Membela Maulid Nabi bisa dilakukan dengan cara apapun. Jika tak bisa dengan dialektika dan kajian ilmiah, adakalanya dilakukan dengan gaya cangkem elek.
Sore tadi, di salah satu WhatsApp Group (WAG) resmi sebuah organisasi saya disenggol oleh seorang pengurus organisasi tersebut. Seorang pengurus itu mengirim sebuah video seorang cowok yang nge-vlog di area masjid Nabawi-Madinah.
Inti dari ‘senggolan’ tersebut, saya ditawari untuk mengikuti sebuah sayembara (dalam video berduarasi sekitar 2 menit) yang hadiahnya sebuah jam tangan mahal dan cincin mahal, jika boleh menaksir, keduanya mungkin lebih kurang sekitar sepuluh juta.
Pada video kiriman tersebut, dipertontonkan seorang laki-laki ‘ra njawa’ yang dengan songong mengadakan sayembara, siapapun yang dapat mendatangkan dalil perintah maulid Nabi baik dari al-Quran atau al-Hadits maka akan dia hadiahi jam tangan dan cincin mahal yang sedang dia kenakan.
Awalnya, saya sempat terpancing untuk menanggapi postingan video itu baik di WAG maupun di akun instagram (IG) orang yang ada pada video tersebut.
Karena tertarik saya segera meluncur ke akun IG nya dan melihat bio nya lengkap dengan postingan-postingannya pada akun tersebut, “Lhadalaah, jebule wong dodol minyak wangi toh” dan akhirnya saya urungkan niat saya untuk menanggapi postingan tersebut, dan saya buka macBook kemudian menuliskan ini.
Sebenarnya isu ‘pelarangan’ maulid selalu di-share setiap tahun dan pola-polanya ya itu-itu saja. (1) mana dalil dari Quran-Hadits nya Maulid Nabi (2) jika maulid Nabi itu disyariatkan, tentu sahabat Nabi atau generasi Tabiin mencontohkan, tentu mereka sudah melaksanakan, melestarikan dan seterusnya. Itu-itu saja polanya. Tidak kreatif sekali mereka. hehehe.
Untuk mengetahui, memahami kemudian menjawab tudingan-tudingan seperti itu sebenarnya banyak sekali upaya yang bisa dilakukan, silakan saja anda buka situs resmi NU dot or dot id, ketikkan keyword “maulid Nabi” baca tiga atau empat artikel saja, insyAllah paham dan bisa mendebat dia.
Atau jika ingin lebih simpel bisa dengan cara menantang balik, datangkan satu saja ayat atau hadits yang melarang peringatan maulid Nabi, bahkan apa yang dilakukan oleh orang dalam video itu (berupa mngadakan sayembara ‘pekok’ itu) tidak pernah dicontohkan dari ulama, tabiin atau sahabat Nabi.
Ulama-ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu keislaman tidak berani melakukan ‘sayembara bodoh’ seperti itu.
Pada tulisan ini saya tidak ingin menjawab atau menanggapi isi video itu, lha wong ra njawa, ra paham, cah ‘gomik’ kok ditanggapi. Mengapa saya katakan demikian? ya ibarat kata dia anak ‘balita’ yang minim pengetahuan, tidak paham jika tidak hati-hati jalan, kemudian kepleset dan jatuh itu terasa sakit, mau dijelasin bahaya lari, dijelasin rasa sakit, dijelasin ketidak hati-hatian akan mengakibatkan penyesalan, ya tentu saja ‘utek-nya ndak nyandak’ karena memang belum saatnya memahami teori-teori itu semua.
Tidak usah dicerca atau dihina, doakan saja, wong dia lho tidak paham. Perlukah kita pahamkan atau ajarkan dia? jika anda mampu, punya banyak waktu, merasa hal itu perlu, ya silakan saja.
Kalu menurut saya, saya tidak perlu melakukan itu, memperingati hari lahir (maulid) Nabi itu ekspresi dalam mencintai, menanyakan dalil maulid Nabi samahalnya menanyakan dalil mencintai Nabi. Bagi yang masih menanyakannya ‘pekok’ bukan? hehehe.
Bahkan, kata ‘bangsat dan bajingan’ pun masih terlalu santun untuk diucapkan kepada mereka yang merayakan ulangtahunnya atau keluarganya, tapi mengharamkan peringatan ulangtahun Nabinya. Shollu ala-n Nabiy!!