Kau boleh memilih pada siapa hatimu kau berikan. Tapi kau harus tahu, hasil akhir tetap wilayah Tuhan.
Namanya Kalla, ia adalah seorang mahasiswa sederhana yang sedang mencoba mengadu nasib di kota Bayam. Dengan tekadnya itu, Kala mencoba menutupi kekurangannya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di luar kampus seperti organisasi dan forum-forum keilmuan lainnya.
Sedangkan Senja adalah seorang mahasiswi yang sederhana, pintar dan mandiri. Senja sudah terlihat mandiri dan pintar sedari sebelum masuk bangku kuliah dengan memiliki bisnis Home made kecil-kecilan yang ia rintis sendiri. Meski bisnis yang dia miliki kecil. Namun bisnisnya tersebut cukup untuk menunjang uang saku kuliahnya tanpa harus meminta orang tua.
Kala dan Senja adalah sepasang kekasih baru yang sedang menempuh semester akhir disalah satu kampus swasta kota Bayam. Mereka berasal dari kota yang sama namun dengan desa yang berbeda. Mereka memiliki karakter yang bebeda dan bertolak belakang.
Namun, dari karakter mereka yang berbeda itu membuat mereka saling tumbuh ketertarikan antar keduanya.
Awal mula kisah perjalanan mereka dimulai sejak mereka dipertemukan dalam satu kelompok tugas semester akhir perkuliahan.
Dimana saat itu Kalla mengalami hal psikis yang membuatnya susah tidur, cemas dan gelisah saat malam. Karena harus dipertemukan tanpa sengaja dengan Senja dalam satu kelompoknya tersebut.
Kala hanya mampu mengagumi Senja dalam diam. Dirinya hanya mampu sebatas perkenalan teman kelompok pada umumnya saat itu. Dan itu semakin membuatnya susah tidur karena sudah sedikit mengetahui tentang Senja.
Namun, begitulah Kala. Seorang mahasiwa yang disibukan menutupi kekurangannya sejak awal bangku perkuliahan. Yang tak punya cukup waktu basa-basi untuk merasakan hal psikis yang membuatnya susah tidur. Sehingga membuatnya kebingungan saat pertama kali merasakanya.
Bukan Kala namanya kalau tidak tertarik dengan sesuatu hal yang baru dan membuatnya penasaran. Sehingga dirinya memberanikan diri waktu malam itu untuk menghubungi Senja lewat salah satu sosmed. Dan itu semakin membuat hal psikis kesusahan tidurnya semakin menjadi.
Kala semakin heran dengan hal psikis yang dialaminya setiap malam. Dimana saat Kala kesusahan tidur, cemas dan gelisah. Dia pasti teringat satu sosok teman satu kelompoknya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Senja. Sesosok wanita sederhana, pintar dan mandiri yang selalu membuat lidah seorang Kalla gugup tak bergerak tatkala harus bertemu dengan Senja.
Seiring berjalanya waktu kalla pun tidak bisa menghindari momen-momen bersama Senja, momen dimana yang semakin membuatnya hal psikisnya menjadi-jadi.
Namun dilain sisi Kala mulai memberanikan dirinya untuk berbicara dan mengajaknya kencan saat pulang dari tugas semester akhir. Senja yang diam-diam juga tertarik dengan Kala pun lantas mengiyakan ajakannya.
Kala dan Senja berboncengan dalam perjalanan untuk menentukan tempat dan Kala pun mencoba memberanikan diri untuk memulai basa-basi dalam perjalanan.
“Apakah orang tuamu menyukai senja?” Dengan sedikit gugup Kala mencoba bertanya.
“Benar, dan akupun juga menyukainya, Ka”.
“Memang apa yang kamu sukai tentang senja?”
“Banyak hal tentang senja yang tidak bisa dijelaskan dan didefinisikan, Ka”.
Sesampainya di tempat makan. Kala pun mencoba memulai obrolan dengan maksud ingin mengenal lebih jauh dengan Senja. Dan mereka mengobrol panjang prihal satu sama lain.
Mulai dari pertanyaan yang tidak penting seperti menanyakan asal sekolah, sampai ke obrolan yang Membuat ketertarikan mereka berdua secara diam-diam.
Waktu pun memaksa mereka untuk pulang. Karena senja yang mereka cari sudah berganti dengan gelapnya malam. Kalla pun merasakan hal psikis yang membuatnya kesusahan tidur.
Dan dia sadar ini bukan hanya prihal seseorang yang kesusahan tidur, cemas dan gelisah. melainkan ini prihal seseorang yang merasakan jatuh cinta.
Setelah Kala mencoba merenungkan hal itu. Suara-suara dikepalanya terdengar semakin keras dan membuatnya semakin suntuk dan tidak percaya diri. Namun, dia mencoba berfikiran positif.
Karena dia sadar bahwa wilayah hamba hanyalah berikhtiar dan prihal hasil biar tuhan yang menentukan. Kalau Jodoh ga akan kemana mana kok! Ujar Kalla untuk menghibur dirinya sendiri.
Kini dia pun menjalani sisa semester akhirnya dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi rutinitasnya dulu. Dia sadar bahwa perjalanannya dalam mengadu nasib di kota belum selesai.
Masih banyak bekal yang belum dia miliki, masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dalam dirinya. Sehingga dia memutuskan untuk fokus dengan masa depannya.