Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Figur

Zlatan: Arogansi Pengetahuan dan Mengetahui Batas

Ahmad Fuady by Ahmad Fuady
November 10, 2020
in Figur, Headline
Zlatan: Arogansi Pengetahuan dan Mengetahui Batas
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Seorang arogan dan ber-ego besar. Tapi di saat bersamaan, mampu menunjukan sikap ksatria dan rendah hati. Dia lah Zlatan Ibrahimovic. 

Arogan dan ego besar. Dua sifat yang seringkali berkonotasi negatif itu, lekat dengan sosok Zlatan Ibrahimovic. Kehadiran sosok 39 tahun itu, menurut analisis pundit dan jurnalis dalam dan luar negeri, membantu proses transformasi dan implementasi ide-ide Stefano Pioli. Ia jadi kepingan puzzle terakhir dari skuat muda AC Milan.

Arogan dan ego besar mampu dihadirkan Zlatan sebagai nilai positif di dalam dan di luar lapangan. Zlatan adalah pemain sekaligus pelatih di saat latihan dan pertandingan. Mentalitas dan daya juang mampu disuntikkan Zlatan ke dalam skuat muda AC Milan.

Setelah menjalani serentetan hasil tak terkalahkan di Liga Serie A Italia dan Liga Eropa, AC Milan akhirnya mengalami kekalahan pertama pada laga Liga Malam Jumat menghadapi klub Prancis, LOSC Lille. Kekalahan yang tidak hanya dinanti-nanti fans lawan AC Milan, tetapi juga dinanti-nanti oleh fans AC Milan sendiri.

Fans AC Milan menanti bagaimana respons tim seusai menderita kekalahan setelah tren kemenangan beruntun. Hasilnya? AC Milan bermain draw 2-2 menghadapi Hellas Verona di lanjutan pertandingan Serie A. Bermain menguasai pertandingan dan menyerang tanpa henti, meski hasilnakhir dibedakan oleh penampilan cemerlang kiper Verona. Imbang.

Meski bermain imbang, namun mentalitas, daya juang, dan kengototan menjadi poin positif. Tentu saja ada faktor Zlatan atas capaian itu. Gol Zlatan di masa tambahan waktu babak kedua berhasil menyamakan skor. Meski, di paruh kedua babak kedua, Zlatan gagal mengeksekusi penalti.

“Hasil draw ini bukan hasil yang baik. Kami memiliki banyak peluang selama pertandingan, termasuk penaltiku yang gagal. Saya pikir, setelah ini, aku akan memyerahkan kesempatan menendang penalti ke Franck Kessie,” begitu komentar Zlatan seusai pertandingan. Setidaknya musim ini, Zlatan telah empat kali gagal mengeksekusi penalti.

Seorang yang arogan dan berego besar tetapi pada saat yang bersamaan menunjukkan sikap ksatria dan rendah hati. Menyerahkan algojo penalti ke Kessie adalah sikap profesionalitas yang lahir dari sebuah pemahaman: Ada kepentingan tim di atas kepentingan pribadi.

Zlatan seolah tahu dengan ucapan, pikiran, sikap, dan pilihan perbuatannya. Perjalanan panjang sebagai pesepakbola profesional di berbagai klub top dunia, memberikan pengalaman yang membentuk mentalitas, profesionalitas, dan pengetahuan jempolan sebagai pemain sekaligus sosok yang layak diikuti.

Di ujung dari segala pengalaman dan pengetahuan yang membentuk pribadinya, tampak satu hal penting: kenal batas. Pengetahuan dan pengalaman memimpin ke arah perbuatan yang penuh determinasi, dan di saat bersamaan, pengetahuan dan pengalaman itu membekali seseorang untuk tahu batas-batasnya.

Zlatan dengan penuh sadar tahu kapan ia harus bermain, kapan harus digantikan, harus dicadangkan, kapan harus mengeksekusi penalti atau memberikan ke rekan tim lainnya. Arogansi, mentalitas, pengetahuan, dan pengalaman bisa menjadi faktor determinan bagi kesuksesan seseorang. Tentu dengan mengetahui dan menginsafi batas-batas yang ada.

Tiba-tiba, teringat tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru pertama Bumi Manusia: Semakin tinggi sekolah bukan berarti menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.

Sekolah selalu identik dengan pengetahuan. Pengetahuan yang akan menjadi pembeda capaian-capaian dalam kehidupan seseorang. Pengetahuan adalah mantra untuk menghadirkan elan kebaikan dalam kehidupan. Namun, tidak selamanya begitu.

Pengetahuan akan berubah menjadi celaka dan menumbangkan kebaikan-kebaikan, manakala, si empunya pengetahuan kelewat batas dan tidak mengindahkan apa yang seharusnya dan semestinya. Di saat itu, kerusakan akibat pengetahuan yang salah arah, akan berdampak sistemik: meluas dan menahun.

Pengetahuan dan pengalaman sesungguhnya adalah rem dan gas. Di satu sisi, pengetahuan berfungsi sebagai pedal gas dan akselerator kemajuan, di saat yang lain harus difungsikan sebagai pedal rem yang mengendalikan kehendak agar tidak melampaui batas.

Tags: AC MilanBolaZlatan Ibrahimovic

BERITA MENARIK LAINNYA

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba
Headline

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

February 24, 2021
Riset tentang Hutan yang Mulai Lelah
Cecurhatan

Riset tentang Hutan yang Mulai Lelah

February 19, 2021
Ada Apa dengan Ikatan Cinta?
Headline

Ada Apa dengan Ikatan Cinta?

February 13, 2021

REKOMENDASI

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

February 24, 2021
Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

February 23, 2021
Jalur Evakuasi dan Kemampuan Memaksa Diri Sendiri

Jalur Evakuasi dan Kemampuan Memaksa Diri Sendiri

February 23, 2021
Over Optimistis Itu Buruk

Over Optimistis Itu Buruk

February 22, 2021
Usai Sebelum Dimulai

Usai Sebelum Dimulai

February 21, 2021
Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar

Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar

February 20, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved