Hari ini 6 April 2020, bertepatan dengan ulang tahun band cadas Bandung, Alone At Last ke-18. Dalam belantika musik Indonesia, Alone At Last dikenal sebagai band Emo.
Apa yang kamu ketahui tentang Emo? Rambut poni lempar yang menutupi seluruh muka? Pose fote sambil menyilet-nyilet nadi? Atau lagu penuh rasa penyesalan dan kesedihan?
Tiap orang punya ceritanya sendiri terhadap Emo. Ditilik dari sejarahnya, Emo merupakan turunan dari genre Hardcore Punk. Ciri khas utama dari musik Emo adalah lirik-liriknya yang penuh dengan kesedihan dan kepiluan. Ini cukup berbeda dengan semangat musik punk dan hardcore.
Tak banyak band atau musisi Indonesia yang mengusung musik Emo. Alone At Last merupakan satu dari sedikit band yang berani tampil dengan membawa musik Emo ke skena musik underground Indonesia.
Alone At Last beranggotakan 5 personel utama. Mereka adalah Yas Budaya (vokal), Athink Go (drum), Ubey (bass), Ucay (gitar), dan David (gitar). Seiring berjalannya waktu, jumlah personel terus berubah. Bahkan, Yas Budaya sempat keluar sebelum memutuskan untuk kembali.
Debut perdana Alone At Last rilis pada 2004 silam lewat album Sendiri vs Dunia. Sejumlah lagu di album tersebut diterima dengan baik di daerah asal AAL yakni Bandung. Sebut saja Amarah, Senyum dan Air Mata atau Kisah Jejak Terhina.
Nama Alone At Last pun kian melambung. Undangan untuk manggung di berbagai tempat makin sering diterima. Pelan tapi pasti, lagu-lagu AAL pun sering didengarkan dan diputar oleh anak-anak muda.
Namun, lagu yang benar-benar membuat nama AAL berkibar adalah lagi Muak Untuk Memuja. Lagu itu ada di album kedua AAL yang rilis ada 2008 dengan tajuk Jiwa.
Muak Untuk Memuja begitu relate dengan kehidupan romansa anak muda saat itu. Di tengah serbuan lagu melayu yang cengeng nan mendayu-dayu, AAL datang dengan konsep berbeda. Lewat lagu Muak Untuk Memuja mengajak anak muda merayakan kesedihan dengan cara yang gahar.
Album Jiwa ini juga dipenuhi oleh lagu-lagu yang tak kalah ciamik. Sebut saja Gadis Kecil Berbisa, Taman dan Jiwa. Lewat lagu-lagu itu, AAL makin menancapkan kukunya di belantika musik tanah air.
Setelah hadir lewat Sendiri vs Dunia serta Jiwa, Alone At Last merilis album ketiganya dengan tajuk Integrity pada 2013. Cukup lama memang jarak antara album kedua dan ketiga.
Lagu andalan di album ini adalah Takkan Berhenti Disini. Sayangnya, album ketiga ini tak seimpresif album pertama atau kedua. Pergeseran musik di Indonesia yang cukup dinamis saat itu membuat nama AAL seperti agak tenggelam.
Hal ini diperparah dengan keputusan sang vokalis, Yas Budaya untuk mundur pada 2013. Alasannya, Yas ingin melanjutkan studi S-3 ke luar negeri.
AAL pun sempat berjalan tanpa sang vokalis. Namun selang beberapa tahun kemudian setelah menyelesaikan pendidikannya, Yas akhirnya kembali ke AAL, band yang punya jasa besar terhadap hidupnya.
Usai kembali, Yas bersama AAL menggarap album baru yang rilis pada 2018 lalu dengan tajuk Renegade. Ini adalah album persembahan bagi para penggemar setia Alone At Last yang mungkin sekarang sudah tumbuh dewasa.
Nama Alone At Last akan tetap terukir dalam sejarah musik Indonesia sebagai penggerak genre Emo. Musik yang dibawakannya menjadi penanda sebuah era di belantika musik tanah air.
Selamat ulang tahun, Alone At Last!