Ahmad Ibn Sahl Al Balkhi atau Abu Zayd al-Balkhi (849-934M), merupakan ilmuwan dengan multi disiplin ilmu pengetahuan (polymath). Ia adalah pendiri Sekolah Balkhi, sekaligus intelektual muslim abad 9 M yang memperkenalkan psikologi Islam dan neuroscience.
Al-Balkhi lahir di Syamistiyan, wilayah Balkh Afghanistan. Ayahnya adalah seorang guru. Al-Balkhi tumbuh dewasa dan tinggal di Baghdad selama 8 tahun, di saat kekuasaan Daulah Abbasiyah sudah merosot dan hanya meliputi Baghdad dan sekitarnya.
Al-Balkhi adalah intelektual muslim yang memperkenalkan psikologi Islam dan neuroscience, yakni cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, biokimia, atau biologi molekul jaringan saraf, khususnya yang berkaitan langsung dengan perilaku dan pengetahuan.
Al Balkhi adalah pelopor psikoterapi, psikofisiologi, dan pengobatan psikosomatis. Ia menyadari bahwa tubuh dan jiwa dapat sehat atau sakit, atau “seimbang atau tidak seimbang”, dan bahwa penyakit mental dapat memiliki penyebab psikologis dan/atau fisiologis.
Ia menulis bahwa ketidakseimbangan tubuh dapat mengakibatkan demam , sakit kepala, dan penyakit fisik lainnya, sedangkan ketidakseimbangan jiwa dapat mengakibatkan kemarahan , kecemasan, kesedihan, dan gejala mental lainnya.
Di samping itu, dia juga terkenal sebagai tokoh yang pertamakali menemukan psikologi kognitif dan medis (cognitive and medical psychology). Dialah orang yang pertamakali membedakan antara sakit saraf (neurosis) dan sakit jiwa (psychosis), serta orang yang pertamakali mengklasifikasikan gangguan saraf (neurotic disorders) dan perintis terapi kognitif (cognitive therapy) dalam rangka mengkaji pengelompokan gangguan penyakit ini.
Al-Balkhi sering mengkritik dokter-dokter di zamannya karena selalu memfokuskan perhatian mereka pada penyakit fisik saja dan mengabaikan penyakit mental dan kejiwaan para pasiennya.
Dia berargumen bahwa dikarenakan konstruksi manusia terdiri dari jasmani dan rohani, maka keberadaannya tidak bisa dikatakan sehat tanpa adanya keterjalinan (isytibak) antara jiwa dan badan.
Al Balkhi mengatakan: “Jika badan sakit, jiwa pun akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak bisa merasakan kenikmatan hidup”. Sebaliknya dia juga menjelaskan “Jika jiwa sakit, badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan badannya pun bisa jatuh sakit”.
Pemikirannya tentang kesehatan mental, digalinya dari al-Qur’an dan Sunnah. Di antaranya adalah QS. 2:10, “Dalam hati mereka ada penyakit“. Dan Sabda Nabi: “Ketauhilah! Sesungguhnya dalam badan manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka seluruh badannya akan baik. Tetapi jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badannya. Ketauhilah bahwa ia (segumpal daging) itu adalah kalbu”. (HR. al-Bukhari)
Ibnu al-Nadim, dalam kitabnya al-Fihrist menyebut bahwa al-Balkhi memiliki 41 karya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di antaranya di bidang ‘Ulum al-Qur’an, kalam, matematika, geografi, kedokteran, ilmu jiwa, perbandingan agama, politik, sejarah, linguistik, astronomi, sastera dan filsafat. Namun dari karya-karyanya itu, hanya dua kitab yang masih utuh dan bisa dibaca hingga saat ini. Di antaranya adalah Suwar al-Aqalim (geografi) dan Masalih al-Abdan wa al-Anfus (psikologi).








