Marsinah. Namanya masih disebut di mana-mana, bahkan setelah 26 tahun kepergiannya. Ia justru hidup lewat puisi, diskusi, tuntutan buruh, bahkan tulisan yang kalian baca saat ini.
Marsinah adalah korban kekejian rezim orde baru. Ia dibunuh pasca suarakan tuntutannya di hari buruh, 26 tahun silam. Bunyi tuntutan itu tak lain adalah kenaikan upah sesuai dengan peraturan pemerintah, jaminan hak buruh, dan juga pembubaran SPSI, yakni serikat pekerja yang disetir oleh pemerintah orde baru. Tiga pokok itu yang kemudian dibedah menjadi 10 poin tuntutan
Keberanian Marsinah dan kemalangan yang menimpanya kemudian menjadi inspirasi lahirnya banyak karya sebagai bentuk simpati. Seperti 5 karya seni yang lahir dari sosok Marsinah ini.
1. Sapardi Djoko Damono : Dongeng tentang Marsinah
Sapardi Djoko Damono ternyata pernah menuliskan puisi tentang Marsinah, bahkan dalam proses pembuatan puisi tersebut, ia mengaku sebagai proses menulis yang begitu panjang.
Ia marah setiap kali mengingat tragedi yang menimpa Marsinah, tapi puisi tidak boleh ditulis dengan marah. Maka ia berhenti setiap kali merasa marah, dan menuliskan kembali di waktu yang lain hingga memakan waktu 3 tahun lamanya.
Seperti puisi Sapardi lainnya, tidak ada kemarahan di dalam penggalan puisi tentang Marsinah. Tapi rasa sedih dan kiluan yang amat dalam. “Sajak ini saya tulis tiga tahun lamanya, karena saya nulis, marah lagi. Nulis, marah lagi,” ujarnya pada awak media.
2. Drama teater, Marsinah : Nyanyian Dari Bawah Tanah oleh Ratna Sarumpaet
Jangan dulu mengaitkan Ratna Sarumpaet dengan hoax yang sempat heboh beberapa waktu lalu. Ratna Sarumpaet sejatinya telah berkecimpung di dunia seni, khususnya teater. Ia adalah seniman yang kerap menyuarakan isu-isu HAM lewat karyanya.
Salah satu yang pernah ia tuliskan adalah naskah teater berjudul Marsinah: Nyanyian Dari Bawah Tanah. Naskah garapan Ratna tersebut pertama kali dipentaskan pada tahun 1994, di Taman Ismail Marzuki, dan sempat mendapat pencekalan pada masa Orde Baru. Di dalam naskah ini, Ratna menuliskan betapa bobroknya rezim yang berkuasa saat itu yang membuatnya marah dan bersedih.
3. Puisi Marsinah oleh Linda Christanty
Selain karya Sapardi, ada satu lagi puisi tentang Marsinah yang lahir dari tangan penulis nasional. Linda Christanty, aktivis kemanusiaan lewat tulisan sastra maupun reportase beritanya ini juga turut melahirkan puisi tentang Marsinah.
Puisi tersebut ia tuliskan di bulai Mei, 9 tahun silam, untuk mengenang kematian Marsinah. Dalam puisinya, Linda Christanty menunjukkan bahwa perjuangan Marsinah tak akan sia-sia.
4. Lagu Marsinah oleh Marjinal
Marjinal adalah salah satu band beraliran punk-rock di Indonesia yang turut melahirkan karya tentang Marsinah. Band tersebut membuat lagunya di tahun 2001, ketika pemerintahan Orde telah lengser.
Tahun-tahun setelah lengsernya rezim otoriter adalah tahun-tahun di mana kebebasan berekspresi meledak. Setidaknya, Marjinal adalah salah satu yang turut mengekspresikan kegelisahannya lewat karya bertajuk Marsinah.
5. Film Marsinah : Cry Justice
Selain teater, puisi, dan buku, Kisah Marsinah juga menginspirasi pembuatan sebuah film berjudul Marsinah : Cry Justice. Pembuatan naskah film tersebut melibatkan banyak orang di dalamnya, yaitu Agung Bawantara, Eros Djarot, Karsono Hadi, dan Slamet Raharjo.
Film yang diproduksi oleh PT. Gendam Sinemuda Prakarsa ini sempat menjadi kontroversi. Di satu kesempatan, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jacob Nuwa Wea, meminta pemutarannya ditunda. Bahkan, mantan kepala seksi kodim sidoarjo mengekuarkan somasi terhadap film ini karena dianggap melakukan pencemaran baik.
Itu tadi 5 karya seni yang lahir dari sosok Marsinah. Hingga saat ini, Marsinah, Buruh perempuan yang bekerja di pabrik arloji tersebut tidak benar-benar mati. Ia terus hidup lewat karya-karya sastra.
Ruh-Ruh keberanian telah ia tularkan pada perempuan-perempuan hebat yang terus lahir di setiap generasi. Pada manusia-manusia berani yang menolak bungkam atas ketidakadilan.