Sejarah siaran media visual pertama Indonesia dimulai dari berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Stasiun televisi ini pertama kali mengudara pada 24 Agustus 1962. Kala itu, TVRI menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 17. Tepatnya di Istana Negara, Jakarta.
Televisi masih menjadi media hiburan sebagian masyarakat Indonesia. Tahukah kamu tentang sejarah pertelevisian Indonesia nabs?
Awalnya, pada 1961 TVRI termasuk proyek pemerintah untuk media masa Asian Games IV. Setelah itu, TVRI menjadi bagian dari Asian Games IV. TVRI menjadi media penyiar perhelatan akbar event olahraga se-Asia tersebut.
Awal mengudara, siaran TVRI berupa hitam putih. Konten siaran pun masih bersifat sentral dan berfokus pada Jakarta. Melansir Wikipedia, status TVRI saat ini adalah Lembaga Penyiaran Publik. Biaya operasional lembaha siaran ini sebagian masih ditanggung negara.
Tepat pada 1974, TVRI menjadi bagian dari program pemerintahan. Stasiun televisi ini masuk dalam tatakerja Departemen Penerangan Republik Indonesia.
TVRI merupakan satu-satunya media visual yang mengudara di Indonesia. Hingga pada 1989 muncul stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI. Selanjutnya, pada 1990 muncul SCTV di Surabaya.
Melansir GNFI, logo TVRI mengalami perubahan sebanyak delapan kali. Mulai desain hingga warna logo. Logo tersebut menyesuaikan dengan trend desain logo pada masanya.
Perubahan logo terakhir dilakukan pada 29 Maret 2019. Saat ini, logo TVRI terkesan lebih modern dan kekinian. Cukup simple dengan warna biru putih dengan lingkaran pada bagian RI. Karakter logo tersebut begitu dekat dengan milenial.
Peluncuran logo tersebut dibarengi dengan tagar #mediapemersatubangsa. Ini bertujuan bahwa media visual termasuk sebagai penjaga kesatuan bangsa. Konten yang disiarkan haruslah berkabar baik dan membakar semangat persatuan. Bukan malah pemecah persatuan.
TVRI sempat menjadi alat monopoli negara. Itu terjadi pada masa Orde Baru. Arus informasi hanya satu arah dan terpusat. Namun, berbeda jauh dengan sekarang. Kondisi negara sudah berubah lebih baik. Selain itu juga banya pilihan stasiun lainnya. Tetapi, semangat persatuan yang dibawa perlu dikobarkan bersama.
Belakangan ini, televisi masih cukup populer sebagai media hiburan. Namun, televisi bukan pilihan utama sebagai media informasi. Masyarakat lebih memanfaatkan kemajuan teknologi. Arus informasi yang begitu cepat lebih mudah diakses memalui gadget.
Meski demikian, media informasi tak bisa mengesampingkan sebagai alat pemersatu bangsa. Khususnya dalam penyebaran informasi yang valid. Bukan penyebaran hoax yang mampu meresahkan masyarakat. Paling buruk, memecah persatuan bangsa.
Eksistensi TVRI memang layak untuk diapresiasi. Di tengah gempuran stasiun televisi yang fokus terhadap hiburan, TVRI tetap setia menyajikan segala macam hal yang bermanfaat dan mengandung unsur edukasi. Panjang umur, TVRI.