Alegro adalah toko alat musik pertama di Bojonegoro. Kehadirannya tidak hanya memudahkan musisi mengekspresikan karya. Namun juga jadi prasasti perkembangan musik di Bojonegoro.
Musik jadi kawan setiap orang. Bahkan, setiap orang punya sound track sendiri dalam hidupnya. Dan musik, kau tahu, tidak bisa berbunyi tanpa medium: alat musik.
Sesungguhnya, seluruh elemen di dunia ini bisa dianggap sebagai musik. Mulai dari suara angin, dentuman air hujan hingga kicauan burung. Namun, seiring berkembangnya zaman, musik punya medium (alat) sendiri.
Alat musik banyak jenisnya. Dari pukul, tiup, gesek hingga petik. Kini memang alat musik sudah serba digital. Namun, kehadiran alat musik analog masih banyak dibutuhkan. Sebab karakter dan keaslian suaranya tidak bisa dibohongi.
Itu alasan kehadiran toko musik masih dibutuhkan sekaligus tetap kuat bertahan.
Nabs, di Bojonegoro ada toko alat musik legendaris. Ia toko alat musik pertama yang ada di Bojonegoro. Bahkan, hingga saat ini masih tetap bertahan. Bagi kamu yang bersinggungan dengan musik, pasti sudah kenal dengan nama Alegro.
Alegro adalah pencetus toko alat musik di Bojonegoro. Toko musik ini memenuhi kebutuhan para musisi di Bojonegoro maupun luar kota. Selain menjajakan alat musik, juga menyediakan aksesori pelengkap dalam bermusik.
Alegro berdiri pertamakali pada 1995. Sekaligus tahun di mana Bojonegoro memiliki toko alat musik. Hingga kini, Alegro masih berdiri tegap untuk memenuhi kebutuhan para musisi di Bojonegoro.
Jurnaba.co berkesempatan menemui pendiri sekaligus pemilik toko alat musik Alegro, Bambang Djoko Santoso. Pria yang akrab disapa Iwan ini banyak bercerita tentang Alegro sekaligus upayanya melawan dunia digital.
Kata Iwan, ide awal membuka toko alat musik ini lahir begitu saja. Mengalir seperti sungai Bengawan Solo. Nama Alegro sendiri, menurutnya, diambil dari nama bidang ilmu musik.
Berdirinya Alegro, tentu karena kecintaan Iwan pada musik. Sejak muda, ia sudah melalang-buana menggeluti musik— mencari tahu dan belajar tentang bagaimana memainkan musik secara kompleks.
“Tahun 1981 saya ikut kursus di Yayasan Musik Surabaya,” kata Iwan.
Di tempat itulah Iwan banyak belajar tentang musik. Tadinya, Iwan belajar secara otodidak. Alat musik pertama yang dia pegang adalah gitar. Bahkan, gitar yang menemani dia ujian dulu masih tersimpan hingga sekarang.
Beberapa tahun usai kursus, tepatnya pada 1995, Iwan memutuskan untuk pulang ke Bojonegoro. Di tahun yang sama, Iwan memutuskan membuka tempat kursus bermusik. Dari sanalah, cikal bakal toko alat musik Alegro dimulai.
Pria kelahiran 1949 ini menceritakan, awalnya Alegro hanya sebuah tempat kursus musik. Hingga akhirnya merangkap peran sebagai toko alat musik seiring berjalannya riwayat Alegro.
“Tadinya Alegro ini tempat kursus, karena semua keluarga memang orang dagang dan kebetulan saya suka musik akhirnya saya dagang alat musik dan jadilah toko musik Alegro,” kata Iwan sambil memainkan gitar klasiknya.
Pada 1995 itu, Alegro berdiri di Jalan Kartini Bojonegoro. 5 tahun berdiri di lokasi tersebut. Pada 2000, Alegro pindah lokasi ke Jalan K.H. Mansyur. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Alegro berkembang dengan cepat. Sesuai namanya, Alegro yang berarti cepat.
Memasuki 2003, tepatnya 3 tahun di tempat yang baru, perkembangan Alegro sangat pesat. Baik sebagai tempat kursus maupun toko alat musik. Bahkan, penjualan alat musiknya pun tidak hanya di dalam kota, melainkan sampai ke luar kota Bojonegoro.
“Tahun 2003 sampai 2008 Alegro
meledak. Bahkan pembelinya bukan dari Bojonegoro saja tapi sampai dari luar kota,” kata Iwan.
Tahun 2008 menjadi puncak meledaknya Alegro. Memasuki 2009, Alegro tak seramai dulu lagi. Meski kini tak seramai dulu, namun Alegro masih tetap berdiri kokoh. Namanya pun sampai kini masih terdengar dan kerap disebut para praktisi musik.
Persaingan jalur online memicu sulitnya Alegro menjajakan alat musik. Namun, alasan Alegro masih berdiri karena bisa ngecek dan mencoba secara langsung barang yang ada.
“Sekarang saingannya online. Keunggulan offline kan konsumen langsung bisa coba barang yang ada. Kalau tidak cocok bisa coba yang lain, namanya juga barang elektronik,” kata iwan
Nabs, di tengah gempuran jual-beli secara online, Alegro tetap berdiri kokoh. Seperti dulu, masih menjajakan alat musik bagi musisi Bojonegoro. Sebagai toko alat musik, Alegro adalah legenda di Bojonegoro.