Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Sainsklopedia

Stunting dan 3 Kategori Malnutrisi yang Harus Diketahui

Shoffan Maulana by Shoffan Maulana
15/03/2021
in Sainsklopedia
Stunting dan 3 Kategori Malnutrisi yang Harus Diketahui
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Pemberantasan malnutrisi seperti saat kita sedang menanam pohon, membutuhkan konsistensi. Ada 3 kategori malnutrisi yang harus diketahui. Apa saja, berikut  pemaparan lengkapnya.

Sudah menjadi hal yang pasti bahwa kesehatan merupakan perihal sangat fundamental. Mulai dari manusia hingga bumi yang berputar mengelilingi matahari, kesehatan merupakan hal sangat krusial agar dapat bertahan hidup lebih lama serta mewujudkan kegiatan sehari-hari dengan keluhan kesehatan seminim mungkin.

Seiring berjalannya waktu, pengetahuan di bidang kesehatan selalu meningkat demi mewujudkan masyarakat yang sehat dan bahagia di masa-masa produktif, bahkan kalau bisa lahir tidak sakit, meninggal juga tidak menderita.

Di awal kelahiran manusia dari rahim seorang ibu, merupakan perihal yang sangat krusial. Sebab peristiwa tersebut merupakan momen pertaruhan nyawa anak dan ibunya, baik sejak hari pertama pembuahan hingga melahirkan.

Seorang ibu yang akan melahirkan,  sudah seharusnya mempersiapkan segala macam hal agar anaknya dapat lahir secara normal dan super sehat. Namun, tidak semua ibu maupun keluarganya memiliki pengetahuan yang cukup sehingga mengakibatkan anak yang lahir menjadi malnutrisi.

Pemberantasan malnutrisi sudah menjadi hal yang sangat mendasar bagi semua negara yang memiliki perhatian mendalam tentang kemajuan umat manusia melalui pembangunan yang berkelanjutan; yakni sumber daya manusia yang unggul.

Sepetak tanah gersang di Silicon Valley tidak akan ada harganya jika tidak ada para intelektual Start Up yang menyalakan api ilmu pengetahuan di sana. Seonggok bangunan tua di Cambridge University hanya akan menjadi monumen masa lalu, jika mereka tidak mampu mempertahankan reputasinya sebagai kampus nomor wahid di dunia.

Pemberantasan malnutrisi, menurut saya seperti kita sedang menanam pohon, membutuhkan konsistensi. Jika kita perhatikan pertumbuhannya dengan baik, maka kelak di masa tua kita tidak perlu lagi repot-repot bekerja keras, karena pohon yang kita tanam selama masa produktif telah menghasilkan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan untuk konsumsi sehari-hari.

Oleh karena itu, menurut saya, bodoh jika suatu negara tidak menempatkan pemberantasan malnutrisi sebagai prioritas utama mereka. Sebab kelak generasi penerus bangsa kita adalah mereka yang dulunya tidak kita perhatikan.

Di bawah naungan World Health Organization (WHO), melalui World Health Assembly yang berisi perwakilan dari 194 negara dari seluruh dunia,  memiliki ambisi mulai dari tahun 2010 hingga 2025 dapat memberantas sekitar 40% kasus malnutrisi di seluruh dunia.

Namun, kabar baik sebelumnya muncul di Asia yang berhasil menurunkan tingkat stunting dari 49% hingga 28% antara tahun 1990 dan 2010 yang pada mulanya menjadi benua dengan anak-anak stunting terbanyak di dunia (sekitar 100 juta).

Saat ini predikat stunting tertinggi dipegang oleh Afrika dengan prevalensi yang stagnan di angka 40% seiring bertambahnya jumlah penduduk di sana yang juga terus meningkat.

Sebenarnya stunting merupakan salah satu dari akibat malnutrisi. Setidaknya WHO mendefinisikan malnutrisi ke dalam 3 kategori.

Stunting
Merujuk pada seorang anak lebih pendek dari usia seharusnya. Hal ini berakibat fatal pada kerusakan fisik serta kemampuan kognitif sehingga berdampak pada generasi berikutnya.

Overweight/Obesitas
Kasus yang terjadi pada anak-anak yang terlalu berat badan yang berlebih untuk tinggi badannya. Hal ini disebabkan karena asupan energi yang melebihi kebutuhan seharusnya yang diterima oleh tubuh tersebut. Obesitas berimplikasi risiko penyakit yang tidak menular terkait diet di kemudian hari.

Wasting
Seorang anak yang mengalami wasting akan terlihat pada tubuhnya yang terlampau kurus daripada tinggi badannya. Hal tersebut disebabkan karena terlalu cepatnya berat badan yang turun akibat asupan energi yang terlalu sedikit dibandingkan jumlah energi yang dikeluarkan atau kegagalan tubuh dalam meningkatkan berat badan. Seorang anak yang mengalami hal tersebut berisiko pada kematian, namun penanganan pada kasus ini cenderung lebih muda.

Data yang dihimpun dari UNICEF, WHO, dan World Bank Group tersebut menunjukkan bahwa daerah Asia Tenggara di mana negara kita tergabung masuk ke dalam level menengah ke bawah dalam rangka pemberantasan malnutrisi.

Sedangkan data yang penulis himpun dari Badan Litbangkes Kemenkes RI menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia sebesar 27,67%, wasting 10,2%, dan obesitas 8%. Dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara tentunya ini menjadi citra yang buruk bagi Indonesia bahwa indeks malnutrisi kita masih berada di atas rata-rata negara se-Asia Tenggara.

Lalu yang menjadi pertanyaan, Apa sih faktor kunci penyebab lambatnya penurunan malnutrisi? Singkat cerita pada dasarnya faktor penyebab malnutrisi sangat beragam. Namun faktor fundamental adalah pengetahuan orang di sekitar anak tersebut apakah sudah terbekali dengan cukup baik agar anak mereka tidak terjadi malnutrisi? Ketika sudah terbekali, apakah sumber dayanya mencukupi?

Mungkin data dari UNICEF, WHO, dan World Bank Group tersebut dapat menjawab sedikit rasa penasaran kita. Bahwa ada korelasi secara langsung antara jumlah pendapatan suatu negara. Artinya semakin negara maju (dalam ukuran mereka), semakin rendah tingkat malnutrisinya.

Hal ini tentunya sulit dipungkiri bahwa negara yang memiliki perkapita “cukup” akan memiliki kemungkinan selamat dari jebakan malnutrisi bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu di sini peran aktif masyarakat dan pemerintah harus saling bahu membahu untuk secara aktif memberantas malnutrisi minimal di sekitar kita, termasuk keluarga terdekat dan para tetangga.

Selain itu juga meningkatkan “kemauan” untuk “hijrah” agar sadar akan pentingnya kerentanan malnutrisi di awal-awal masa pertumbuhan anak-anak.

Namun yang perlu penulis garis bawahi adalah kemauan belajar akan meningkatkan potensi meningkatnya perekonomian keluarga, meningkatnya perekonomian keluarga akan berpotensi meningkatkan kesejahteraan keluarga. Meningkatnya kesejahteraan keluarga akan mencegah kemungkinan malnutrisi di kemudian hari.

Algoritma ini tentunya tidak sulit untuk dipahami oleh sebagian besar orang, namun pada praktiknya kemauan tersebut masih rendah sekali. Sehingga boleh dikatakan kemauan yang rendah akan belajar akan meningkatkan tingkat malnutrisi yang berakibat pada kecacatan kognitif pada generasi kita di masa depan. Kalau saya tidak mau, bagaimana dengan kalian?

Sumber Data:
United Nations Children’s Fund (UNICEF), World Health Organization, International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank. Levels and trends in child malnutrition: Key Findings of the 2020 Edition of the Joint Child Malnutrition Estimates. Geneva: World Health Organization; 2020.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and International Child Health, 250-265.

Tags: KesehatanmalnutrisiStuntingWHO

BERITA MENARIK LAINNYA

The Adam Project dan Tanggung Jawab atas Pengetahuan
Headline

The Adam Project dan Tanggung Jawab atas Pengetahuan

30/03/2022
Pembelajaran Multiliterasi di Era Pandemi
Headline

Pembelajaran Multiliterasi di Era Pandemi

18/02/2022
Computational Thinking Membuat Hidupmu Tidak Garing
Headline

Computational Thinking Membuat Hidupmu Tidak Garing

25/11/2021

REKOMENDASI

Mencermati Bahasa Indonesia Generasi Milenial

Mencermati Bahasa Indonesia Generasi Milenial

25/05/2022
Agar Anak Kita Peduli Lingkungan

Agar Anak Kita Peduli Lingkungan

24/05/2022
Tauladan Membaca di Tengah Keluarga

Tauladan Membaca di Tengah Keluarga

23/05/2022
Syekh Yahya Klangon: Perang Jawa dan Peradaban Islam Kota Bojonegoro

Syekh Yahya Klangon: Perang Jawa dan Peradaban Islam Kota Bojonegoro

22/05/2022
Politik Hukum Kebangkitan Nasional

Politik Hukum Kebangkitan Nasional

21/05/2022
Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

Semangat Al-Birru: Pelajaran Kesepuluh dari Kiai Ahmad Dahlan

20/05/2022

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved