Kebijaksanaan tak bisa didapat melalui rasa bahagia saja. Butuh sedih dan sengsara untuk mendapatkannya.
Aku seorang mahasiswa baru (maba) di salah satu kampus swasta Bojonegoro. Aku mengambil jurusan unik yang mahasiswanya berjumlah sekitar 50 ndil. Dan aku punya cerita yang ingin kuceritakan padamu.
Semua berawal saat aku mendapat tugas kelompok beranggotakan 6 orang. Dua laki-laki dan empat perempuan. Sejak saat itu, aku mengalami fenomena psikologis yang aneh. Aku sulit tidur.
Ceritanya begini. Dalam kelompok itu, ada seorang gadis yang menurutku aneh dan lucu. Dia gadis yang aktif tapi tak banyak berbicara. Tiap kali aku ingin mengajaknya berbicara, sulit.
Iya, dia gadis yang membuatku selalu ingin mengajaknya berbicara. Tapi saat aku sudah berada di dekatnya, aku seperti hape yang tanpa pulsa: sulit berbicara. Sejak saat itu, aku sulit tidur.
Kalian mungkin mengira, aku sedang jatuh cinta kan? Tidak. Kalian salah. Aku hanya sulit tertidur.
Aku tak paham, apa yang membuat gadis itu terlihat begitu istimewa. Mungkin karena dia tidak banyak omong, sehingga kekagumanku muncul atas dirinya.
Tiap hari aku selalu punya semacam keinginan untuk mengajaknya berbicara. Sering cemas saat tak melihat keberadaannya, dan sering mati gaya ketika berdekatan dengannya. Sejak saat itu, aku sulit tidur.
Kalian mungkin mengira, aku sedang jatuh cinta kan? Tidak. Kalian salah. Aku hanya sulit tertidur.
Seiring berjalanya waktu, aku tahu bahwa dia sedang trauma jatuh cinta. Dan kehadiranku belum cukup menghilangkan traumanya itu. Rasanya tanganku seperti sedang bersalaman dengan udara.
Aku telah membangunkannya istana megah di dalam hatiku, tapi dia hanya membangunkanku gubuk reot di hatinya. Cita-cita pun tak sampai pada titik yang sama. Aku iya, dia tidak. Sejak saat itu, aku sulit tidur.
Kalian mungkin mengira, aku sedang jatuh cinta kan? Tidak. Kalian salah. Aku hanya patah hati dan sulit tertidur.
Saat ini, aku sudah mulai percaya bahwa apapun yang aku terima, adalah cara Tuhan mengajarkanku menjadi bijaksana. Kebijaksanaan tak bisa didapat melalui rasa bahagia. Butuh sedih dan sengsara untuk mendapatkannya.
Kini aku sudah bisa tertidur layaknya hari-hari biasa. Kalian mengira, mungkin aku sedang tidak jatuh cinta? Tidak. Aku hanya belajar menerima kenyataan.
Moh. Bahrul Hikam adalah mahasiswa baru yang tidak baru-baru amat.