Gerakan literasi memang tak asing lagi di telinga. Meski demikian, istilah literasi masih awam di kalangan masyarakat. Literasi sendiri memiliki makna luas, yakni membaca, menulis. Pun melek teknologi.
Adanya komunitas penggerak literasi Kita Belajar Menulis (KBM) yang concern di kawasan pedesaan, menjadi daya tarik tersendiri bagi Tim Peneliti UIN Malik Ibrahim Malang.
Minggu, (14/10/2019) para pengurus KBM Bojonegoro bertemu Kaprodi PGMI UIN Malang, Ahmad Sholeh, M. Ag di kediaman beliau untuk ngobrol terkait penggalian data penelitian literasi.
“Komunitas ini unik, saya tertarik. Anggotanya terdiri dari semua kalangan, baik dosen, guru, mahasiswa, hingga pelajar atau siswa.” Kata Ahmad Sholeh.
Tak hanya itu, menurut Ahmad Sholeh, pengurus dan anggota KBM juga banyak yang sudah menerbitkan buku. Dia menganggap KBM sebagai komunitas literasi yang menjadi benteng dari isu-isu hoak yang bertebaran di media sosial saat ini.
“Ada tema mingguan menulis dan semua anggota adalah editor yang baik.” Imbuhnya.
Sholeh menambahkan, KBM tergolong toleran dan netral. Menghargai adanya ikhtilaf dan begitu terbuka sekaligus menjunjung nilai-nilai islam moderat. Hal itu, jelasnya, menjadi alasan mengapa dia dan Tim UIN Malang mengambil KBM sebagai objek Penelitian Kompetitif Pengembangan Keahlian (PKPK).
Sementara itu, pendiri KBM, Slamet Widodo mengaku terkejut. Dia mengaku, awal mendirikan KBM karena kegalauan bersama kedua rekannya terkait perkembangan literasi.
Menurutnya, waktu itu, dia sulit menemukan giat-giat literasi di Bojonegoro, terutama yang fokus di pedesaan. Karena itu, adanya apresiasi dari peneliti UIN Malang bakal membuat pihaknya lebih termotivasi.
“Semoga KBM semakin maju dan memberi manfaat untuk masyarakat.” Tuturnya.