Prestasi gemilang Arsenal di akhir 90-an hingga awal 2000-an menginspirasi banyak anak-anak membikin klub sepakbola imajiner. Salah satunya, sekumpulan anak yang berada di sekitaran Terminal Lama Bojonegoro. Mereka bersepakat membentuk klub bola bernama Arsenal. Namun, Arsenal yang ini tentu bukan Arsenal yang itu. Hmmm
Arsenal, tentu saja bukan Arsenal sebenarnya. Melainkan singkatan dari Arek Sekitar Terminal Rajekwesi. Mereka adalah sekumpulan bocah SD yang saat itu tergila-gila dengan sepakbola dan juga klub Arsenal.
Waktu itu, Arsenal menjadi klub terbaik di Liga Inggris dan juga Eropa. Pada 2004 misalnya, The Gunners yang diperkuat Thiery Henry berhasil mencatatkan rekor 49 laga tanpa kekalahan.
Penampilan apik klub yang diasuh Arsene Wenger itu takpelak membuat anak-anak di sekitar Terminal Lama Rajekwesi pada awal 2000-an bersepakat membentuk tim bernama Arsenal. Iya, Arsenal heee
Tak ada jadwal latihan rutin. Tak ada pelatih. Tak ada manajer dan tidak ada perintah untuk terus latihan. Yang ada hanya kesepakatan untuk berkumpul di lapangan SD Perak sehabis azan Ashar berkumandang.
Dengan bertelanjang kaki alias ndlamak, punggawa Arsenal versi Bojonegoro ini mulai beraksi di sore hari; gocekan maut, tangkapan belalang tempur, hingga berbagai jenis tendangan dengan nama hewan-hewan pun bisa mereka tampilkan atraktif.
Ada yang berperan sebagai Thiery Henry yang saat itu masih menjadi penyerang utama Arsenal. Ada pula yang meniru gaya bermain bintang-bintang Eropa macam Roberto Carlos, David Beckham hingga rambut diseka dengan karet bekas bungkus nasi goreng seperti Gianluigi Buffon pun banyak.
Saking bersemangatnya, jempol kaki punggawa Arsenal kerap melepuh dan robek tiap habis bermain. Penyebabnya, alih-alih ditumbuhi rumput, lapangan yang digunakan bermain hanya ditumbuhi paving saja.
Berbeda dengan permaianan sepakbola konvensional, anak-anak Arsenal lebih suka memainkan sepakbola Semarangan. Gaya sepakbola yang hanya bisa ditemui di Bojonegoro.
Sepakbola Semarangan adalah jenis permainan dengan dua tim yang saling berlomba untuk memasukkan bola ke dalam satu gawang yang sama. Jadi, pemain yang bertindak sebagai penjaga gawang bersifat netral.
Tidak hanya Arsenal, waktu itu ada pula anak-anak yang menamai diri sebagai AS Rama. Mereka ini anak-anak selatan rel Jethak. Karena lokasi rumah mereka dekat Asrama Brimob, mereka membikin klub bola dengan nama AS Rama atau AS Roma.
Terkadang, Arsenal ditantang oleh tim lain untuk bertanding. Pernah suatu ketika mereka bertanding melawan tim dari Desa Tulung yang lokasinya nyebrang bengawan. Tentu Arsenal menang. Sebab kalau sampai kalah, anak-anak dari Desa Tulung bakal tidak bisa pulang karena akses menuju sungai ditutup. Hemm
Kini, punggawa Arsenal telah beranjak dewasa. Sialnya, tak ada satupun yang berhasil menjadi pesepakbola professional. Ada yang menjadi sales sepeda motor, seniman, peternak ayam bangkok hingga videografer tampan yang kadang-kadang dipaksa Anin buat nulis kisah masa lalu di Jurnaba.co. Hadeeeuhh
Dipost pertama pada 12-11-2018