Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Headline

Anak Panah Muhammadiyah

Ahmad Fuady by Ahmad Fuady
November 18, 2020
in Headline, Peristiwa
Anak Panah Muhammadiyah
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Di masa kepemimpinan K.H. Ibrahim, Muhammadiyah menyebar ke berbagai daerah di seluruh Hindia Belanda (terutama Jawa dan Madura). Di balik capaian itu ada program yang jadi kunci keberhasilannya: Anak panah Muhammadiyah.

Usia biologis manusia pendek dan terbatas. Kesadaran ini tampaknya begitu diinsafi oleh Kiai Dahlan. Muaranya adalah lahirnya organisasi bernama Muhammadiyah. Muhammadiyah lahir untuk dijadikan sebagai payung dari sekolah-sekolah dan amal usaha lain yang didirikannya.

Muhammadiyah memungkinkan usia ide, gagasan, dan amal usaha bertahan lebih lama dan kontinu dibanding usia pendirinya. Tanpa organisasi; begitu pemimpin, tokoh, dan pencetus ide wafat, maka tidak lama ide dan turunannya akan ikut lenyap. Muhammadiyah adalah perjuangan melintas zaman.

Februari tahun 1923 menjadi awal baru bagi perjalanan Muhammadiyah. Wafatnya Kiai Dahlan, pendiri yang amat dicintai tentu membawa konsekuensi serius: mampukah penerus-penerusnya mengemban amanah untuk mengembangkan dan memajukan Muhammadiyah.

Ah, tentu di saat itu, idealita itu amat besar. Setidaknya, karena pertanyaan mendasarnya: mampukah Muhammadiyah bertahan paska-wafatnya Kiai Dahlan? Kekuatan organisasi memampukan itu.

K.H. Ibrahim menjadi sosok yang menerima amanah dan tanggung jawab berat itu. Awalnya beliau menolak, akan tetapi karena dorongan anggota-anggota yang lain, sekaligus menunaikan wasiat Kiai Dahlan yang menunjuk K.H. Ibrahim sebagai penerusnya untuk menakhodai Muhammadiyah.

Di masa kepemimpinan K.H. Ibrahim, Muhammadiyah menyebar ke berbagai daerah di seluruh Hindia Belanda (terutama Jawa dan Madura). Di balik capaian itu ada program yang jadi kunci keberhasilannya: Anak panah Muhammadiyah.

Program ini dilakukan dengan mengirim kader-kader Muhammadiyah lulusan sekolah guru mu’allimin dan mu’allimat maupun sekolah guru lainnya dari Yogyakarta ke berbagai pelosok daerah untuk mengenalkan dakwah Muhammadiyah, dan tentu saja mengupayakan pendidikan agama dan umum lewat sekolah.

Mereka-mereka itu anak panah yang dilepas dari busurnya dengan penuh dedikasi, keyakinan, dan semangat. Bayangkan, dikirim ke sebuah daerah yang jauh dari gempita, belum ada kejelasan nasib, dan kelayakan penghasilan. Termasuk daerah yang menjadi tujuan kiprah anak panah Muhammadiyah ini adalah Bojonegoro.

Di Kabupaten Bojonegoro, jejak-jejak mereka masih bisa dilacak, sebagian dari mereka masih sehat. Meski sebagian lain sudah wafat. Kebetulan nenek dan kakek kami adalah salah satu dari banyak anak panah Muhammadiyah yang diutus ke Bojonegoro.

Nenek dan kakek kami setelah lulus dari sekolah guru dikirim ke Bojonegoro dengan berbekal keyakinan dan ilmu. Di Bojonegoro ditampung di rumah tokoh Muhammadiyah lantas disebar ke berbagai lokasi di Bojonegoro. Di lokasi-lokasi itu nantinya mereka mengajar mengaji dan tentu, menginisiasi pendirian sekolah juga masjid.

Ketika pertama kali datang, tentu jauh dari kelayakan. Penghidupan yang layak, seiring jumlah anggota keluarga yang semakin banyak, mulai dirasakan setelah mereka menjadi pegawai negeri. Mereka bisa mencicil rumah sendiri, membeli tanah dll. Sebelumnya tempat tinggal berpindah-pindah dengan menumpang di rumah tokoh masyarakat setempat.

Slaah satu program penting yang ada di masa K.H. Ibrahim adalah didirikannya Fonds-Dachlan. Program ini adalah menghimpun dana beasiswa untuk mengirim pelajar-pelajar Islam kader Muhammadiyah untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

Di luar negeri mereka diutus untuk mengembangkan keilmuannya sekaligus menjalin kerja sama dengan organisasi Islam lain. Sebuah terobosan zaman yang luar biasa. Mengingat saat itu, menghimpun dana untuk memberikan beasiswa ke pelajar Islam tidak banyak jumlahnya.

Hari ini, di usia 108 tahun, Muhammadiyah masih dirasakan kehadirannya. Tantangan zaman senantiasa datang untuk disiasati dan dihadapi. Termasuk suasana pandemi yang masih belum usai di hampir sepanjang tahun 2020.

Meneguhkan gerakan keagamaan di tengah pandemi tentu lahir dari sebuah keyakinan bahwa Islam dapat berdialog dengan sains modern. Islam mampu hadir di tengah masalah-masalah yang hadir di dunia modern.

Meneguhkan keagamaan tentu diiringi untuk terus mengejar kemajuan di pusat-pusat kemajuan dunia. Oleh karena itu, upaya untuk terus mendorong, memfasilitasi, dan mengupayakan kader-kader Muhammadiyah mengejar kemajuan di pusat-pusat keilmuan sekaliagus menginternasionalisasi Muhammadiyah ke seluruh dunia harus senantiasa didorong. Dengan berbagai macam skema beasiswa.

Tentu yang juga tidak kalah penting. Selain berulaya mengejar kemajuan, tentu tidak boleh melupakan sebagian kelompok yang, jangankan mengejar kemajuan, mengenal kemajuan saja barangkali belum.

Dakwah Muhammadiyah, gagasan kemajuan Muhammadiyah, sekolah-sekolah dan amal usaha Muhammadiyah tentu juga harus diupayakan menjangkau kelompok-kelompok ini.

Maka pertanyaan otokritik bisa dihadirkan: seberapa banyak kader-kader Muhammadiyah yang mau dan mampu menjadi anak-anak panah Muhammadiyah di berbagai daerah yang belum mengenal kemajuan?

Apakah jumlahnya sebanyak kader-kader Muhammadiyah yang menjalani diaspora dan internasionalisai Muhammadiyah di berbagai pusat-pusat kemajuan dunia?

Selamat Milad ke-108!

Tags: Anak Panah MuhammadiyahMilad MuhammadiyahMuhammadiyah

BERITA MENARIK LAINNYA

Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama
Peristiwa

Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama

January 20, 2021
Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln
Headline

Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

January 20, 2021
Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)
Headline

Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)

January 18, 2021

REKOMENDASI

Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama

Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama

January 20, 2021
Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

January 20, 2021
Problematika Petani di Era Pandemi

Problematika Petani di Era Pandemi

January 19, 2021
Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)

Sainsiklopedia: Saat Pustaka Bergerak Menuju Istanbul Bienal Turki dan Fakta Menarik Tentangnya (1)

January 18, 2021
Melihat Sistem Pendidikan Bojonegoro di Awal Abad ke-20

Melihat Sistem Pendidikan Bojonegoro di Awal Abad ke-20

January 18, 2021
Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

January 17, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved