. Tak jarang pula dia sebagai satu-satunya perempuan di kelompok pendakian.
Selama melakukan pendakian, yang paling dicari gadis berjilbab ini adalah sunset di puncak gunung. Suci bukanlah tipe penikmat sunrise. Menurutnya, lebih nyaman jika berdiam diri di puncak sambil menikmati sunset yang jingga. Seperti matahari yang tumpah di cakrawala.
“Kalau saat sunrise lebih baik aku tidur. Kan ngantuk dan suasananya dingin kalau di puncak,” kata Suci.
Anak pertama dari 2 bersaudara ini mengaku mendaki menjadi hobi yang utama. Bukan hanya sekadar ikut trend. Bahkan, dia mengaku tidak banyak memiliki foto saat pendakian. Menurutnya, sebagus apa pun pemandangannya, itu sangat layak untuk dinikmati.
“Meski tempatnya bagus, kalau ga ingin foto ya ga perlu foto aku,” tukas gadis yang tinggal di Desa Sobontoro, Balen, Bojonegoro ini.
Selama ini, Suci mengaku beberapa kali membuat khawatir ibunya. Menurut ibunya, sebagai seorang perempuan, mendaki gunung terlalu beresiko. Apalagi jika pendakian dilakukan pada musim hujan. Suci sendiri tak begitu perduli dengan musim untuk melakukan pendakian.
“Orang tua awalnya merasa khawatir saat minta izin. Lebih karena musim hujan sih,” katanya.
Pada nantinya, Suci merencanakan untuk mendaki ke Gunung Prau di wilayah Jawa Tengah. Hal itu akan dilakukan pada liburan pasca hari raya Idul Fitri. Gadis ini mengaku sangat ingin mendaki ke sana. Alasannya adalah adanya taman bunga seperti padang safana yang begitu indah.
Bagi seorang perempuan, mendaki gunung membutuhkan persiapan yang sedikit berbeda. Karena itu, Suci membagi beberapa tips untuk para perempuan yang ingin melakukan pendakian gunung.
Yang pertama, memilih teman untuk pendakian perlu dilakukan. Secara psikologis, laki-laki dan perempuan itu berbeda. Jadi harus penuh kesabaran jika mendaki gunung bersama-sama.
Yang kedua, tidak direkomendasikan melakukan pendakian saat musim hujan. Bukan karena cuaca ekstrem yang harus dihadapi, tapi pemandangan indah akan tertutup mendung atau kabut. Sehingga yang mungkin didapatkan hanyalah keseruan pendakian, bukan pemandangan alamnya.
Yang ketiga, Persiapan safety first. Keseruan dan hal yang bersifat rekreatif harus didahului dengan keselamatan. Lebih dipentingkan keselamatan dari pada keseruan yang ingin didapatkan.
Yang keempat, jangan melakukan vandal. Kelestarian alam perlu dijaga. Campur tangan manusia tidak boleh merubah bentuk dan keadaan alam yang asli. Jangan pula meninggalkan sampah atau barang bawaan.
Yang kelima, barang bawaan wajib bagi para pendaki adalah obat pribadi. Kebutuhan primer bagi penderita penyakit ini tidak boleh tertinggal. Kejadian diluar ekspektasi akan membuat kesulitan para anggota kelompok pendakian.
Menurut Suci, mendaki gunung tidak hanya sebagai hobi dan rekreasi belaka. Mendaki gunung membuat dia mendapatkan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri. Itulah yang membuat dia sangat ketagihan. Kepekaan terhadap hubungan manusia dengan alam mampu tumbuh semakin meningkat.
“Aku dulu orangnya grusa-grusu. Kalau sekarang lebih bisa tenang melakukan apa saja,” pungkas Suci.
Sebagai destinasi wisata, gunung termasuk wisata yang cukup ekstrem. Selain bersifat rekreatif, ternyata mendaki gunung juga memiliki nilai edukasi bagi pribadi para pendakinya. Resiko yang ada perlu disiasati denga persiapan yang matang. Hal ini turut melatih sikap kita menjadi lebih baik lagi.