Di tempat ini, suporter bahu membahu menguras genangan air mata. Sepakbola kerap kali menyiksa perasaan. Tapi ada kalanya ia begitu teduh menentramkan.
Bagi Persibo Bojonegoro dan para pencintanya, stadion Citarum Semarang akan selalu diingat sebagai tempat yang menghadirkan memori masam. Setahun lebih berlalu, luka dan rasa sakit pencinta Persibo di Stadion Citarum masih terekam jelas di ingatan.
Stadion Citarum yang berada di pusat kota Semarang, sebenarnya jadi tempat yang menyenangkan bagi Persibo. Stadion berkapasitas sekitar 7 ribu penonton tersebut jadi saksi keperkasaan Persibo di Liga 3 2017 putaran nasional.
Pada babak grup 32 besar, Persibo berhasil lolos ke 16 besar sebagai runner up grup, mengungguli Peseban Banjarmasin dan PSKC Cimahi. Pada babak selanjutnya, Persibo sudah ditunggu oleh Kuala Nanggroe.
Hal unik terjadi saat Persibo dijadwalkan tanding lawan Kuala Nanggroe pada babak 16 besar. Sebelum laga dimulai, hujan mengguyur lapangan stadion. Genangan air pun terlihat di berbagai sudut lapangan. Pengadil lapangan memutuskan untuk menunda sementara kick off pertandingan.
Karena tak ingin menunda laga, suporter Persibo, baik Boromania maupun Drago Tifoso yang sudah datang jauh-jauh dari Bojonegoro kemudian masuk ke lapangan. Mereka mencoba menguras genangan air yang ada di lapangan. Berbagai alat yang ada digunakan untuk membersihkan lapangan dari genangan air.
“Ayo turun semua! Kita kuras airnya sama-sama. Jangan sampai partai ini ditunda,” ujar salah satu suporter yang meminta rekan-rekannya untuk turun dari tribun dan mulai membersihkan air di atas lapangan.
Pemandangan yang sangat mengharukan ketika para suporter bahu membahu membersihkan lapangan dari genangan air. Semangat dan kecintaan terhadap klub kebanggaan benar-benar tampak nyata. Rasa haru dan bangga terlihat dari para pemain Persibo yang mengintip aktivitas suporter dari balik jendela kamar ganti.
Sayangnya, upaya para suporter tersebut berakhir sia-sia. Panitia penyelenggara pertandingan tetap menunda laga keesokan harinya. Ratusan suporter yang datang pun kecewa berat dengan keputusan. Untungnya, saat partai tunda dilakukan, Persibo Bojonegoro berhasil menundukkan Kuala Nanggroe untuk lolos ke babak selanjutnya.
Partai tunda tersebut membuat sebagian suporter memilih untuk tetap bertahan dan menginap di stadion Citarum. Dengan modal dan persiapan seadanya, perjuangan serta pengorbanan para suporter tersebut akhirnya terbayar. Persibo berhasil meraih kemenangan atas Kuala Nanggroe esok harinya dan memastikan lolos ke babak 8 besar.
Memori juga tak bisa dilepaskan dari Warung Pojok stadion Citarum. Warung tersebut menjadi tempat makan favorit suporter Persibo selama tanding di Citarum. Warung Pojok dengan konsep warteg tersebut, selalu dipenuhi suporter ketika Persibo mau bertanding.
Saking seringnya, ibu pemilik warung memberikan perlakuan khusus kepada para suporter Persibo. Harga makanan disamaratakan. Apapun lauknya, apapun sayurnya, harganya sama.
Dalam sekejap, stadion Citarum Semarang menjadi rumah kedua bagi para suporter Persibo. Tak hanya sebagai tempat untuk menggantungkan harap, Citarum juga jadi saksi perjalanan heroik Persibo Bojonegoro di Liga 3 Nasional.
Akhir Cerita Cinderella
Skuat Persibo pada 2017 memang terbilang solid. Meski dibentuk dengan waktu yang mepet, skuat yang berisikan kombinasi pemain muda dan pemain berpengalaman tersebut mampu melaju hingga putaran nasional mewakili Jawa Timur.
Pelatih Persibo saat itu, I Putu Gede merupakan pelatih muda yang sedang moncer-moncernya. Ia dibantu oleh Jordi Kartiko sebagai asisten pelatih. Dalam waktu kurang dari setahun, Persibo Bojonegoro menjelma jadi tim yang disegani pada kompetisi Liga 3 Indonesia.
Di putaran nasional pun, langkah Persibo terbilang mulus. Meski sempat beberapa kali dirugikan oleh wasit, Nugroho Fatchur cs. mampu lolos hingga babak 8 besar Liga 3 Nasional. Satu langkah lagi menuju promosi ke kasta yang lebih tinggi.
Persibo berlaga menghadapi Aceh United pada babak 8 besar Liga 3 putaran Nasional pada (12/12/2017). Ini adalah partai penting bagi skuat Laskar Angling Dharma. Jika mampu mengalahkan Aceh United, Persibo berhak melaju ke semifinal Liga 3 dan punya potensi besar untuk promosi ke Liga 2 Indonesia.
“Bermainlah untuk keluarga Anda, teman Anda, suporter Anda, dan sema orang yang Anda sayangi,” ujar I Putu Gede mengingatkan anak asuhnya betapa pentingnya laga melawan Aceh United ini.
Sayang, Persibo tak mampu mengukir cerita cinderella. Sempat unggul lebih dulu lewat Hasan Basri, Aceh United kemudian menyamakan kedudukan di penghujung babak pertama. Aceh United lalu membalikkan keadaan di menit akhir babak kedua untuk memastikan langkah ke babak selanjutnya. Sekaligus menghapus mimpi pencinta Persibo yang ingin tim kesyangannya naik kasta.
Amarah dan air mata pun pecah. Para pendukung Persibo, baik Boromania maupun Drago Tifoso melampiaskan kekesalannya lewat umpatan dan cacian terhadap pengadil di lapangan.
Sepanjang laga, wasit yang memimpin pertandingan memang kerap membuat keputusan yang merugikan Persibo. Mulai dari pelanggaran atas pemain Persibo yang tidak diberi hukuman, hingga keputusan offside yang berkali-kali didapatkan anak asuh I Putu Gede. Nama wasit yang memimpin pertandingan antara Persibo dan Aceh United pun seketika jadi legenda.
Halo Bapak Juwari, apa kabar Anda hari ini?
Emosi yang meledak-ledak dari pendukung Persibo membuat suasana stadion Citarum jadi mencekam. Personel keamanan yang jumlahnya kalah jauh dibandingkan suporter Persibo hanya bisa memberi himbauan untuk tidak melakukan tindakan kekerasan.
Para pemain Aceh United pun tak luput dari sasaran amarah. Setelah peluit tanda pertandingan selesai, para pemain Aceh United berlarian menyelamatkan diri. Mereka menuju ruang ganti pemain dan terus bersembunyi di dalam kamar mandi yang terkunci rapat.
Amarah yang meledak-ledak kemudian jadi tangis yang menyeruak. Di salah satu sudut stadion, manajer Persibo, Sally Atyasasmi tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Ia menangis dan hanya menunduk penuh rasa kecewa. Beberapa suporter juga terlihat duduk bersimpuh sambil menangis tersedu-sedu.
Harapan yang melambung tinggi sebelum laga, harus pupus dengan penuh rasa duka. Stadion Citarum menjadi saksi bahwa betapa sepakbola mampu menghadirkan sorak suka cita sekaligus tangisan tak terkira.
Pelatih Persibo saat itu, I Putu Gede juga merasakan duka yang mendalam. Ketika melakukan briefing usai laga, eks kapten Arema Malang tersebut berbicara dengan sangat emosional. Pelatih yang biasanya garang saat memberi instruksi dari pinggir lapangan tak dapat menyembunyikan lagi tangisnya di hadapan anak asuhnya.
“Terima kasih telah berjuang selama ini. Saya tak akan pernah melupakan tim ini,” salah satu kalimat yang terucap dari mulut I Putu Gede yang terisak-isak di kamar ganti pemain.
Tangisan para pemain Persibo pun pecah dari ruang ganti stadion Citarum. Perjalanan panjang harus terhenti dengan cara yang sangat menyakitkan. Citarum meninggalkan rasa perih di dada yang takkan pernah terlupa.
Skuat Persibo musim 2017 akan selalu lekat di ingatan para suporter. Mereka tak sekadar tim sepakbola saja. Mereka menjelma jadi keluarga yang saling bersinergi untuk memberikan hasil terbaik. Tak hanya bagi pencinta Persibo, tapi juga masyarakat Bojonegoro.
Stadion Citarum akan selalu diingat oleh pencinta Persibo. Suka duka pendukung Persibo masih akan terus melekat pada stadion ini. Genang kenangan yang ceritanya nampaknya bakal kekal abadi.