Gorengan kerap dipandang sebelah mata. Namun, kehadirannya adalah medium untuk memahami dua unsur sekaligus: teologis dan ideologis. Berikut 5 ideologi saat makan gorengan.
Dengan harga yang tak seberapa, gorengan adalah makanan ringan yang memiliki rasa takzim kepada manusia. Buktinya, sebelum dilahap, ia mempersiapkan diri dengan berhias dan berpakaian rapi. Kadang pakaiannya terasa manis. Kadang juga gurih.
Dengan rasa takzim seperti itu, sangat tidak sopan jika manusia mengabaikan kebaikan gorengan. Terlebih, membenci dan mengajak orang lain untuk menjauhinya.
Sebelum lebih jauh menyelami tulisan ini, yakinkan dulu hatimu bahwa penyakit tidak hanya disebab oleh maeman. Melainkan disebabkan cara maemnya, sekaligus apa yang kamu pikirkan saat melahapnya.
Asal maem pada saat lapar, dan tetap memakai azaz maem secara tidak berlebihan, maem gorengan adalah proses menikmati pemberian nikmat sang maha pencipta. Terutama menikmati pemberian lidah sebagai indera perasa.
Dalam konsep psikosomatis, secara misterius, tubuh bisa menderita penyakit akibat disebabkan oleh pemikiran, asumsi, hingga perasaan kita. Nabs, penyakit hadir tidak hanya dari apa yang kita maem lho. Tapi juga apa yang kita pikirkan.
Berikut 5 alasan agar kamu tidak takut maem gorengan. Nomor 4 bikin kamu makin ideologis.
1. Mudah Dicari dan Mudah Dibeli
Hampir di setiap pojokan jalan Kota Bojonegoro, banyak sekali ditemukan pedagang gorengan. Terutama di kawasan Jalan Rajekwesi. Tidak hanya satu jenis gorengan. Tapi bermacam-macam.
Selain mudah dicari, tidak butuh banyak uang untuk membelinya. Hanya dengan uang sebesar Rp 5 ribu, kamu bisa mamam gorengan berdua bersama pacar. Udah pernah mamam gorengan berdua di bawah gerimis belum?
2. Membuktikan Kesehatan Tubuh
Disebut gorengan karena setelah dicerubuki, ia digoreng menggunakan minyak goreng. Cara masak seperti itu, bagi sebagian orang, memang dianggap kurang sehat. Terlebih buat mereka yang punya penyakit tertentu.
Dengan kondisi yang sama, fakta itu membuktikan bahwa mereka yang maem gorengan, adalah orang yang mensyiarkan bahwa Tuhan masih menitipkan kesehatan pada tubuhnya. “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”
3. Belajar Hidup Sederhana
Di era penuh ketergesa-gesaan seperti saat ini, berbagai jenis maeman bisa didapat dengan sangat mudah. Cukup pegang ponsel sebentar, maeman yang diinginkan pun bisa langsung didapatkan.
Di sisi lain, kemampuan untuk bersikap sederhana kian jauh dari peradaban. Nah, dengan maem gorengan, kita membuktikan bahwa di tengah kemudahan mendapat makanan mewah, kita masih mampu bersikap dan mengamalkan cara hidup sederhana.
4. Menggerakkan Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan sering disinggung orang-orang elit di tiap meja diskusi. Meski, kerap kali itu hanya gimmick belaka. Sebab, hanya disinggung pada level teorema dan angan-angan, tanpa mau tahu seperti apa wujud asli ekonomi kerakyatan itu sendiri.
Mereka yang berjualan gorengan, tentu para proletarian dari garis ekonomi kelas bawah. Meski, tidak menutup kemungkinan, ada pula kaum borjuis yang sengaja membangun jaringan ekonomi berkedok kelas bawah.
Dengan membeli gorengan, kita mendukung pergerakan ekonomi kerakyatan secara nyata. Namun, sebelum beli gorengan, perhatikan dulu, siapa yang jual. Usahakan membeli dari mereka yang benar-benar kaum kelas bawah.
5. Menikmati Pemberian Tuhan
Pada konteks tertentu, bisa maem gorengan adalah kenikmatan yang membabi-buta. Terlebih jika saat kamu sedang batuk atau radang tenggorokan. Karena itu, masih bisa maem gorengan adalah sebuah kemewahan.
Gorengan memang makanan yang sepele dan teramat sederhana. Namun, maem gorengan adalah wasilah bagi kita untuk bisa bersyukur. Sebab, bagaimana bisa mensyukuri nikmat yang besar jika tidak mampu mensyukuri nikmat yang kecil?
Itu 5 alasan kamu harus maem gorengan. Tapi, jika memang sedang dilarang dokter maem gorengan, demi alasan kesehatan, kamu harus tetap tidak boleh maem lho ya. Kesehatanmu tetap utama. Hehe