Rohana Kudus mungkin tak setenar RA Kartini. Namun, dia memiliki peran besar dalam dunia pergerakan kaum perempuan. Salah satunya dengan mendirikan Sunting Melayu.
Rohana Kudus tentu bukan nama sembarangan. Dia sosok jurnalis perempuan pertama di Indonesia yang mendirikan surat kabar Sunting Melayu, surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Rohana Kudus (1884-1972) merupakan jurnalis perempuan sekaligus aktivis pendidikan asal Agam, Sumatra Barat yang memiliki peran besar dalam peradaban, terutama masalah pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Rohana lahir di lingkaran kaum pergerakan Minangkabau. Rohana putri dari Mohamad Rasjad Maharadja Soetan. Rohana juga kakak tiri Soetan Sjahrir, sekaligus bibi dari Chairil Anwar. Rohana, terhitung masih sepupu dengan KH. Agus Salim. Rohana tumbuh di antara kaum pergerakan Minang.
Rohana hidup pada zaman yang sama dengan Kartini. Namanya mungkin tak setenar RA. Kartini. Namun, peran besar yang dia lakukan bukan perkara sepele. Dia mendirikan sekolah. Mendirikan surat kabar. Dan melakukan kerja-kerja pergerakan sosial yang luar biasa pada zamannya.
Tak heran jika Pada 7 November 2019, Rohana Kudus dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi dalam sebuah upacara dalam Istana Negara.
Rohana merupakan istri dari Abdul Kudus. Itu alasan ia terkenal sebagai Rohana Kudus. Rohana aktif menulis di sebuah media bernama Poetri Hindia. Namun, sejak surat kabar itu dibreidel Belanda, ia kembali mendirikan surat kabar baru bernama Sunting Melayu.
Selain aktif sebagai jurnalis dan penulis, Rohana juga aktivis pendidikan. Pada 1911, ia mendirikan Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat. Namun, dia harus hengkang dari sekolah yang dia dirikan itu, karena ada perselisihan internal di dalam lembaga.
Rohana pun pindah ke Bukittinggi. Di Bukittinggi, Roehana mendirikan sekolah lagi dengan nama “Roehana School”. Roehana mengelola sekolahnya sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tak diinginkan terulang kembali.
Kebiasaan menulis dan aktivisme pendidikan yang melekat padanya, membuat Rohana mendirikan surat kabar Soenting Melajoe pada Juli 1912. Soenting Melajoe merupakan surat kabar yang terbit tiga kali dalam seminggu. Dalam sejarah, ia merupakan surat kabar pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur, dan penulisnya adalah perempuan.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke Lubuk Pakam dan Medan. Di sana dia mengajar dan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak.