Makanan memang jadi perkara prioritas bagi mayoritas makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Tapi dari makanan pula, masalah kerap berdatangan.
Setiap orang pasti punya makanan favorit. Sebab, lidah manusia punya hak prerogatif untuk menentukan benda asing mana yang cocok dilumat dan diproses olehnya.
Tapi sesungguhnya, lidah tak akan berkutik jika kita sedang kelaparan. Makanan yang sebelumnya tak kita sukai pun, akan bermetamorfosis menjadi makanan lezat kala kita sedang lapar dan tak ada makanan yang bisa dimakan saat itu.
Memang fungsi makanan yang paling pokok bukan soal lidah. Tapi soal keterselamatan perut dari kondisi pingsan. Ini sesuatu yang diajarkan bulan puasa kemarin selama sebulan.
Sayangnya, sesuatu yang pokok, saat ini justru terasa tidak penting. Karena saat ini, yang penting adalah variasinya. Cuci mulutnya. Bungkusnya. Fotonya. Dan ketidakpokok-ketidakpokokan lainnya.
Sehingga sesuatu yang harusnya bisa dibeli dengan sedikit uang, misalnya, akhirnya harus lebih dalam merogoh kocek demi beli cuci mulut dan bungkusnya.
Tapi tak apa-apa. Kecenderungan kita untuk lebih suka membeli cuci mulut dan bungkus, justru menandakan sesuatu yang baik. Sebab, menunjukan bahwa kita mampu membelinya.
Membeli sesuatu yang tidak pokok dan tidak urgent dan tidak penting bagi kehidupan, adalah kelakuan yang baik. Ini sebagai bukti bahwa kita memang suka memberikan harta berlebih untuk orang lain. Orang yang membutuhkan.
Para pengusaha restoran atau pemilik pabrik besar makanan, bisa jadi adalah orang yang kekurangan uang. Banyak hutang. Dan harus dibantu. Karena itu, kita harus sering-sering membeli makanan pada mereka, meski sesungguhnya, makanan itu tak kita butuhkan sama sekali.
Nah, untuk bisa menghamburkan uang dan membeli makanan yang tidak pokok itu, kita harus punya uang. Uang yang banyak tentu saja. Karena itu kita harus punya sifat kompetitif. Bersaing.
Kita juga harus lincah lobi sana-sini, siap jagal sana-sini dan tak jarang memompa adrenalin dengan melakukan korupsi, demi dapat banyak uang, lalu bisa dihambur-hamburkan lagi untuk membeli yang tidak pokok lagi.
Sampai sini, apa benar yang sesungguhnya kita cari adalah makanan?