Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti pamer sepatu baru. Dia memamerkannya melalui akun instagram @SusiPudjiastuti115. Video tersebut tayang pada 21 Juli 2019 dan ditonton sebanyak lebih dari 2 juta views.
“Life’s too short to waste. Mari manfaatkan setiap menit waktu kita,” tulis pada caption video tersebut.
Sepatu tersebut terbuat dari bahan recycle. Bahannya adalah sampah botol plastik. Tentu ini kesempatan untuk mengkampanyekan perbaikan lingkungan. Khususnya kondisi laut Indonesia agar tetap bersih dan terjaga.
Dalam video itu, menteri yang juga mengkampanyekan “makan ikan” tersebut mengajak kita semua memanfaatkan waktu. Hidup yang singkat ini jangan dibuang percuma. Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu adalah dengan peduli pada lingkungan.
Dia juga mengajarkan untuk memanfaatkan sampah plastik. Jangan membuang sampah plastik sembarangan. Sampah harus dimanfaatkan agar tidak mencemari lingkungan. Setidaknya, limbah sampah harus dikendalikan. Terutama sampah plastik. Jangan sampai berada di laut.
“Kalau kita tidak bisa mempergunakannya untuk recycle, maka plastik itu harus diamankan,” tutur menteri yang terkenal dengan jargon ‘Saya tenggelamkan!’ tersebut.
Pengelolaan sampah bagi lingkungan telah diatur di dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pengelolaan sampah terdiri dari pengurangan, pembatasan sampah, guna ulang sampah dan daur ulang.
Tidak hanya Susi Pudjiastuti saja. Masyarakat Bojonegoro pun juga memperlihatkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Contohnya adalah inisiator Rumah Kreatif Desa Mojodeso, Adib Nurdiyanto. Dia telah berhasil memanfaatkan sampah plastik menjadi robot.
Pengelolaan sampah plastik Itu tidak Adib lakukan sendiri. Dia bergotong royong bersama warga RT 11 Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas. Awalnya, proses daur ulang dilaksakan Adib bersama tiga warga lain. Kemudian, warga yang lain tahu dan menangkap skema bentuk robot.
“Ketika sudah mencapai 25% dengan skema yang sudah bisa ditangkap oleh imajinasi para warga, barulah warga yang lain ikut membantu,” kata seorang perangkat desa setempat tersebut.
Bersama para warga RT 11, Adib mengajak membuat bentuk daur ulang yang berbeda. Ide membuat robot didapatkan Adib karena menjelang event karnaval. Oleh karena itu, robot ini dibuat menyerupai bentuk manusia. Kedua robot tersebut kurang lebih punya tinggi 183 cm.
Desa Mojodeso terkenal dengan kebersihan lingkungan. Ini karena adanya lomba antar RT yang disebut Gerbang Mojodeso Berhias. Sebenarnya, itu tidak hanya lomba, melainkan sebuah gerakan perduli ligkungan dari Desa Mojodeso.
Inilah yang memicu semangat para warga untuk bergotong royong mengelola sampah. Khususnya sampah plastik yang tidak ramah lingkungan.
Hingga Selasa (6/8/2019), warga RT 11 Mojodeso telah membuat 3 robot. Setiap hari, warga membuat robot dari sampah plastik mulai pukul 8 malam hingga tengah malam. Dalam kurun waktu tersebut, satu robot bisa selesai selama 3 hingga 4 malam.
“Setelah robot dirakit, barulah dipercantik dengan stiker untuk memperjelas wajah robot,” kata Adib.
Robot-robot tersebut tidak hanya sebagai miniatur, tapi juga memiliki nama. Diberi nama The Eleven karena produk daur ulang tersebut dikerjakan oleh para warga RT. 11 Desa Mojodeso. Saat ini ada tiga robot dengan nama Eleven One, Eleven Two dan Eleven Three. Tentu ini akan menjadi kebanggaan bagi warga Mojodeso.
Tidak hanya warga Mojodeso, masyarakat Bojonegoro pun harus turut bangga. Tapi tidak berhenti pada karya tersebut. Masyarakat harus turun tangan dan berperan langsung dalam pengelolaan sampah. Ide para pemuda juga dibutuhkan. Daur ulang jauh akan baik jika memiliki fungsi baru bagi lingkungan.