Dulunya, Taman Rajekwesi Bojonegoro adalah terminal bus antar kota antar provinsi dan angkutan dalam kota. Tentunya, itu sebelum pindah ke Jalan Veteran seperti saat ini.
Seorang ibu paruh baya terlihat sibuk. Tangannya bergerak lincah sambil memegang kemoceng. Itu dia lakukan tepat di hadapan lemari kayu tua. Hingga tiba saatnya dia mengeluarkan sekotak kardus.
Ibu itu bernama Ninik Suryati, seorang warga di ujung selatan Desa Klangon, Bojonegoro.
Bagian atas kardus penuh debu. Sambil menutup hidung, Ninik segera membersihkannya dengan kemoceng. Setelah bersih, langsung dia bongkar kardus itu.
“Nah, ketemu!” kata Ninik.
Dia keluarkan satu bendel lembaran foto yang terikat. Dibuka, lalu diamati per lembarnya. Ada beberapa lembar foto yang disendirikan. Lembaran foto itu bergambar seorang laki-laki dan bus di sekitarnya. Ibu itu pun mulai bercerita tentang foto tersebut.
Dulunya, Taman Rajekwesi adalah terminal bus antar kota, antar provinsi dan angkutan dalam kota. Itu sebelum pindah ke Jalan Veteran seperti saat ini.
Terminal itu, dulunya sangat padat dan ramai. Ninik sempat memanfaatkannya untuk mencari rezeki. Dia pernah menjual jasa penukaran uang receh. Itu dia lakukan selama hampir tiga tahun.
“Dulu saya sempat menjual uang receh untuk kembalian. Kondektur pada butuh untuk kembalian. Untuk ponten juga. Dulu kan pecahan uang masih kecil-kecil,” ungkap Ninik.
Itu dia lakukan sekitar tahun 1994-1996. Saat itu, ibu rumah tangga tersebut masih memiliki satu anak. Jasa penukaran uang receh tersebut dia hentikan saat hamil tua anak keduanya.
Suami Ninik, Rachmad Subechi juga mencari rezeki di terminal. Saat itu, dia menjadi sopir bus. Itu dilakukan selama kurang lebih enam tahun. Sekitar tahun 1994 hingga 2000.
“Suami saya juga jadi sopir bus itu sekitar enam tahun. Sempat juga ganti PO (Perusahaan Otobus). Berhenti jadi sopir itu karena pernah nyerempet truk. Ugal-ugalan itu. Hahaha,” terang Ninik.
Sayang, pria yang akrab disapa Mamak tersebut menderita stroke. Dia tidak bisa berbicara sehingga tidak mampu bercerita. Hanya tawa yang ditunjukkan sebagi respon cerita istrinya tersebut.
Suasana Terminal Rajekwesi kala itu sangat padat. Banyak aktivitas terjadi di sana. Selain bus yang berlalu lalang, banyak pula calon dan mantan penumpang. Tukang ojek dan becak. Penjual makanan juga.
Di dalam terminal kala itu, berjejer warung makan di sisi timur. Beberapa di antaranya cukup terkenal, terlebih bagi masyarakat Bojonegoro. Warung Makan Lek Man, Bakso Pak Gendut dan Soto Sali.
Saat ini, warung itu sudah berpindah lokasi. Namun, pelanggan masih cukup setia. Meski sudah bepindah tempat dan terpencar, warung itu masih ramai. Salah satunya Bakso Pak Gendut yang saat ini berlokasi di Mojoranu, Kecamatan Dander.
Bagi Ninik, kenangan itu cukup berharga. Foto tersebut menjadi pengingat akan masa lalunya. Masa di mana dia membesarkan putra-putrinya yang masih kecil.
Setelah Terminal Rajekwesi berpindah lokasi, tempat itu tidak seketika menjadi taman. Lokasinya sempat terbengkalai. Namun, dimanfaatkan untuk bermain. Misalnya sepak bola.
Seorang warga perumahan BTN, Titok Yanuar juga bercerita tentang masa kecilnya. Dulu, semasa sekolah dia tinggal di Desa Klangon. Itu sebelum dia menikah dan pindah rumah.
Titok sempat mencicipi aspal terminal yang terbengkalai itu. Dia bersama teman sebaya kerap bermain sepak bola. Biasanya dilakukan saat sore hari.
“Lapangan kan sudah jarang ada, ya dipakai main bola aja. Mirip game Fifa Street, sepak bola di jalanan gitu,” kata Titok.
Selain sepak bola, biasanya tempat itu juga digunakan untuk berlatih mengemudi mobil. Pasalnya, lahan bekas terminal cukup luas. Cukup nyaman untuk belajar nyetir. Nyetir mobil lho ya, bukan nyetir pasangan. Hehehehe….
Pada 2014, lahan bekas terminal dimanfaatkan. Di atasnya dibangun sebuah taman. Taman hijau lengkap dengan fasilitas bermain anak. Dengan panggung batu dan patung Brung Meliwis Putih sebagai ikonnya.
Taman Rajekwesi bukan hanya destinasi tetamanan. Di baliknya masih ada kenangan. Kenangan masa lalu bagi warga setempat. Saksi bisu sebuah perjuangan hidup.