Bukan rahasia jika alam merupakan guru sejati. Banyak cara untuk membuktikannya. Satu di antaranya, belajar dari alam bersama Bintang.
Ramadhan tahun ini telah berlalu, begitupun dengan hari kemenangan yang fitri yang juga bebarengan dengan kenaikan Yesus Kristus.
Banyak ibrah dari berjuta memorabilia beberapa bulan yang lalu, salah satu di antaranya jurnalektika 5.
Mentari pagi menjadi saksi bisu, disertai dengan kicauan burung, dan cacing tanah yang menggeliat dengan riang.
Perempuan yang lahir di Talaud, Prov. Sulawesi Utara, yang berbatasan dengan Davau del Sur (Filipina), dengan senyum sumringah berjalan dengan langkah pasti.
Menuju sebuah saung berwarna putih yang berada di kebun. Kemudian perempuan yang mengenakan jaket plus topi tersebut, duduk dengan santai untuk berjurnalektika.
Ihwal belajar dari alam bersama Bintang. Kali ini, bukan bintang kecil di langit yang biru, Nabs. Dan bukan juga bintang yang bersinar ketika malam tiba.
Melainkan Bintang Julyana Audrey, perempuan kelahiran 1 Juli 1994 yang suka belajar dengan guru sejati, alam.
Mbak Bintang menuturkan bahwa dia suka merantau. Hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ibarat air, dia air yang mengalir dan memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Bukan air yang menggenang, berwarna keruh, dan merugikan.
Hal tersebut berbanding lurus dengan kalimat populer dari Imam Syafi’i, “Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman, tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang”.
Perempuan yang juga pernah menggeluti bela diri taekwondo tersebut, bercerita mengenai banyak hal seperti tentang alam, perempuan, pengalaman, dan lain sebagainya.
Bintang memberikan pandangan kalau perempuan harus mandiri dan tahu diri. Hal tersebut telah dia lakukan, wabilkhusus ketika tinggal di kota orang. Untuk menyambung hidup bersama saudaranya di tanah rantau, dia pernah berjualan koran keliling komplek dan bekerja ikut orang lain.
Beberapa momen pahit dan manis dalam kehidupan yang fana dan penuh tanda tanya ini, telah dialami oleh Bintang. Dia percaya kalau usaha berbanding lurus dengan hasil dan segala sesuatu ada hikmahnya.
Perempuan yang sedang melakukan penelitian ihwal tanaman brokoli tersebut, juga mengungkapkan bahwa dalam agama yang dianutnya, terdapat segitiga dimana saban titiknya, ada bapak, manusia, dan alam.
Dalam agama kristen protestan, juga terdapat ajaran untuk cinta alam. Salah satu di antara beberapa cara yang bisa dilakukan adalah bertani secara organik.
Karena bertani secara organik, turut serta melestarikan alam. Menggunakan pemupukan dengan pupuk organik padat (POP) yang terbuat dari kotoran hewan seperti sapi, hijauan yang merupakan hasil proses penggilingan tetumbuhan, rerumputan, debog pisang, dan lain sebagainya. Dan juga ditambah dengan sekam padi plus _cocopeat_ atau serabut kelapa.
Menggunakan pupuk organik cair (POC) sebagai pupuk susulan. Terbuat dari bahan alami dengan proses fermentasi.
Bintang juga mengungkapkan ihwal betapa pentingnya melakukan filter terhadap pergaulan. Kawan-kawan sepergaulan memberikan pengaruh terhadap diri.
Harus berani dan mencoba sesuatu yang baru. Wabilkhusus hal tersebut memberi dampak positif.
“Yang penting terus berbuat baik, entah kebaikan kita dianggap atau tidak. Dan juga kalau ada kesempatan menuju ke arah yang lebih baik harus mau terlebih dahulu, jangan bilang tidak bisa”, ujar Bintang.