Hari minggu atau hari libur meenjadi sesuatu yang dinanti anak-anak Bojonegoro. Mereka yang lahir dan tumbuh di tahun-tahun awal reformasi, punya tradisi yang kenang-able.
Ada yang memaknai hari Minggu sebagai hari bertemu dengan kamu. Ada juga yang memaknai hari libur sebagai family time, kemudian ada juga yang ngangsu kaweruh, bertamasya ria, pergi ke luar kota, membantu orang tua, dan sebagainya. Beragam aktivitas di akhir pekan juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya masyarakat sekitar.
Ngomong-ngomong tentang minggu, dimana saya tumbuh dan berkembang di kecamatan atau Kota Bojonegoro, ada beberapa aktivitas akhir pekan yang biasanya dilakukan anak-anak yang lahir pada masa awal orde Reformasi. Hal itu juga tergantung faktor alam, lingkungan sekitar, dan sebagainya.
Mengingat Kecamatan Bojonegoro berada di daerah Central Bussines District (CBD) yang terkenal dengan pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi, berikut beberapa aktivitas yang dilakukan anak-anak Kota Bojonegoro ketika Sang Surya menyapa hingga memejamkan mata.
1. Ndelok TV
Kegiatan menonton televisi, ketika minggu pagi serial kartun senantiasa menemani di berbagai saluran layar kaca. Ada yang menonton TV, dari pagi hingga larut malam. Biasanya sebagai pelampiasan untuk menghilangkan penat karena tugas sekolah yang berjibun.
Hal itu bisa terjadi karena biasanya acara di TV pada akhir pekan berbeda dengan hari-hari lain. Selain nonton TV karena ada kartun, bagi yang suka berita sepak bola biasanya menunggu siaran itu.
2. Mlaku-mlaku.
Aktivitas jalan-jalan, selain sehat bagi tubuh terutama di pagi hari maupun sore juga menjadi trend anak-anak waktu itu. Bersama-sama menyusuri jalan dan menikmati pemandangan.
Apalagi kalau hujan turun di waktu sore, merupakan suatu kesenangan tersendiri. Sebelum itu, biasanya berjanjian dengan kawan-kawan. Ada yang melakukan jogging di sekitar kampung, maupun tempat-tempat tertentu seperti stadion dan Alun-Alun.
Apabila bertemu dengan kelompok dari desa lain, biasanya menggelar pertandingan sepak bola, baik dengan sistem gawang cilikan dimana sandal sebagai tanda dan tanpa penjaga, maupun gawang besar yang ada penjaga gawangnya.
3. Sepedahan.
Kemudian ada yang mengisi waktu di hari minggu dengan bersepeda bersama kawan-kawan. Ketika bersepeda ada yang mengalir bak air, artinya tidak memiliki tujuan yang pasti. Mencoba menaklukan lorong atau jalan yang dianggap baru atau ingin dilewati.
Kalau yang memiliki tujuan biasanya juga beragam. Ada yang suka ikan cupang, biasanya mengayuh sepada untuk menuju beberapa toko ikan hias yang tersebar di Kota Bojonegoro.
Misalnya dulu di dekat Stasiun Bojonegoro yang berada di Jalan Gajah Mada, terdapat kios kecil yang menjual beragam jenis ikan, pakan, akuarium beserta aksesorinya, dan lain-lain. Ketika berkunjung di toko itu kurang menemukan kecocokan, biasanya pergi ke toko lain. Di Kota Bojonegoro ada penjual ikan hias di dekat Bank Jatim. Tepatnya di Jalan Hartono.
4. Nyewo Kaset.
Bagi yang suka nonton film, pasti menuju sebuah tempat penyewaan VCD/DVD. Beberapa lokasi yang menjadi tujuan misalnya sebuah bangunan yang berdiri di Jalan WR. Supratman tepatnya dekat dengan gapura Jalan Dewi Sartika.
Selain di tempat tersebut, Jalan Pemuda dulu juga ada yang membuka jasa sewa VCD/DVD. Genre film yang ditawarkan beragam, ada horor, romansa, dan sebagainya. Ketika belum memiliki KTP, kartu pelajar jadi jaminan, hehehe.
5. Bal-balan.
Yang suka mengolah si kulit bundar biasanya menghabiskan waktu minggu di pagi hari dengan merumput. Merumput disini maksudnya bukan ngarit ya nabs, wqwqwq.
Melainkan bermain bola. Tentu nabsky, tak asing dengan beberapa Sekolah Sepak Bola (SSB) seperti Indonesia Muda (IM) biasanya berlatih di Lapangan AP I Rawi. Dimana nama Agen Polisi (AP) I Rawi merupakaan salah satu di antara gerilyawan yang ikut dalam pertempuran dengan pasukan Belanda.
Selain IM, ada Bojonegoro Putra (BP) yang biasanya menggelar latihan di SMT, PERSEPA menggelar latihan di lapangan Reso Truno, ALSO di Ledok, Boka FC di Kalirejo, dan lain-lain.
6. Dolanan Tradisional.
Beberapa permainan tradisional yang dimainkan bersama kawan-kawan seperti obak delik, benteng, obak bentik, nekeran, dan lain-lain. Dari kegiatan dolanan, secara langsung bisa dianalisis.
Biasanya ada yang selalu dibuat kalah-kalahan, wqwqwq. Namun hubungan pertemanan ketika masa anak-anak ini memiliki keunikan. Misalnya walau dibuat kalah-kalahan namun tetap senang, sekarang bertengkar beberapa menit kemudian saling bermaaf-maafan.
7. PS-an.
Bermain play station juga melatih kesabaran. Apalagi ketika antrian panjang. Tempat bermain PS kala itu tersebar di beberapa titik Kota Bojonegoro. Ada juga yang memasang Nintendo dimana permainan Super Mario biasanya ada.
PS-an terus mengalami perkembangan, menyesuaikan dinamika zaman. Bagi penggemar PS, tidak asing dengan game sepak bola Winning Eleven, GTA, Bully, Crash Team Racing (CTR), Tekken, Mortal Kombat, dan sebagainya.
8. Ngenet.
Anak-anak yang suka berselancar, mengingat di Kota Bojonegoro tidak ada pantai, jadi berselancarnya di dunia maya alias main ke warnet atau ngenet, wqwqwq. Komputer dengan tampilan awal lumba-lumba siap mengawali aktivitas berselancar di dunia maya kala itu.
Sebelum gawai marak, warnet menjadi jujukan. Ada yang hanya bermain game online hingga larut malam, mengerjakan tugas sekolah, dan beragam aktivitas lain. Di Kota Bojonegoro, di sekitar tahun millenium dan setelahnya, warnet sudah banyak ditemui.
Cukup sekian dulu ya nabs, tentang bahasan kali ini. Tentu masih banyak aktivitas lain yang belum disebutkan. Nabsky juga bisa juga lho, bercerita tentang memorabilia masa kecil dengan versi nabsky sendiri dan kemudian mencoba mengirimkannya ke kanal yang selalu mengabarkan degup kebahagiaan, one and only, Jurnaba.co.