Selain memiliki banyak ide dan inspiratif, Siti Nurul Hidayah membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan pemberdayaan yang tidak kalah dari laki-laki.
Rumah di belakang tanggul jalan KH Mansur Bojonegoro itu bukan kediaman biasa. Melainkan rumah produksi kerajinan tangan bernama Zahida. Di balik nama itu, ada satu tokoh perempuan multitalenta yang menjadi penggeraknya.
Adalah Siti Nur Hidayah, sosok perempuan inspiratif yang membangun bisnis UMKM bidang kerajinan lukis kain. Setelah obral-obrol melalui media komunikasi Whatsapp, tim Jurnaba.co menemui perempuan yang lebih akrab dipanggil Hidayah Zahida.
Matahari pagi mulai agak meninggi, Hidayah dengan busana gamis syar’i bernuansa merah jambu, menyilakan tim Junaba.co masuk ke galeri karya miliknya.
Selain mempersilahkan, dia juga bercerita awal mula bisnis kerajinannya. Ia memulai bisnis di bidang kerajinan tangan sejak 2007. Setelah menikah dan dikaruniai seorang putri, Zahida memiliki keinginan untuk terus berkarya.
Mulailah ia membikin kerajinan berbahan dasar flannel. Produk awalnya berupa boneka hingga flannel sulam.
Seiring berjalannya waktu, dia melihat segmentasi pasar produk flannel terbilang sempit. Karena hanya menyasar usia anak-anak.
Ia pun ber-ide untuk membikin baju serta kerajinan tas dan dompet. Yang menjadikan produknya istimewa adalah, sentuhan lukisan tangan dengan cat khusus kain.
Awalnya, ia belajar melukis secara otodidak. Motif unggulannya adalah ornamen bebungaan, kupu-kupu, bunga rosella dan ikon khas Bojonegoro seperti meliwis putih.
Hidayah mengaku lebih banyak bermain di ornamen dekoratif yang feminin. Ia memberi nama Zahida Painting Jonegoroan untuk karya lukis kainnya.
Terdapat dua teknik lukis kain yang ia gunakan. Yakni cat 2 dimensi dan 3 dimensi. Teknik cat 2 dimensi akan menghasilkan lukisan ornamen yang datar pada permukaan kain.
Sedangkan teknik cat 3 dimensi, dapat menghasilkan efek timbul setelah disetrika di bawah lapisan kain. Untuk menghasilkan karya lukis kain ini, Hidayah juga memproduksi cat khususnya sendiri. Brand khusus cat ini ia namai Cat Textile Zahida.
Dalam memasarkan produknya, ia menggunakan media toko offline atau luar jaringan — pengenalan produk melalui pameran di berbagai tempat.
Tidak hanya di kawasan Jawa Timur saja. Ia juga melakukan pameran produk di Batam, Bali, dan Jogja. Selain itu, untuk mengikuti laju era kontemporer, kini Zahida merambah ke ranah online.
Pelaku Bisnis Sarat Prestasi
Berbagai prestasi telah ia raih. Baik prestasi dalam ranah karya, maupun kiprahnya sebagai individu inspiratif. Dalam ranah karya, Zahida Painting Jonegoroan pernah berkolaborasi dengan salah satu designer kenamaan, Martini Suarsa.
Kolaborasi ciamik dua perempuan ini ditorehkan dalam satu koleksi busana bertajuk Sekar Rosella. Hasil karyanya inilah yang pernah melenggang di atas panggung beauty pageant skala nasional.
Selain desainer fashion nasional, salah satu desainer fashion kesohor asal Bojonegoro juga pernah bekolaborasi dengan Zahida. Yakni desainer Eko Tjandra dengan brand Olanye.
Salah satu kolaborasi karya fashion Hidayah Zahida dan Eko Tjandra adalah gaun anggun berwarna putih dengan tema Sekar Rosella dan Meliwis Mukti.
Selain prestasi dalam ranah karya, Hidayah juga menorehkan prestasi sebagai individu inspiratif. Penghargaan pertama yang ia dapatkan adalah Penghargaan Pemuda Pelopor yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga.
Tidak tanggung-tanggung, Hidayah berhasil menyabet gelar di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan hingga nasional.
Masih banyak lagi penghargaan yang ia dapatkan. Hingga yang terbaru adalah gelar UMKM Terwow, dalam gelar penghargaan 12 UMKM terbaik di Jawa Timur.
Dalam penghargaan ini, Gubernur Jawa Timur, Pakde Karwo menyerahkan penghargaan langsung, tepatnya pada 2018 lalu.
Bergerak dari Penyediaan Lapangan Pekerjaan menjadi Pemberdayaan UMKM
Kepada Jurnaba.co, Hidayah menceritakan impiannya untuk menjadi perempuan berprestasi, sekaligus bermanfaat bagi orang lain.
Tahun-tahun awal usahanya, ia dibantu oleh sekitar 25 orang pegawai. Terutama warga sekitar rumah produksi di bilangan Ledok Wetan.
“Dulu ada sekitar 25 orang yang membantu produksi. Bahkan, hampir seluruh warga kampung bisa diberdayakan untuk menunjang produksi,” kenangnya.
Saat ini, kata dia, dirinya lebih fokus berkolaborasi dengan mereka (warga kampung) sebagai produsen. Sehingga, pekerjaan bisa dikerjaan di rumah masing-masing.
Dapat dikatakan bahwa saat ini, Hidayah lebih fokus melakukan tugas-tugas pemberdayaan dibanding sebelumnya yang lebih intens memproduksi.
“Selain memproduksi baju dan tas, selama lima tahun terakhir ini saya juga aktif sebagai instruktur atau pelatih kerajinan tangan,” imbuhnya.
Ia bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja serta Dinas Koperasi. Utamanya untuk mengadakan pelatihan membuat kerajinan. Ia telah melatih sedikitnya 10 kecamatan di Bojonegoro.
Tidak hanya memberi pelatihan bagi masyarakat umum, Hidayah juga memberi pelatihan bagi kelompok disabilitas. Dari proses pelatihan bersama murid-murid Sekolah Luar Biasa (SLB), tumbuhlah ikatan batin.
Pasca pelatihan, banyak di antara kelompok disabilitas yang ikut membantu produksi Zahida Painting.
Mantan Yune Bojonegoro 1996 ini juga mengisahkan, bahwa ia tidak hanya ingin aktif dalam produksi barang saja. Namun juga menjadi inspirasi bagi pegiat bisnis yang lain.
Menurutnya, tumbuhnya produsen lukis kain lain, bukan merupakan pesaing bisnis. Sebab karya yang dihasilkan benar-benar tergantung sentuhan tangan dan kreativitas pembuat.
“Dalam satu pelatihan, meskipun saya mengajarkan teknik yang sama, hasilnya bisa berbeda-beda. Baik dalam hal melukis atau kerajinan lain,” tuturnya.
Dari hasil karya yang berbeda-beda itulah, jelas dia, akan tumbuh konsumen dengan selera yang berbeda-beda pula. Sehingga, rantai produsen-konsumen pun kian kaya.
Kepada Jurnaba.co, Hidayah menyatakan harapannya agar semakin banyak pebisnis di Bojonegoro, terutama perempuan.
Ia juga menitipkan pesan agar generasi muda yang ingin membangun usaha untuk melawan rasa takutnya. Setidaknya tidak takut gagal sebelum mencoba.
“Jangan takut gagal, jangan takut memulai bisnis. Biasanya ketakutan di awal itu yang bisa mengurungkan niat. Tetap fokus dan selalu belajar. Agar bisnis terasa mudah, mulailah mencintai apa yang kita lakukan. Kalau sudah cinta, biar jatuh bangun pun terasa indah,” tutupnya.