Sebagai makhluk yang tidak bisa hidup sendirian, Tuhan berbaik hati mengirim sosok yang pada akhirnya kita istilahkan sebagai teman. Hadirnya teman, tentu membikin kita jadi betah menjalani hidup. Betapa dunia terlampau sepi tanpa seorang teman.
Teman bisa jadi penyuluh sekaligus pelindung, sekaligus inspirator, sekaligus pendamping, sekaligus penunjuk jalan, sekaligus motivator, dan sekaligus jadi penceramah yang membosankan. Sebegitu kompleksnya peran teman bagi kehidupan.
Dalam laku hidup yang teman perankan, tentu banyak dampak positif. Tapi, tidak jarang memicu giat kontra produktif bagi kehidupan kita. Bukan karena apa-apa, tapi karena justru mereka adalah teman kita.
Melalui penelitian secara tidak mendalam, Jurnaba.co merangkum 5 jenis sikap teman yang patut dimaklumi. Berikut uraiannya.
1. Moderator
Sosok yang selalu memoderasi banyak hal. Apapun, di hadapannya bisa dijadikan tema untuk diantar-diskusikan. Sosok seperti ini tentu sangat good educated. Dan loman ilmu. Dan berpengalaman. Dan sekaligus membosankan.
Kecenderungannya yang suka memoderasi dan mendiskusikan berbagai hal kerap membikin kita jadi seperti sound sistem. Banyak perihal yang harusnya tidak perlu kita dengar, seolah-olah jadi tanggungan kita untuk turut memikirkannya.
Saat kau sedang sakit gigi dan ingin duduk diam di pojokan cafe, tiba-tiba temanmu itu datang sambil mengajakmu diskusi perihal teknik-meningkatkan-popularitas-personal-di-era-digital. Padahal, dia tahu kamu sedang sakit gigi. Pas kayak gitu, hanya satu hal yang perlu kamu lakukan: memakluminya.
2. Distributor
Mendistribute kisah dan lelucon dan masalah, bagi seorang teman, tentu lelaku yang lumrah. Tapi, mendistribusikan banyak hal yang bahkan tidak berhubungan dengan dia dan kamu— di saat yang tidak tepat, tentu menjadi perkara berbeda.
Kamu sedang bekerja dan tiba-tiba teman kamu itu ngajak ngopi. Dia mewajibkan kamu untuk meluangkan waktu. Meski, dia sudah tahu bahwa kamu masih dalam kondisi bekerja.
Tentu bukan hanya sekadar ngopi. Dia juga ingin mendistribusikan cerita tentang masalah orang lain yang notabene tidak ada hubungannya dengannya maupun dengan dirimu. Pas kayak gitu, hanya satu hal yang perlu kamu lakukan: memakluminya.
3. Komentator
Teman dengan jenis komentator, punya kecenderungan mengomentari segala sesuatu dengan cara sporadis. Harus diakui, era Post Truth memicu manusia membawa senjata tajam yang sama. Yakni produktivitas berlebih dalam soal mengomentari urusan orang lain.
Berkomentar layaknya maem. Bisa membikin kenyang secara psikologis.
Kamu sedang menikmati kesyahduan warung kopi. Tiba-tiba mulut temanmu membunyikan berbagai macam urusan rumah tangga artis tidak terkenal yang sebenarnya tak berdampak secara apapun bagi kehidupan umat manusia.
Uniknya, mulut temanmu itu tidak mau berhenti dan nyerocos terus. Bahkan, dalam kondisi mengisap rokok pun, mulutnya tetap berbunyi layaknya kereta api KRD jurusan Surabaya. Berbunyi dan berasap. Pas kayak gitu, hanya satu hal yang perlu kamu lakukan: memakluminya.
4. Vapor
Jenis teman selanjutnya adalah tipe Vapor. Bukan mereka yang suka makan asap vapor. Tapi lebih pada memiliki kecenderungan mirip vapor. Omongannya wangi dan kepulan asapnya banyak. Namun, hanya sebatas itu saja. Sebatas wangi dan banyak saja.
Seperti asap vapor, ucapannya wangi tapi sangat temporer. Mulutnya bisa mengucapkan apa saja. Dengan kepulan asap yang luar biasa membahana. Tapi, hanya bisa didengar tanpa bisa dipegang. Sama plek kayak asap.
Kamu menikmati kopi dan tiba-tiba kawanmu itu datang sambil bercerita bahwa beberapa hari lalu, dia dapat kiriman kopi dari planet Namek. Kopi yang menurutnya, rasanya lebih mantap dari kopi yang sedang kau nikmati.
Saat kau ingin membuktikannya, dia menjawab bahwa dia hanya ingin bercerita. Tidak ingin mengajakmu mencobanya. Pas kayak gitu, hanya satu hal yang perlu kamu lakukan: memakluminya.
5. Kurator
Kurator tidak hanya bertugas mengkurasi benda bernilai seni untuk dimasukkan ke museum. Di era global cum digital seperti ini, apapun perlu dikurasi. Bahkan, kehidupan dan kegiatan orang lain sekalipun. Giat mengkurasi kegiatan orang lain semacam menjadi satu entitas profesi baru di era digital.
Terlepas berhubungan atau tidak berhubungan dengan dirinya, selama matanya atau hidungnya masih menangkap ada sensor kegiatan bakal dilakukan orang lain, dia pengen tahu. Tidak hanya pengen tahu, tapi juga menilai dan mengkurasi layak tidaknya kegiatan itu dilanjutkan.
Kamu ngantuk dan memutuskan pulang lebih awal dari kegiatan ngopi. Tapi tiba-tiba kawanmu itu bertanya kenapa kamu harus pulang lebih awal. Bertanya sudah berapa malam kamu tidak tidur. Dan memberi petuah bahwa tidur terlalu sore itu tidak baik. Padahal, dia sudah tahu kalau kamu ngantuk. Pas kayak gitu, hanya satu hal yang perlu kamu lakukan: memakluminya.
Itu tadi Nabs, 5 jenis teman yang patut dimaklumi. Mana jenis teman yang sering hadir di kehidupanmu Nabs? Xixixi