Jurnaba Institute punya tradisi bikin sayembara nulis tahunan. Jika tahun lalu bertajuk Sayembara Nulis Momen Bahagia, tahun ini: Sayembara Nulis Momen Rasa Syukur di 2021.
Tahun 2021 ini, tentu banyak sekali fenomena penggetar jiwa yang membuat kita harus banyak merenung dan mensyukuri nikmat. Sebab bagaimanapun, kita ditakdir masih bisa bernafas hingga hari ini.
Kita tahu, 2021 melintas dengan membawa bermacam pelajaran hidup. Khususnya pelajaran tentang jarak antara hidup dan mati yang amat tipis sekali. Hampir tiap hari, kita menyaksikan orang dikabarkan telah tiada, melalui gawai kita.
Di antara seliweran kabar itu, ada orang yang namanya kita kenal, ada orang yang namanya tak kita kenal. Namun, semua itu seolah berpesan: apa-apa yang pernah kita miliki, kelak akan kembali pada pemiliknya.
Dan kita, sampai hari ini, masih diberi kesempatan untuk menyaksikan itu semua. Masih diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari itu semua. Dan masih diberi kesempatan untuk merenungi dan mensyukuri itu semua.
Di tengah lintasan kematian yang amat mudah menghampiri, kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan mempelajari apa-apa yang sedang dan telah terjadi. Tentu, ini patut kita syukuri.
Di momen akhir tahun ini, Jurnaba ingin ngajak kamu semua untuk nulis momen rasa syukur yang pernah kamu alami, sepasca tahun penuh tragedi yang telah kita lewati. Sebuah momen yang membuat hatimu berpekik syukur berkali-kali.
Ngajak orang bersyukur memang perkara yang membosankan, klise dan bias motivasi. Jurnaba sangat tahu itu dan agak menghindarinya. Karena itu, Jurnaba tak mengajak kamu jadi motivator. Tapi ngajak kamu berterimakasih pada Tuhan, secara elegan.
Siapa tahu, dengan menceritakan rasa syukur yang kau alami, ada orang-orang di belahan bumi sana yang merasa terwakili. Dan dengan membaca tulisanmu, membuat mereka tak lagi merasa sendiri.
Mengeluh memang terasa lebih mudah daripada bersyukur. Sebab saat merasa sial, kita bisa ingat banyak hal. Sementara saat merasa senang, kita kerap lupa banyak hal. Bersyukur butuh kedewasaan hati. Sementara mengeluh, tak harus jadi dewasa untuk bisa melakukannya.
Dijajah Belanda selama ratusan tahun memang membuat umpatan identik dengan kebebasan dan keberanian. Ini alasan kenapa mengumpat kadang terasa lebih cool daripada mensyukuri nikmat.
Di lain sisi, bersyukur secara vulgar justru membuat orang lain merasa ilfil. Padahal, bersyukur juga bisa dilakukan secara jantan dan elegan. Sehingga tak memicu ilfil pada orang lain, atau diri sendiri.
Sebab bagaimanapun, jika keluhan bisa dikemas secara elegan dan kreatif, rasa syukur juga harus bisa dikemas secara elegan dan kreatif.
Jadi, coba renungi lintasan episode hidupmu di tahun 2021 ini. Jika ada momen rasa syukur yang kau dapati (dan pasti akan selalu ada), fokus di sana, perbesar gemanya, dan ceritakan secara elegan.
Itu semua, mari kita niati sebagai takhadus binnikmah. Berterimakasih pada Tuhan, karena masih diberi kesempatan mempelajari bermacam dinamika dan fenomena kehidupan.
Seperti tahun lalu, Sayembara Nulis Momen Rasa Syukur tahun 2021 ini, memiliki 3 kategori juara, yakni: paling melegakan, paling mengharukan, dan paling menegangkan. Para juara berhak menerima hadiah dari Jurnaba.
Meski hadiahnya tak seberapa, setidaknya bisa memicu rasa syukur. Pemenangnya, akan diumumkan di malam tahun baru melalui website dan official akun IG Jurnaba.
Untuk pengiriman konten, bisa mulai dikirim ke Jurnaba pada tanggal 10 November – 25 Desember. Ohya, hanya tulisan yang dimuat di web Jurnaba yang berkesempatan terpilih jadi pemenang.
Dalam sayembara ini, tak ada syarat yang ribet-ribet. Cukup tulisan berbentuk prosa; ada judul, ada isi, dan bertema rasa syukur, sudah!. Mau ditulis di word atau di note hape juga boleh. Panjang cerita: 500 kata sampai 1000 kata ya.
Jika sudah ditulis, bisa langsung kirim ke email: redaksi@jurnaba.co. Setelah ngirim, jangan ditinggal tidur. Pastikan kamu konfirmasi dulu ke nomor kontak WA kami yang tertera di poster. Biar nggak kecelek.
Soalnya admin Jurnaba sering lupa ngecek email, karena suka sibuk mensyukuri nikmat ketiduran. Hehe