Bermain identik dengan kegiatan anak-anak. Sebab, bermain menjadi proses internalisasi nilai-nilai sosial pada usia dini. Nilai-nilai seperti kejujuran dan kerjasama.
Bahkan, secara tidak langsung, pengenalan kesepakatan cara bermain bersama juga membentuk pribadi anak.
Jurnaba.co merangkum lima permainan tradisional yang dibawa dari sejarah panjang. Tidak hanya menjadi permainan yang sarat makna. Lima permainan ini juga memiliki peran penting dalam mengasah kemampuan pemainnya.
Jadi, ini Nabs 5 permainan tradisional yang pernah populer di kalangan anak-anak Bojonegoro.
1. Dakon atau Congklak
Permainan ini membutuhkan satu papan berbentuk silinder yang memiliki 14 cekungan. Di ujung kanan dan kirinya, terdapat masing-masing satu buah cekungan yang lebih besar dari yang lain. Kita membutuhkan biji-bijian untuk mengisinya. Papan ini dimainkan oleh dua orang. Dan masing-masing memiliki satu rumah. Yakni satu cekungan besar untuk menyimpan biji dakon yang didapatkan.
Permainan ini ternyata sudah ada dari jaman dahulu. Dan merupakan permainan yang tersebar luas di wilayah Asia hingga Afrika. Beberapa sejarawan pun pernah menuliskan permainan ini dalam buku. Salah satunya adalah AJ Resink-Wilkens dalam buku Het Dakonspel yang artinya adalah permainan dakon. Buku ini menggambarkan bagaimana dakon biasanya dimainkan oleh kalangan bangsawan era dahulu.
Hingga sekarang, permainan dakon masih ada. Meskipun semakin kehilangan pemainnya. Meskipun dimainkan secara berhadap-hadapan, dakon justru mengajarkan nilai kooperatif. Sebab permainan ini didesain untuk dimainkan dalam waktu yang lama. Dan menstimulasi sebentuk aksi-reaksi yang sinergis. Hingga akhirnya biji dakon berpindah seluruhnya ke dua lubang besar.
2. Bekel
Permainan ini termasuk salah satu permainan kegemaran di tahun 2000an. Bahkan beberapa murid sekolah dasar memainkan ini di sela jam pelajaran. Sebab peralatan mainnya sangat sederhana dan mudah dibawa. Untuk memainkannya, kita membutuhkan beberapa biji bekel dan sebuah bola karet yang dapat memantul.
Permainan ini ternyata dibawa serta oleh era kolonialisme Belanda. Dalam permainan ini, kita ditantang untuk membagi konsentrasi antara memantulkan dan menangkap bola. Sembari menata dan mengambil biji bekel. Peraturan dalam permainan ini beragam di berbagai daerah. Bahkan, kita bisa membuat peraturan kita sendiri.
Permainan bekel dapat melatih konsentrasi dan ketangkasan pemainnya. Lebih jauh, bekel dapat melatih kecepatan berpikir dan menstimulasi penciptaan strategi gerak yang lihai, cepat dan tepat sasaran. Dari tingkat kesulitan dan keseruannya, permainan ini layak untuk dijadikan kompetisi. Bisa jadi, kompetisi bekel tidak kalah dengan keseruan kompetis e-sport saat ini.
3. Gasing
Gasing merupakan mainan yang dapat berputar karena terdapat satu poros yang menjadi penyeimbangnya. Permainan ini tidak hanya dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Namun juga dikenal secara global.
Berbagai daerah memiliki bentuk gasing yang berbeda-beda. Bahan yang digunakan pun juga berbeda-beda. Gasing biasanya diadu dari segi lamanya berputar. Namun, ada pula yang mengadu kekuatan gasing dengan menabrakkannya satu sama lain. Gasing juga berevolusi bersama modernitas. Contohnya adalah gasing asal Jepang yang juga dikisahkan menjadi animasi manga.
Permainan gasing dapat melatih kelihaian tangan untuk memutarkan gasing dengan tali. Pemain gasing akan diasah kekuatan dan kemampuannya.
4. Kelereng
Kelereng adalah sebentuk bola berukuran kecil yang biasanya terbuat dari kaca atau marmer. Kelereng mempunyai jenis yang bermacam-macam. Baik dari segi ukuran maupun corak warnanya.
Terdapat berbagai cara untuk memainkannya. Namun yang pasti, bermain kelereng membutuhkan tempat yang berlatarkan tanah. Kelereng dapat diibaratkan dengan bermain billiard. Tapi tanpa stik dan mejanya.
Dalam bermain kelereng, kemampuan motorik pemain akan diasah. Gerakan menyentil maupun melempar kelereng harus dikombinasikan dengan ketepatan. Baik ketepatan kuat lemahnya menyentil. Hingga ketepatan dalam mengenai target.
5. Layang-layang
Layang-layang adalah permainan tradisional yang telah dikenal sejak abad ke-18. Permainan ini dapat dikatakan sebagai interaksi manusia dengan gerak alam, yaitu angin. Layang-layang dibuat dari bilah bambu yang dibentuk sedemikian rupa. Kemudian dilapis dengan kertas atau kain tipis. Serta dikaitkan dengan senar panjang sebagai kendalinya.
Permainan ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak. Bahkan orang dewasa pun menyenangi permainan ini. Di beberapa daerah, sering diadakan festival layang-layang. Festival tersebut tidak hanya penantang pemainnya untuk beradu dengan angin. Namun juga menantang kreativitas pembuat layang-layang.
Selain berfungsi sebagai permainan. Layang-layang juga memiliki fungsi kultural yang lain. Contohnya adalah ritual terkait pertanian. Bahkan Benjamin Franklin menggunakan layang-layang sebagai bahan penelitian. Ia menghubungkan kunci dengan layang-layang untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.
Nah, itu lima permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak dari zaman lampau. Dan sepatutnya masih dipertahankan hingga era kontemporer. Anak-anak akan terus menikmati permainan dari masa lalu, selama mereka belajar memainkannya.
Permainan-permainan ini juga sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak. Sebab mereka membutuhkan aktivitas fisik, mengasah keterampilan sosial, kreativitas, imajinasi, kompetisi hingga persahabatan. Sederhananya, permainan anak-anak tradisional merangsang pertumbuhan mereka, baik fisik maupun intelektual.